Bicara Depresi Pemotor Bersama Masker dan Polusi

Bicara Depresi Pemotor Bersama Masker dan Polusi

Faktor usia kali ya, jika sekali bepergian ke kota saat ini meski aja rempong. Bukan hanya bawa peralatan anak, tapi juga sekaligus bawa peralatan emak dan bapaknya. Maklum tukang bekpeker alias modal jalan cuma ngandalkan sepeda motor jadul, ditambah cuaca yang sangat tidak bisa diprediksi. Jadi saat mau hepi dikit saja, persiapannya kudu macam-macam.

Besok kan liburan. Suami ada urusan pekerjaan ke Bandung. Ngintip sosial media info yang lagi hits di Bandung ada prototipe Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul. Wah, kebetulan. Kami yang ngakunya keluarga petualang ala-ala ini pun langsung buat rencana dadakan. Intinya setelah urusan kerja suami, langsung ke Alun-alun Bandung, untuk melihat prototipe LRT yang berada di halte bus Jalan Asia Afrika, tempat gerbong kereta tersebut nangkring.

Informasinya, metro kapsul ini adalah salah satu solusi bagi warga yang menginginkan adanya fasilitas transportasi yang nyaman, aman, bebas macet dan bebas polusi. Metro kapsul diharapkan bisa narik warga supaya beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Rupanya masalah macet dan polusi tidak hanya jadi musuh warga ibu kota saja, melainkan sudah jadi musuh bersama setiap warga kota. Ya, kami rasakan itu sendiri kok. Jangankan di daerah ibu kota atau ibu kota provinsi, di kabupaten Cianjur saja tempat kami tinggal yang termasuk masih wilayah pelosok, kemacetan dan polusi sudah terasa dan berdampak.

Dulu sebelum banyak dibangun pabrik-pabrik besar di sepanjang jalan raya Bandung Cianjur dan atau Cianjur Sukabumi, perjalanan terbilang lancar dan nyaman. Kini warga malah sudah tidak aneh lagi bila terlambat masuk kerja atau sekolah dengan alasan terjebak macet di jalan. Parahnya karena kemacetan itu banyak karyawan dan pelajar yang justru memilih mengendarai sepeda motor sendiri daripada naik angkutan umum. Padahal tahu sendiri, di Cianjur kota kecil ini masih banyak pengendara yag kurang paham kesadaran terkait pentingnya mengenakan alat pengaman berkendara seperti helm, masker, dan pengaman lainnya.

Tidak sedikit tetangga yang menertawakan diiringi nada mengejek saat melihat kami mempersiapkan segala sesuatuya sedetail mungkin  jika akan bepergian.

“Ribet amat. Kalau cuma mau ke Bandung mah kagak bakal ada tilang polisi…” Begitu katanya. Mereka pikir kami mengenakan helm, masker, serta kelengkapan surat-surat dan perlengkapan lainnya itu karena takut polisi. Padahal ada atau tidak ada polisi, kami tetap memilih ribet untuk mengenakan semua alat pengaman itu karena buat kami semua itu untuk menjaga keamanan diri. Bukan karena takut polisi.

Ditambah karena vaktor usia yang kami sebut itu tadi kali ya. Jika saat belum berkeluarga suami ngaku santai-santai aja mengendarai motor dari kampung ke kota dengan jarak tempuh 3 jam kendaraan, kini boro-boro. Jika tidak pakai helm dan masker ke tempat kerja saja dengan jarak tempuh setengah jam kendaraan, kepala terasa pusing, nafas sesak, dan badan mudah masuk angin. Padahal itu suasananya di kampung yang masih terbilang asri, tidak banyak polusi seperti di kota.

Itulah kenapa setiap kami akan berangkat ke Bandung atau Bogor, periapan kami pasti macam-macam. Terlebih setelah berkeluarga dan membawa balita, persiapannya super rempong. Demikian ketika kami berencana jalan ke Bandung besok pagi. Seperti biasa saya sudah mempersiapkan semuanya mulai dari jas hujan, jaket, sarung tangan, masker dan helm.

Masker dan helm jadi prioritas saat mau jalan ke Bandung. Khususnya di daerah Cipatat, Padalarang Kabupaten Bandung Barat, di sepanjang jalan itu polusi udaranya terbilang tinggi. Tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor, tapi juga dari tambang batu kapur dan asap tungku pembakarannya.

Dengan mengenakan helm dan masker, kami bisa sedikit meminimalisir polusi yang terserap. Mata tidak terlalu pedih, dan nafas pun tidak terlalu kering karena setidaknya udara yang dihirup terlebih dahulu disaring oleh masker.

Dengan mengenakan masker, kami menghindari polusi udara yang secara tidak langsung menyebabkan depresi. Iya udara kotor yang diakibatkan polusi kalau dihirup secara terus-menerus itu bisa membahayakan kesehatan manusia. Efek awalnya berupa pusing, sesak napas yang menimbulkan depresi. Bayangkan kalau kotoran yang nempel di kendaraan kita atau pohon-pohon sepanjang jalan itu menempel juga di paru-paru kita. Ih, jangan sampai dech!

Teringat sepupu sendiri yang awalnya tinggal dan bekerja di Bekasi, kini mereka memilih pindah ke Yogyakarta hanya karena untuk kesembuhannya yang mengaku sudah stress dengan ritme kehidupan sehari-harinya. Berangkat setelah subuh, pulang ke rumah setelah isya. Itu semua dilakukan Senin-Jumat karena supaya menghindari macet dan polusi. Meski pada nyatanya tetap saja kena macet dan polusi juga.

Perasaan stres bisa terjadi pada siapa pun. Dan saat dialami sepupu saya, ia merasa justru tidak bisa bekerja dengan maksimal karena tekanan kehidupan yang dialaminya di jalan saat berangkat dan pulang. Saat tanda-tanda depresi seperti muram, sedih dan perasaan tertekan mulai dialaminya, ia segera mencari jalan keluar untuk mencegahnya. Pindah pekerjaan dan pindah tempat tinggal bersama anak istrinya ke Yogyakarta menjadi pilihan yang tepat. Sampai saat ini mereka menjalani kehidupan di Yogyakarta dengan nyaman dan normal. Pekerjaan lancar dan keluarga bahagia meski sederhana.

Ternyata depresi ini sudah menjadi penyakit masyarakat perkotaan lho! Sebagian besar orang yang mengadu nasib di kota mengeluhkan kondisi jalanan macet dan polusi yang berimbas pada kesehatan serta kenyamanan melakukan pekerjaan. Hebatnya, Portal Otomotif No. 1 di Indonesia, Mobil123.com dan media online lifestyle Otospirit.com sudah mendeteksi dini kondisi ini.

Untuk mencegah meluasnya depresi ke tengah masyarakat, Portal Otomotif  Mobil123.com dan media online Otospirit.com pada Rabu 12 April 2017 mengadakan kegiatan sosial bertema “Mask for Bikers”. Masker untuk Pemotor ini dibagikan kepada pengguna kendaraan sepedamotor yang melintasi Jalan Radin Inten 2 Buaran, Jakarta Timur secara gratis.

Kegiatan yang melibatkan 15 orang pemotor dari lima komunitas sepedamotor dimulai pukul 16.00 – 17.00 WIB. Keseruan mereka membagikan seribu masker kepada para pengguna jalan menimbulkan daya tarik para pemotor lain untuk menghampiri dan mengambil masker-masker untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berkendaran sepedamotor.

Saat pembagian masker itu berlangsung Regia Glamouria sebagai Direktur Mobil123.com dan Otospirit.com mengatakan jika acara itu diselenggarakan untuk peringatan Hari Kesehatan Dunia pada 7 April. Tema global Hari Kesehatan Dunia tahun 2017 adalah “Depression: Let’s Talk”.

Pihak Mobil123.com dan Otospirit.com menganggap depresi karena polusi sudah menjadi tanggung jawab bersama. Hari Kesehatan Dunia 2017 difokuskan menggelar acara yang mengarah pada kesehatan lebih baik dengan membagikan masker kepada pengguna sepedamotor. Setelah mengenakan masker diharap pengguna sepedamotor bisa terhindar terpapar polusi udara yang dikeluarkan oleh kendaraan.

Meski saat ini merasa sehat bugar, tapi ingat kesehatan kita dalam jangka waktu ke depan. Apalagi polusi udara berpotensi mengacaukan pikiran dan merusak kesehatan manusia. Dengan mengenakan masker kita juga sudah turut mendukung program kampanye World Health Organization (WHO) yang pada Oktober 2016 meluncurkan kampanye orang terkena depresi di semua negara harus mendapatkan bantuan.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Mulai sekarang khususnya pengguna kendaraan bermotor yuk jangan malas mengenakan masker agar terhindar dari polusi. Tanamkan kebiasaan baik ini sejak dini kepada anak-anak kita. Buat yang berjilbab kaya saya, tidak ada alasan lagi tidak mengenakan masker saat berkendara karena ujung jilbab pun bisa dijadikan penutup hidung eh masker lho! Hehehe…

22 thoughts on “Bicara Depresi Pemotor Bersama Masker dan Polusi”

  1. Membagi seribu masker dalam sejam keren juga ya mba, apalagi maskernya cakep dan tahan gitu. Pasto lebih bagus buat menjaga sari polusi dan debu. Setuju banget sama teh okti biar sekarang berasa sehat, menjaga kesehatan pentng yaaa dari sekarang

    Reply
  2. acaranya keren ini teh okti, di jakarta udah belum ya ?
    karena tingkat polusi di jakarta juga ngeri2 sedap, aku pernah ya terjebak macet di pancoran, naik ojek onlen, waaaah pedes mataku plus sesak napas juga

    Reply
  3. aku juga pernah dibilang rapi amat mau jemput anak aja, hihi, duh kalo ada apa2 memangnya mereka bisa apa?
    tapi iya nih aku msh suka lupa pake masker, terimakasih sdh diingatkan, keren ya maskernya itu..

    Reply
  4. Aku sehari2 naik motor buat anter jemput sekolah Teh, karena deket biasanya cukup pake helm full face jadi ketutupan muka semua, paling dilengkapi sarung tangan aja.

    Tapi kalo mau ke tempat yang rada jauh suka pake masker, gak kuat debunya :((

    Wah, asyik sekali sih mobil123 bagi2 masker, mauuuuu!

    Reply
  5. apalagi seperti jalanan di daerah kami Mba, banyak banget debu-nya jadi masker adalah benda wajib yang harus dipakai oleh pengendara motor

    Reply
  6. Suamiku di tasnya selalu sedia masker, dia beli langsung satu pack gitu. Tiap hari ganti. Surabaya polusinya luar biasa

    Baru ngeh, sejak tinggal di Surabaya, suamiku jadi lebih emosian.. apalagi kalau di jalan, hadeeehh. Kayaknya emang pengaruh banget polusi sama tingkat emosi seseorang itu.

    Reply
  7. Suka nih ada kampanye semacam ini.
    Maskernya kyknya bagus ya bahanya hehe
    Tapi masih berharap moga ada solusi jg dari pemerinta buat ngurangin polusi udara di jalanan kelak…

    Reply
  8. Ternyata masker sepenting itu ya? Aku malah jarang pakai karena males ribetnya. Tapi kalau dilihat dari manfaatnya sepertinya saya harus pasang lagi deh maskernya.

    Reply
  9. Mungkin perlu serius untuk disosialisasikan… Kalau aku sih pasti pake untuk menjaga kesehatan diri sendiri.

    Reply

Leave a Reply to Rach Alida Bahaweres Cancel reply

Verified by ExactMetrics