Aku adalah aku, kenapa harus iri padamu?

Aku adalah aku, kenapa harus iri padamu?

Pagi-pagi sudah merasa bete akut. Terpojok merasa sendirian. Ketika mendapat status teman yang isinya minta rekomendasi tulisan bagus. Dan keluarlah berbagai tulisan bagus pilihan teman-teman. Dari semua tulisan yang direkomendasikan, tulisannya memang bagus dan mayoritas dibuat berdasarkan reportase atau tulisan menghadiri undangan.

Saya menyendiri di pojokan. Merasa diri berada di titik paling bawah. Mendapat nasib menyedihkan berdomisili di pelosok dengan akses angkutan yang sangat tidak lumrah di zaman serba cepat ini.

Saya menerawang kalau saja saya berdomisili di JaBoDeTaBek mungkin akan seperti penulis lain, seperti mereka yang direkomendasikan karena bisa menghadiri setiap even yang diselenggarakan klien dan terus update blog dengan berbagai tulisan pesanan eh reportase. Terbayang selain dapat imbalan, saya juga bisa sekaligus terus berlatih menulis reportase yang baik.

Tapi rupanya Tuhan menakdirkan lain. Saya tetaplah saya yang sudah orang kampung tinggal di gunung dengan akses yang serba minim pula. Paket komplit.

Ibarat sebuah putaran, mungkin ini nasib saya yang sedang berada di titik bagian bawah. Terinjak, terlindas dan nyungsep. Sementara teman yang lain berada di putaran atas, bertabur bintang dan penuh dengan kilau gemerlapan.

Namun sejatinya roda yang berputar setiap peran akan mendapat giliran, bukan? Yang di atas akan kebagian di bawah, yang sebelumnya di bawah suatu saat ke bagian di bagian atas. Begitulah hidup dan kehidupan. Jadi apa yang mesti saya resahkan?

Yang utama buat saya selalu bersyukur dengan apapun kondisi yang kita alami. Dalam segala hal tidak berlebihan karena apapun dalam dunia ini tidak ada yang abadi. Menyukai sewajarnya, membenci seperlunya. Karena bisa jadi saat kita senang besok giliran kita yang bersedih. Saat hari ini kita kecewa, akan Tuhan ganti beberapa saat kemudian dengan kebahagiaan.

Menyikapi semuanya dengan sewajarnya karena sadar Tuhan yang telah mengatur semuanya dan itu pasti adil.

Tuhan memberikan jalan saya tinggal di pelosok supaya saya bisa menulis untuk blog tulisan yang organik, menulis murni tanpa pesanan sponsor atau unsur iklan. Tuhan memberi saya jalan supaya healing semua duka dengan curhat yang semurni-murninya.

Dengan demikian ketika saya menulis mau ada even atau tidak secara tidak langsung telah menyumbang nilai domain dan nilai page rank yang tanpa saya sadari.

Dan bahagia ini menyelinap meski sedikit ketika mengetahui DA blogger profesional yang telah melahirkan komunitas blogger jauh berada di bawah DA blog saya.

Begitu juga dengan DA blog seseorang yang katanya blog nya itu sudah menggaji nya sekian juta perbulannya. Meski usia blog nya sudah 6 tahun tapi DA nya masih bisa dihitung dengan jari tangan!

Oke, DA bukan kemenangan. Tapi melihat DA blog saya jauh lebih besar, jelas di sana ada kebahagiaan yang tidak bisa dipungkiri. Dan hitungan DA/PA tidak bisa dibohongi.

See, balance, bukan?!

16 thoughts on “Aku adalah aku, kenapa harus iri padamu?”

  1. Saya sudah merasa bahwasannya status tersebut akan menuai sebuah kegalauan dari blogger lain. Bukan salah si pembuat status apalagi yang baca, bukan. Bagi saya, setiap manusia diberikan perasaan, karena inilah yang menjadikan kita berbeda dari binatang. Jadi, tidak akan saya berikan label mereka yang membaca tersebut kemudian menjadi kurang PD dan mereka tergolong baper. Tidak. Karena pada dasarnya, manusia itu membutuhkan pengakuan, membutuhkan apresiasi, dalam bentuk apapun (besar atau kecil). Dalam skala blogger yang mendapat predikat tulisan oke, ini tentunya general maknanya. Satu hal yang pastinya akan menuai sebuah kondisi yang menjadikan orang lain justru nge-down. Tapi, menurut saya pribadi, bukankah jika tulisan kita sudah benar-benar jauh dari sumber-sumber hoax dan menitik-beratkan pada manfaat : merupakan tulisan yang bagus? Dari sinilah, yuk Teh, tetap semangat. Tidak ada bedanya kok, karena saya tinggak di JADEBOTABEK tapi jarang datang event karena memang qodarullah belum bisa. Itu saja. Semangat ya Teh 🙂

    Reply
  2. Tetap semangat ya teh. Walau tinggal di Jabodetabek, saya ga sering-sering ikut event. Saya sekarang justru lagi berusaha menata supaya bisa kembali menulis seperti dulu, jaman masih ngempi. Makanya maksain ikut ODOP supaya dapat energi tambahan buat menulis

    Reply
  3. Masalah DA/PA, ataupun tinggal di jabodetabek ato bukan, sering datang ke event ato engga, semuanya butuh pemahaman. Tetep jadi diri sendiri, yakin ko kalo setiap individu/blogger itu istimewa dengan segala keunikan dan kelebihannya masing2.
    Tetep semangat tetehku, mari tetep menulis untuk terapi jiwa, dapet job ato rizki semuanya audah ada yang mengaturnya.
    Tuwagapat, marii olah raga ..

    Reply
  4. Halo teteh, saya sendiri walaupun di Jakarta juga tak selalu datang ke event karena terkait kerjaan. Menjadi blogger menurut saya tak sekedar reportase trus selesai. tapi bagaimana juga kita bisa memanfaatkan tulisa kita untuk bermanfaat bagi yang lain. tetap semangat ya

    Reply
  5. Senasib teh….aku juga jauh tinggalnya…he2,
    Kadang ada baper..kok enak ya kayaknya??

    Tapi pasti tak semudah dibayangkan…kita punya alur hidup sendiri… berusaha tetap bahagia dari apa yang kita punya….

    Reply
  6. Halo teh Okti. Semangat ya teh. Kadang hidup itu “sawang sinawang” alias apa yang kita lihat baik dan enak belum tentu keadaannya juga gt. Kalo buat saya, kita terus aja nulis. Menulis sebagai jejak hidup kita. Esok dibaca anak kota saat mereka sudah besar. Bonusnya jika dapat job. Karena rejeki ada Allah yang jamin. Semoga tulisan kita bisa bermanfaat buat orang lain. Yuk semangaaaaaat 😀

    Reply
  7. Teh Okti, tau gak ada blogger yang enggak ngeHits dan kayaknya gak pernah diundang acara blogger. Tapi tulisannya keren semua. Bermanfaat semua. Idolaku sejak aku SMP. Dialah dr. Meta Hanindita, Sp.A dengan rumahnya metahanindita com

    Semangaaat buat kita semua 🙂

    Reply
  8. Hehehe hampir sama teh sama saya, yang tinggal di Bengkulu. Jarang sekali ada event besar diadakan disini. Tapi ya tetep semangat aja ya teh, toh kita menulis untuk menuangkan apa yang kita pikirkan .

    Reply
  9. *peluk erat teteh* merasa senasib. Tapi makin kesini saya sadar satu gak bahwa dg menulis saya semakin bahagia. Karena semua rasa terlampiaskan. Mari terus bergandeng tangan, dengab atau tanpa job.

    Reply
  10. Teh… Menulislah karena ingin berbagi dan bermanfaat.

    Aku dulu juga pernah merasa seperti Teteh. Pingin gitu rasanya dimudahkan untuk menimba ilmu secara langsung, menghadiri even keren dan ah… Tidak memungkiri. Ada bonus materi.

    Tapi perlahan, aku lebih menerima kondisi. Masih banyak hal yang bisa kulakukan.

    Salam sayang ^^

    Reply
  11. Berpikir positif saja, mba. Kita tidak tahu di balik semua itu kan? Bisa jadi ada wanita single parent yang memperoleh materi dari rejeki di ibu kota sebagai blogger, wanita mandiri yang butuh biaya untuk keluarganya dan banyak lagi. Allah memposisikan umatNya Insaallah sesuai porsi.

    Semangat dan terus berkarya

    Reply
  12. Kalau aku ngeblognya masih niatnya untuk menyebarkan tulisan yang bermanfaat Mbak, kalau yang lainnya jadi bonus apalagi kalau disandingkan dengan blogger di kota besar beda jauh di daerah, jadi kita banyak-banyak bersyukur aja alhamdulillah rezeki ada saja lewat pintu lain.

    Reply
  13. Halo Teh Okti sayang.
    Aku justru menjadi salah seorang pengagummu, lho. Tulisan Teteh enak dibaca, mudah dipahami. Aku justru salut sama orang2 yang tinggal di desa, tapi punya semangat juang yang begitu menyala untuk sebarkan kebaikan, melalui tulisan2-nya yang menginspirasi.

    Ayo, Teh, semangat. Uang bisa menyusul, yang pasti, pahala langsung tunai dirilis Allah untuk setiap kebaikan yang kita buat, termasuk untuk setiap tulisan penuh manfaat yang telah kita torehkan di blog kita masing2, bukan?

    I am proud of you, Teh. Keep writing, keep posting, ok? Semangat, Teteh sayang!

    Reply

Leave a Reply to Juli Cancel reply

Verified by ExactMetrics