Fenomena Discount: Saya Anti, kamu?

Fenomena Discount: Saya Anti, kamu?

Katanya perempuan identik dengan discount. Katanya discount itu surganya dunia. Katanya, karena buat saya tidak. Saya malah bisa dibilang anti discount (kecuali produk tertentu) apalagi discount yang diobral jelang lebaran, tahun baru atau hari besar lainnya. Saya sama sekali tidak tertarik. Ini berlaku tidak hanya di pasar nyata, tapi juga e-commerce yang sedang buming itu.

Suka atau tidak suka dengan discount setiap orang punya pilihan. Jadi sah sah saja kamu mau suka, mau berburu, mau cuek, semua pilihan ada di tangan masing-masing.

Jika hunter discount punya alasan suka karena bisa belanja dengan harga murah, maka saya juga punya alasan kenapa tidak tertarik dengan semua yang berembel-embel discount. Berikut pengalaman saya dan ini saya amati masih berlaku sampai musim obral discount lebaran beberapa hari lalu.

 

Yang saya tahu discount itu sebenarnya bukan membeli murah. Kadang jatuhnya harga jadi lebih mahal, jauh dari harga pasaran yang wajar.

Pengamanan yang saya lihat khususnya di daerah Cianjur, yang suka memberi discount itu sejenis mall ukuran kecil sih maklum Cianjur baru sekelas kota kabupaten itu pun wilayahnya kecil atau minimarket, sementara toko-toko biasa yang berjejer di jalan raya atau setiap pasar wilayah kecamatan, kan tidak. Ini sering saya amati sekitar 5 tahun terakhir ini, makanya cukup hafal.

Saya pernah membeli sebuah sendal di toko sepatu dekat satu-satunya kelenteng di Cianjur dengan harga Rp.120ribu. Saya tawar susah payah penjual hanya kasih turun lima ribu rupiah saja. Itu pun penjual bilang sudah tipis, hampir tidak balik modal. Ya sudah karena kualitas bagus dan model saya suka, saya ambil saja.

Beberapa hari kemudian tidak sengaja saya melihat di sebuah mall dekat terminal bus lama Cianjur digembar-gemborkan kalau sendal dengan merek dan bahan yang sama tengah dijual dengan discount 50%!

Wah, saya pikir murah banget. Kalau saja harga 120 ribu dan dapat discount 50% berarti dengan harga Rp.60ribu saja itu sandal sudah bisa dibawa pulang… ah saya sempat merasa kalau saya salah pilih.

Tapi ternyata tidak. Sendal yang digembar-gemborkan discount 50% itu bukan berharga sekitar 60ribu, melainkan 220ribu! Hah? Kok bisa? Iya, karena mereka pasang harga awal dengan nominal Rp.440ribu! Ck…ck…ck…

Itu sendal yang digembar-gemborkan dapat discount 50% masih jauh lebih mahal dibanding beli di toko yang cuma Rp.120ribu.

Begitu juga saya lihat trik ini mereka terapkan pada barang lain seperti pakaian, elektronik, dan sembako. Mereka memberi iming-iming discount setelah lebih dahulu menaikan gila-gilaan harga awal.

Orang awam gila discount berpandangan murah nih discount setengah harga padahal harga nyata masih jauh lebih mahal daripada harga di toko yang tidak memberikan discount apapun dan pasang harga masih dalam batasan wajar.

Sejak saat itu saya makin ilfil sama yang namanya discount khususnya di semacam mall mall gitu jelang hari besar. Saya lebih memilih belanja di toko biasa. Selain lebih leluasa dalam memilih barang juga ikut memajukan perekonomian daerah dan usaha mereka.

Kadang saat belanja di toko atau pasar kecamatan saya jadi tidak banyak nawar lagi dengan harga penjualan yang mereka tawarkan karena tahu harga yang mereka pasang masih kalah jauh lebih wajar dibanding harga yang katanya dapat discount di semacam mall mall gitu tapi nyatanya mencekik dari belakang. Padahal merek dan bahan sama.

Ini murni pengalaman saya, jadi kalau ada kemungkinan berbeda dengan pengalaman hunter discount ya wajar saja. Monggo, pilihan ada di tangan masing-masing.

Semoga bermanfaat. Jadilah konsumen yang cerdas!

9 thoughts on “Fenomena Discount: Saya Anti, kamu?”

  1. Hahahaha iya betul mbak diskon gede2 itu karena harga sudah dinaikkan lebih dulu , saya juga paling malas kalo diskon besar pas lebaran kyk gitu, punjg barang lama dikeluarin. Mending belanja hari biasa trus di simpan nanti dipake pas lebaran hoehehhehe.

    Reply
  2. Yes setuju…. Saya termasuk rutin ngecek harga barang kalau berbelanja. Biasanya dibeberapa mall di Pontianak juga sering nemuin hal ini. Tas harganya jutaan (ngga masuk akal untuk sekelas ransel merk biasa biasa aja) setelah didiakon masih 500rb an. Terkadang harga ditoko biasa malah setengahnya. Ampunnn deh, kita harus bayar tambahan biaya listrik kali ye… Buat AC dan eskalator mall

    Reply
  3. Saya juga sering lihat gitu mba. Kalai diskon gede2an biasanya lihat harga dasar udah masuk akal atau belum

    Kalau soal diskon biasanya baru terasa untuk prodik elektronik.

    Kalai saya sih termasuk yg pilih2 dulu. Ga berarti langsing say no. Tapi biasanya lihat2
    . Kadang memang ada yg diskon beneran. Syaratnya ya tetap harus tahu hatga dasar biar ga kejebak.

    Reply
  4. Dan kadang yang banyak discount itu barang lama atau ada cacatnya….

    Aku kalo discount ya liat2 dulu..baru deh beli…
    Discount gak ikhlas namanya…hahahah

    Reply
  5. kalau aku sih beneran diteliti dulu, beneran diskon atau emang harganya udah dinaekin dulu?

    ada kalanya retail besar kayak supermarket atau mall memang beneran banting harga, dalam artian mereka beneran ngejual barang dengan harga modal atau bahkan dibawahnya, karena mau ngabisin stok dan alasan lainnya.. yg kayak gini susah ditiru pedagang kecil yang emang cuma bisa ambil untung dikit..

    Reply
  6. Aku addict diskon mba, tapi benar-benar jeli melihat harga diskon. Kalau ternyata harga diskonnya bohongan, saya nggak jadi beli. Tapi kadang pernah suka ketipu juga sama barang diskon, pas dilihat di rumah barangnya cacat, ihiks..

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics