Otak Blong Bikin Kreatifitas Nol

Sudah satu bulan lewat aku jadi seperti orang (maaf) bego. Kerjaan melongo, tatap mata kosong, tidak ada gairah sama sekali, jauh jika dibandingkan dengan kondisi semula. Kenapa? Mungkin Tuhan sedang mengujiku. Berbagai cobaan terus terusan menimpa, seolah belum bisa bernafas lega, tapi tiba-tiba himpitan itu tanpa aku duga dan sama sekali tidak ada persiapan kembali … Read more

Serunya Membuat Dumpling Khas Taiwan Sendiri

Saat iseng aku upload foto dumpling buatanku sendiri di instagram yang dishare ke akun Twitter dan Facebook, ada beberapa pertanyaan yang diajukan teman sebagai bentuk respon dari foto dumplingku itu. Bahkan beberapa teman diantaranya bertanya, bagaimana cara membuat si suei jiau ini. Baiklah, meski penuh perjuangan dan gelak tawa, akhirnya berhasil juga keluarga menikmati dumpling … Read more

Ngidam Naik Giant Ferris Wheel Jawabnya Bianglala Dunia Fantasi Ancol

Ngidam naik giant ferris wheel? Itu lho, wahana permainan lingkaran memutar dari atas ke bawah seperti kincir raksasa yang biasa disebut bianglala. Nah, saat ngidam naik bianglala ini, eh, di Dunia Fantasi (Dufan) Ancol Jakarta tidak sengaja malah dapat bonus jumpa Wali Band dan nonton konsernya! Saat usia kehamilan menginjak bulan ke tiga, tiba-tiba saja … Read more

Mengenang Dalang Legendaris Indonesia Hebat

Tatar Pasundan kembali berduka. Setelah kehilangan pendongeng Uwa Kepoh, kini salah satu sosok Indonesia Hebat, Dalang Wayang Golek Asep Sunandar Sunarya yang terkenal dengan nayaganya Giri Harja kembali dipanggil Yang Maha Kuasa. Sejujurnya, aku pribadi merasa sangat terpukul dan memiliki “sejarah” mendalam berkaitan dengan dalang legendaris ini. Asep Sunandar Sunarya, pedalang kelahiran Bandung, Jawa Barat, … Read more

Ulang Tahun: Jangan Jadikan Pemicu Kesenjangan Sosial

Saat membawa Fahmi menghadiri ulang tahunnya Rima, tetangga rumah di Pagelaran, pikiranku langsung melesat ke masa kecilku saat tinggal di Bandung.

Ada kisah yang menyedihkan sekaligus menyakitkan di sana. Aku dan adikku alami. Masalahnya masih berkaitan dengan acara ulang tahun.

Kami punya tetangga namanya Pak Lukman. Mereka mempunyai anak 4. Tiga perempuan dan satu laki-laki. Dua anak terbesar mereka sudah menikah dan mempunyai anak. Usianya hampir sebaya denganku juga adikku. Hanya berselisih beberapa tahun mungkin.

Setiap keluarga Pak Lukman merayakan ulang tahun cucunya, diantara anak-anak satu kampung, selalu hanya aku dan adikku yang tidak mereka undang. Sementara Nia, Angga, Desti, Hany, Hendi, Wawang, Meike, Asep, Lutfi, Mimi, Aden, dan masih banyak teman sebaya kami satu kampung yang sekarang aku lupa lagi namanya semuanya mereka undang!

Padahal, rumah yang kami tempati bersebelahan. Bedanya rumah keluarga Pak Lukman sudah permanen dan megah, sementara rumah yang aku tempati hanya rumah kontrakan, itu pun berdinding bilik bambu dan berlantai tanah.

Saat itu setiap ulang tahun dirayakan anak-anak lain juga banyak yang bertanya kenapa aku dan Agus tidak diundang? Kenapa selalu tiap ulang tahun aku dan Agus yang tidak mereka undang?

Pertanyaan yang tidak bisa pasti terjawab. Hanya jawabanku sendiri saja yang menjadi jawaban buat mereka yang bertanya. Keluarga Pak Lukman tidak mengundang aku dan Agus adikku mungkin karena kami anak orang miskin, yang tak pantas mereka undang. Toh jika diundang pun kami tak bisa memberikan apa-apa kepada cucunya yang ulang tahun. Tentu mereka akan rugi jika memberi aku dan adikku makanan atau bingkisan seperti yang dibawa dan dimakan teman-temanku lainnya yang mereka undang.

Meski aku baru berusia antara kelas 3 sampai kelas 6 SD, tapi aku sudah bisa merasakan betapa sedih dan tidak berartinya saat dibeda-bedakan seperti itu. Apa salah kami? Apa kemiskinan itu pilihan yang kami inginkan?

Hingga kami pindah (Agus dan Ibu ke Cianjur; sementara aku diantar Ayah ke Tasikmalaya) belum pernah kami menghadiri ulang tahun cucu-cucu Pak Lukman, karena kami memang tidak pernah diundang.

Kejadian masa kecilku itu seakan terungkap kembali saat kini aku punya anak dan menghadiri perayaan ulang tahun anak tetangga yang mengundang Fahmi.

Aku dan suami bukan orang berada. Fahmi dibesarkan dalam keadaan kesederhanaan atau mungkin bisa dibilang serba kekurangan. Tapi dalam hatiku berjanji, jika kami memiliki kelebihan, sekecil apapun itu, akan kami bagi dengan teman-teman Fahmi, tak terkecuali siapapun (anak siapa, bagaimana tingkatan perekonomiannya).

Aku tak ingin ada anak kecil lain yang merasakan kecewa sebagaimana kekecewaanku dan adikku dulu saat di Bandung…

Saat Fahmi Mempersiapkan Kado untuk Rima

Tak tahu bagaimana menjabarkan perasaanku sebagai ibunya, saat sore tadi kami menerima undangan ulang tahun untuk Fahmi, dari Rima (3) anak tetangga yang tempatnya terhalang enam rumah dari rumah kami.

“Fahmi sudah besar ya, Nak?” Ucapku dalam hati sambil memandangnya yang sedang asyik bermain dengan kartu undangan. Tampak Fahmi bahagia dengan kertas itu di tangannya. Anakku rupanya sudah “diakui” keberadaannya oleh orang sekitar.

Undangan untuk hari jumat tanggal 14 Maret itu akan menjadi undangan pertama yang diterima Fahmi. Rasanya baru kemarin kami meniupkan lilin ulang tahun pertama untuknya, dan kini Fahmi akan aku bawa untuk pertama kalinya pula menghadiri acara ulang tahun temannya. Subhanalloh…

Perasaan ini benar-benar tidak bisa dilukiskan…
Hanya aku menyadari bahwa salah satu proses dalam hidup dan kehidupan dimana manusia mau tidak mau akan dan harus menjalaninya ini kini tengah aku alami.

Sore tadi juga aku diantar suami bersama Fahmi mencari mainan untuk dijadikan kado yang akan diberikan Jumat sore besok. Fahmi malah senang memeluk boneka barby yang aku pilih untuk dibungkus sebagai kado.

Aih! Masa anak laki-laki suka juga barby, Mi? 🙂

Saat di rumah Ayah Fahmi membungkuskan kadonya pun, Fahmi terlihat enerjik bukan main. Gembira sekali. Dikira mainan itu untuk dirinya kali ya? Ah, lucunya…

Kini dalam benakku sebagai ibunya, untuk pertama kalinya pula harus memikirkan, besok Fahmi memakai baju yang mana? Sendalnya atau sepatunya yang mana? Sekaligus kepikiran pula ada gak baju yang masih cocok buatku untuk membawa fahmi ke acara ulang tahun temannya?

Pikiran seorang ibu muda apa memang demikiankah adanya?

Verified by ExactMetrics