Cas Cis Cus dengan Bule? Ini Hal Paling Kreatif Saat ABG

Cas Cis Cus dengan Bule? Ini Hal Paling Kreatif Saat ABG

FriendsForever

ABG (Anak Baru Gede) kampung di Salawu tahun sembilan puluhan sudah berani cas cis cus dengan orang asing. Padahal sejujurnya nilai pelajaran bahasa Inggris di sekolah saja sangat morat marit. Jadi ABG ini ngapain aja sampai menobatkan diri telah melakukan hal paling kreatif segala?

Saya masuk SMPN 1 Salawu di Tasikmalaya tahun 1993. Pelajaran bahasa Inggris jadi pelajaran yang kami takuti karena kami merasa asing. Saat itu di SD kan belum ada pelajarannya. Padahal guru bahasa Inggris kami kelas satu yaitu Ibu N. Euis Aminah dengan lemah lembut dan penuh perhatian selalu mengajari kami dengan semangat. Bu Euis yang saat itu masih melajang mengajari kami dengan berbagai metode. Jadi tidak hanya mengandalkan buku cetak yang disediakan sekolah saja.

Bagi saya cara mengajarnya bisa dimengerti. Kata demi kata selalu saya hafalkan hingga di luar kepala. Peniti bahasa Inggrisnya apa, burung dalam bahasa Inggrisnya cara menulisnya bagaimana, termasuk cara mengucapkannya bagaimana, selalu saya pelajari. Bagi saya pribadi saat itu belajar bahasa Inggris jadi menyenangkan.

Naik kelas dua, guru bahasa Inggris berganti oleh Ibu Nina. Beda dengan Bu Euis, Bu Nina lebih tegas, dalam arti metode mengajarnya tidak selembut Bu Euis. Banyak kakak kelas yang bilang kalau Bu Nina galak. Tapi itu kepada murid yang tidak mengerjakan tugas atau bandel, pastinya. Bukan saya sok baik, tapi buktinya pada saya sikap Bu Nina biasa saja, sebagaimana guru pada umumnya, tentu saja asal siswa mengerjakan pekerjaan rumah.

Guru bahasa Inggris kelas tiga yang bernama Bapak Eman katanya jauh  lebih galak. Percakapan di kelas, saat pelajarannya katanya harus menggunakan bahasa Inggris. Karena itu saat di kelas dua siswa sebaiknya sudah belajar ngobrol menggunakan bahasa Inggris, supaya terbiasa. Kalau tidak, jam milik Pak Eman selama dua jam pelajaran per hari, tiga kali pertemuan dalam satu minggu bakal jadi saat-saat yang ‘menakutkan’.

Ngobrol pakai bahasa Inggris? Di kampung pula, mau ngobrol sama siapa? Dengan guru waktunya terbatas. Sesama siswa, bukannya serius, yang ada malah jadi guyonan. Di rumah apalagi, boro-boro bahasa Inggris, rata-rata keluarga dan tetangga hanya lulusan SD saja. Bagusnya kalau mau bercakap bahasa Inggris ya sama orang Inggris langsung kan ya? Atau paling tidak dengan sesama orang asing, supaya saat kita ada kesalahan, bisa sekaligus dibetulkan. Ya, ngobrol bahasa asing harus langsung dengan orang asing, pikir saya saat itu.

Ide cas cis cus alias ngobrol dengan orang asing akhirnya bisa saya dan teman-teman satu gank RETAK PUNK laksanakan dengan orang asing, ketika kami tidak sengaja pada hari Minggu main ke Kampung Naga.

Meski Kampung Naga adalah kampung halaman kami, jaraknya sangat dekat, bahkan kalau saya nyegat angkutan ke sekolah juga di pintu gerbang Kampung Naga itu sendiri namun kami warga setempat jarang main ke Kampung Naga. Kenapa? Karena menurut kami tidak ada anehnya. Toh rumah kami sama, pakaian dan pekerjaan juga tidak beda. Dan mereka juga bagian dari keluarga besar kakek nenek kami, jadi seolah Kampung Naga tidak ada menariknya buat kami.

Saya ke Kampung Naga hari Minggu itu pun tidak sengaja. Karena ada temannya teman dari kota yang mau main ke Kampung Naga, maka saya ikut menemani teman saya itu sekalian berkenalan.

Tak disangka, hari itu banyak turis asing mengunjungi Kampung Naga. Ketika saudara saya yang asli mukim di Kampung Naga mau kasih uang kembalian tetapi tidak bisa memanggilnya karena tidak tahu bagaimana ngomongnya. Sementara si turisnya juga malah asyik saja ngobrol dengan rombongannya. Iseng dan refleks saya membantu saudara saya yang berjualan kerajinan khas Kampung Naga itu.

“Excusme, Sir. This your Money.” Ucap saya singkat dan sederhana. Seumur belajar bahasa Inggris, baru kali itu interaksi dengan orang asing.

Turis dengan rambut seperti bulu jagung itu tampak terkejut. Menatap saya dan berkata. “Wow! Are you speak english?”

“I’m learning,” jawab saya gugup. Bingung mau ngomong apa lagi?

Sementra si turis yang belakangan saya tahu namanya Mr. James terus ngajak saya bicara. Kadang saya mengerti dengan ucapannya, kebanyakannya sih tidak. Teman-teman bukannya membantu, malah pada ngumpet masuk ke rumah saudara dan menertawakan saya.

Meski bahasa masih belepotan, tapi entah kenapa melihat kebaikan Mr. James yang rela mengeja apa yang diucapkannya demi bisa jelas dan dimengerti, saya makin bersemangat untuk terus ngobrol dengannya. Apalagi ketika saya salah ucap, Mr. James langsung membetulkannya. Saya jadi tahu bagaimana cara mengucapkan kata live, life dan love. Yang awalnya semua terdengar sama di mulut saya, berkat bantuan Mr. James  sedikit demi sedikit saya jadi bisa membedakannya. Saya tukeran alamat dengan Mr. James ketika dia tahu saya mau belajar bahasa Inggris. Mr. James menyarankan saya untuk terus berlatih.

Dari pertemuan dengan Mr. James itulah saya mengajak teman satu angkatan di sekolah untuk sering datang ke Kampung Naga. Bukan untuk main atau nongkrong, tapi untuk belajar (mempraktekkan) bahasa Inggris. Teman satu gank Nani, Hera, Yani, Nelis, Taufik, Dadan, Tony, dan lupa siapa lagi sering saya ajak ke Kampung Naga. Awalnya kami malu dan takut salah. Apalagi tidak semua turis yang datang itu bisa bahasa Inggris. Tapi jika sudah jumpa dengan turis yang cocok, tidak hanya kami yang senang, si turis pun tampak gembira bisa berdialog degan kami, para ABG lokal yang dengan berdarah-darah berjuang supaya bisa dan terbiasa melakukan dialogue.

Alhamdulillah, berkat ide kreatif itu, saat kelas tiga kami tidak takut lagi masuk kelas saat jam pelajaran Pak Eman, guru bahasa Inggris yang selalu speak english to the pupils.

12 thoughts on “Cas Cis Cus dengan Bule? Ini Hal Paling Kreatif Saat ABG”

  1. terus …. komunikasi dengan mr. james nya masih berlanjut ngga sampai saat ini… ?

    kalau berlanjut .. keren banget mba okti 🙂

    Reply
  2. Seru banget Mba haha, saya sampai ketawa bacanya. Padahal ngga di kampung Mba, dulu saya sekolah di kota aja kalau belajar Inggris juga ngga dianggap serius. Baru pas ada trend homestay berebutan kursus.

    Reply
  3. Jadi inget pertama kali magang di Candi Prambanan. Nyegat turis yang gak ditemenin guide resmi di pintu masuk candi buat ditemenin, tapi kok lidah kayanya kelu banget. Boro-boro ngomong jelasin isi canti, mau nyapa aja groginya minta ampun. Kalo gak salah inget baru di hari ketiga atau keempat saya akhirnya berani nyapa turis, dan baru semingguan kemudian bisa dapet turis yg mau ditemenin keliling candi dengan penjelasan belepotan. Hahaha…

    Reply
  4. Cakep banget kemampuannya
    Lha saya ketemu bule saja belum pernah waktu SMP atau SMA
    Setelah menjadi taruna Akabri baru latihan bersama Taruna Australia dan cas-cus-cis
    Salam hangat dari Jombang

    Reply

Leave a Reply to Kornelius ginting Cancel reply

Verified by ExactMetrics