Antara Nyinyir dan Doa

Antara Nyinyir dan Doa

Suatu hari saya kehilangan job ngebuzzer karena telat buka media sosial sekitar 2 jam. Kesal? Iya. Soalnya fee cukup menggiurkan dengan hanya tugas ngisi foto saja. Beberapa hari kemudian saya harus kecewa lagi karena telat buka email sekitar 1 jam, penawaran job ngeblog pun hangus tanpa menyisakan arang.

Sedih? Iya. Dua kali berturut-turut kehilangan kesempatan yang didamba-damba oleh setiap blogger hanya karena alasan telat. Sementara di luaran sana teman teman bersuka cita merayakan kegembiraan mendapat job yang mencengangkan itu. Meski merasakan perih namun saya ikut merasakan kebahagiaan mereka yang telah beruntung berkesempatan mendapatkan job impian.

Saya ucapkan selamat dan berdoa semoga hasilnya menjadi berkah dan manfaat. Saya percaya rezeki tidak akan tertukar. Saya malah bilang kalau yang iri dan atau nyinyir justru itu adalah mereka yang belum menemukan rezekinya dan mengusik-usik rezeki orang.

Saya tidak mau seperti itu karenanya saya memilih ikut berbahagia dan mendoakan yang terbaik dengan ikhlas pastinya.

Beberapa hari kemudian giliran saya yang beruntung mendapatkan kesempatan untuk ikut peruntungan mendapatkan fee yang lumayan besar. Alhamdulillah, kesempatan itu jika dihitung masih kalah jauh lebih besar daripada dua kesempatan sebelumnya yang hilang tadi.

Belum lagi setelah itu berturut turut berdatangan job-job yang tidak pernah diduga (dan diminta). Sampai bisa dibilang kewalahan saya yang biasa tidak ada kerjaan kini justru malah dikejar-kejar setoran (yang menghasilkan). Padahal saya hanya diam saja di rumah. Terlebih dalam kondisi sakit seperti ini.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan manakala apa yang diharap belum diminta tiba-tiba sudah tersedia. Saat mereka sibuk menghadiri buka puasa bersama dimana-mana, bertarung dengan kemacetan dan kepanasan plus godaan, demi dapat yang diinginkan, kini saya hanya tinggal leyeh leyeh di kasur tanpa kepanasan tidak kehujanan.

Meski sakit masih berusaha untuk terus berkarya dan bekerja. Menjemput harapan yang sudah mengeluarkan bunga siap menjadi buah. Satu kayuh beberapa pulau dilewati. Meski hanya di rumah dan menunggu ternyata saya tidak diam di tempat.

Kekuatan doa orang teraniaya (dan berpuasa) sungguh luar biasa. Jangan sekali-kali mengaminkan doa buruk, apalagi mendoakan hal hal jelek kepada orang lain. Karena hakikatnya doa itu ibarat kita memantulkan bola ke dinding. Semakin keras kita melempar maka akan semakin keras pula bola memantul. Sebar kebaikan bukan kebencian, insya Allah kebaikan pula yang memantul kepada kita, bukan sebaliknya.

Ada riwayat mengtakan “ad du’aa mukhkhul ‘ibadah” yang artinya doa itu adalah otaknya ibadah. Dengan arti lain berdoa (sesuai keyakinan Islam) adalah termasuk bagian dari ibadah. Yang sama seperti ibadah lainnya berdoa juga ada tata cara serta adab nya.

Supaya doa dapat dilakukan dengan benar dan sempurna serta bisa dikabulkan dan bisa mendekatkan diri (kepada Allah SWT), maka orang yang berdoa harus memenuhi syarat dan adab. Termasuk meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi terijabahnya doa. Yang harus dihindari salah satunya sifat iri dengki dan suka ngomongin (kejelekan) orang. Istilah kekiniannya suka nyinyir kali ya?

Sebagai orang yang ingin diijabah doanya oleh Yang Maha Pencipta seyogyanya maka segera hindari perbuatan suka nyinyir. Alangkah baiknya jika kita melakukan mendoakan yang terbaik daripada berbuat nyinyir. Kepada siapapun itu.

Salah satu syarat akan diampuninya dosa seseorang adalah jika seseorang itu telah meminta maaf kepada yang bersangkutan. Beranikah kita (jika) berbuat nyinyirin orang di (melalui) media sosial dan meminta maaf kepada yang kita nyinyirin itu supaya dosa kita diampuni? Bayangkan jika jika kenal dengan yang bersangkutan. Apalagi jika tidak kenal, apakah berani menyusul dan mencarinya?

Tapi lain jika kita mendoakan yang baik-baik, tanpa harus diketahui orang yang kita doakan, doa baik itu sendiri akan memantul kepada kita sendiri dan dengan demikian kebaikan akan menghampiri kita. Amin.

Jadi jelaskan, masih mau milih suka nyinyirin orang atau mendoakan yang baik-baik saja? Pilihan ada di tangan kita.

15 thoughts on “Antara Nyinyir dan Doa”

  1. Mak jleb aku bacanya Teh Okti 🙁 padahal kalau kita ikut bersyukur atas rejeki orang lain, insyaAllah akan ditambahkan rejeki langsung dari Allah yang lebih besar. Lupa kalau tidak kebagian job juga merupakan suatu petunjuk dari Allah. Thanks for sharing mbak 🙂

    Reply
  2. Teh, makjleb banget ini tulisan Teteh. Bener banget. Haturnuhun sudah diingatkan. Aku lagi belajar ikhlas terhadap ‘penganiayaan’ seorang teman terhadapku. Walau aku yakin, dia terpaksa ‘menzolimi’. Hanya saja, membujuk hati untuk ikhlas dan tetap mendoakannya yang baik2 kok sulit banget, ya? *curhat deh eikeh. Haha

    Tulisan ini sungguh berarti bagiku, Teh. Haturnuhun ya, Teh.

    Reply
  3. Dan ikhlas sambil nahan buat gak nyinyir itu ternyata butuh perjuangan juga ya, Teh. Allhamdulillah jadi merenung lagi nih saya dari tulisan Teh Okti, semoga saya bisa ikhlas dan doa yang baik-baik saja.

    Reply
  4. Xiexie ni Teh, udah diingatkan lagi ini.
    Saya kemarin juga sempat uring-uringan ini hahahah gegara dikecewakan. Dan masih rada mendem kejengkelan, tapi sekarang bismillah melepaskan dan mengikhlaskan. Allah pasti akan ganti dengan yang lebih baik aamiin.

    Reply
  5. Self reminder banget ini buat saya. Walopun says jarang nyinyir, kadang hati yang ngageremet. Jelek juga, ya. Kudunya mah ya gitu, mending berdoa aja, ya. Da rezeki mah moal pahili. 🙂

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics