Cerita Tentang Meja Kerja Blogger Kampung

Cerita Tentang Meja Kerja Blogger Kampung

blogging

Sebagai ibu rumah tangga jujur saja saya tidak punya meja kerja layaknya pegawai kantoran. Tapi tenang dulu, karena kalau di rumah saya justru punya banyak meja kerja lho! Ya, banyak bahkan banyaknya melebihi meja kerja seorang karyawan!

Ibu rumah tangga pekerjaannya hampir nonstop 24 jam per hari. Mulai mengurus keluarga, merawat rumah, hingga saatnya melakukan aktivitas me time alias mengerjakan hobi. Wajar kalau saya mengaku banyak memiliki meja kerja.

Meja kerja saya itu di antaranya:

  • Meja makan. 

Meja tempat saya beraktivitas selama tiga kali sehari. Memasak apa saja, mau enak atau tidak, mau jadul atau kekinian, semua selalu dihidangkan di meja ini. Senang dan lelah berganti bahagia manakala apa saja yang saya kerjakan di dapur sekian lama selalu dinikmati anak dan suami tanpa banyak komplain.

  • Meja penggilasan.

Kami tidak punya mesin cuci. Saya dan suami mencuci pakaian selalu dengan tangan. Sebagian besar pakaian saya dan Fahmi cukup dibilas menggunakan tangan, tapi beberapa pakaian tebal seperti celana jeans dan jaket mau tidak mau memerlukan bantuan sikat cuci dan meja penggilasan. Meski dipakai di belakang, meja ini terbuat dari kayu yang sangat bagus. Ditambah dengan perawatan yang maksimal, kekuatan meja ini tidak kalah dengan meja ukir yang terkenal dari Jepara itu lho!

 

  • Meja setrika.

Meski dalam waktu satu minggu belum tentu dipakai namun sekali pakai bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Meski saya sangat mendukung aksi BTS (Baju Tanpa Setrika), namun beberapa potong pakaian suami harus tampak licin dan rapi. Jadi meski menyetrika itu mengesalkan, boros energi listrik juga (hahaha, emak irit banget ini mah) saya tetap memiliki dan sesekali menggunakan meja setrika.

  • Meja mainan.

Ini hanya sebuah meja plastik tempat Fahmi menyimpan segala mainannya. Tidak besar, tidak pula berkelas, namun fungsinya sangat tepat untuk menanamkan kebiasaan baik  kepada anak. Fahmi jadi bisa belajar disiplin untuk menyimpan kembali mainannya setelah dipakai. Meja ini juga terkadang berganti nama menjadi “meja Ami” saat diakui oleh pemiliknya.

 Tuh, banyak meja kan sebenarnya? 🙂 

Karena saya suka menulis mengetik maksudnya, saya suka menggunakan meja makan, meja setrika, meja penggilasan dan meja mainan Fahmi sebagai tempat bekerja mengetik draft tulisan atau sekadar mencatat ide yang sedang muncul di benak. Penasaran bagaimana meja makan, meja setrika dan meja penggilasan serta meja mainan digunakan sebagai meja kerja? Memang bisa?

Ya iyalah, pasti bisa. Secara saya mengetik kan di ponsel. Jadi saya bisa mengetik di hape sambil makan pagi saat suami mau kerja, bisa nyambi ngetik sebentar saat nyetrika, soalnya kalau tidak buru-buru disimpan, bisa lupa. Kan sayang. Termasuk saat mencuci dan menemani anak bermain.

Selain itu, untuk bekerja mengetik saya juga punya meja yang biasa saya pakai sewaktu-waktu, ialah meja perpustakaan. Adanya tidak di rumah memang, melainkan di Alun-alun kota Cianjur. Dua jam kendaraan dari kampung tempat kami tinggal. Tempat di mana perpustakaan, atau biasa warga Cianjur menyebutnya Taman baca Mesjid Agung Cianjur berada.

Sesekali, saat saya sedang mudik ke kota untuk liburan atau akhir pekan, saya bersama suami dan Fahmi menggunakan fasilitas wifi gratis di tempat biasanya para aktivis Forum Lingkar Pena (FLP) Cianjur berkegiatan. Sambil mengasuh anak yang bermain di alun-alun, atau membaca buku di taman bacanya, menunggu suami yang sedang berolahraga dan terapi, saya memilih duduk di meja perpustakaan untuk sekadar buka medsos,  update blog atau blogwalking.

Itulah kisah seputar meja kerja saya. Meja kerja saya memang beda dengan meja kerja teman-teman blogger khususnya. Meja kebanggan ibu rumah tangga yang bisa saya kisahkan, karena saat pindahan rumah ini, meja kerja satu-satunya yang ada milik suami pun sedang tidak bisa dipakai karena tidak kami bawa ke rumah tempat kami mengontrak saat ini.

22 thoughts on “Cerita Tentang Meja Kerja Blogger Kampung”

  1. Ahhh bukan milik meja kampung aja kok. Akupun kalo kerja suka di meja makan. Meja makan suka double fungsi. Bisa buat kerja, buat makan, atau naruh barang2 belanjaan atau paket kiriman. Wkwkwk..

    Reply
  2. aku pakai dingklik (tempat duduk buat nyuci) bikinan, biar agak kece aku lapisin si dingklik dengan kertas kado … jarang ngetik di atas meja/dingklik juga, lebih sering taruh di atas dengkul

    Reply
    • hihi, kalo di saya istilahnya jojodog, Mbak. Sama, pake jojodog dan ndeprok di atas lutut juga emang enakeun kalo lagi diburu ide mah ya Mbak 🙂

      Reply
  3. Blogger kampung juga Teh Okti mah keren. Rajiiiin apdetnya. Saya mah sering sampe blog bulukan, baru deh apdet. Hehehe. Btw, meja kerja saya mah, secara resminya gak ada. Kalo kerja, nulis, masak, makan, atau apa pun, gak pernah pake meja. Ngadeprok aja di bawah. Hihi… lebih afdol rasanya. 😀

    Reply
  4. Wah, saya juga blogger kampung. Kalau dibilang tempat kerja terlalu wah gitu. Tempat ngetiknya sembarangan. Mulai di lantai, meja lipatnya anak2, kasur. Pokoknya dimana saja yang penting bisa buat naruh laptop.

    Reply
  5. Teh Okti, aku penasaran ama meja untuk cuci baju 🙂
    Dulu banget pas di Ambon kalau nyuci selalu di batu yang gedee banget.

    Reply
  6. Walah, sampe penggilesan pun dipake buat meja? Itu penggilesan yang buat nyuci baju bukan ya? Hehehehe… Kalo saya bisanya di saat darurat pake meja belajar anak, duduk ngedeprok di lantai gitu. Tapi gak bisa lama-lama, pasti cepet banget semutan karena kaki harus terus selonjor. Kalau sudah capek pindah deh ke meja di ruang tamu, atau ambil kursi. Bukan buat duduk, kursinya buat naruh laptop. Hhehe

    Reply
  7. penasaran ama meja penggilesannya 😀 setau saya adanya papan penggilesan aja… lah ini dalam bentuk meja… kayak gimana tuh ya???

    Reply

Leave a Reply to tetehokti Cancel reply

Verified by ExactMetrics