Jelang Ulang Tahun TMII ke-39 Mencintai TMII Melestarikan Budaya Bangsa Meningkatkan Nasionalisme

Semarak Ulang Tahun TMII ke 39 Dok. Pribadi

Pertama kali menginjakkan kaki di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sekitar tahun 1997 saat masih menjadi siswa putih abu-abu. Bangga banget rasanya sebagai anak daerah jauh di pelosok bisa karyawisata ke sebuah taman di Jakarta yang sangat indah dan banyak ragam keunikan isinya. Saat itu saya mulai tahu kalau TMII yang luasnya sekitar 1,5 km persegi ini adalah lokasi taman wisata yang bertema kebudayaan Indonesia.

Di TMII selain arena bermain, banyak pula wahana penunjang pendidikan seperti museum dan tempat beribadah agama yang diakui Indonesia. Danau buatan dengan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya memberi kesan TMII memang unik dan sebuah tempat dimana para pengunjung akan semakin terpupuk rasa nasionalismenya.

Terdapat macam-macam taman kita jumpai di TMII yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia. TMII juga memiliki fasilitas ruang serba guna seperti Sasono Utomo, Sasono Langen Budoyo, Sasono Manganti, dan Sasono Adiguno yang sering digunakan sebagai lokasi acara besar berskala nasional. Naik Kereta Gantung menyaksikan TMII dari atas. Danau dengan miniatur Kepulauan Indonesia (Dok. Pribadi)

Dengan lokasi yang sangat luas, selain menggunakan kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat, pengunjung juga bisa berkeliling menggunakan alat transportasi berupa kereta api mini, mobil keliling, charter mobil keliling dan atau charter mobil bus.

TMII dan generasi muda bangsa

Selanjutnya saya sering mendengar kalau adik-adik kelas di sekolah setiap tahunnya pun selalu mengadakan karyawisata ke TMII yang mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 ini. Bahkan keponakan yang masih sekolah di SD dan SLTP pun sudah bisa menjelaskan kalau ide membuat taman miniatur Indonesia ini dicetuskan oleh Ibu Tien Soeharto.

Beberapa wahana di TMII (Dok. Pribadi)Melalui miniatur Indonesia yang berbineka tunggal ika ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan cinta tanah air anak-anak sekolah kepada negara Indonesia, begitu penjelasan keponakanku mengutip apa yang diucapkan guru pembimbingnya saat study tour ke TMII.

TMII memang berkaitan erat dengan murid-murid sekolah. Dipastikan hampir setiap akhir tahun ajaran, sekolah-sekolah selalu mengadakan acara karyawisata membawa anak didiknya untuk belajar sambil bermain ke TMII. Adanya arena bermain dan hiburan yang diminati tanpa didera rasa bosan menjadikan TMII semakin melekat di hati para siswa.

Ada banyak sarana rekreasi anak di TMII seperti Istana Anak-anak Indonesia, Teater Keong Mas, Kereta gantung, Perahu Angsa, Taman Among Putro, Taman Ria Atmaja, Desa Wisata, Kolam renang Snow Bay, dan sebagainya. Dok. Pribadi

Salah satu wahana unggulan yang diminati anak-anak adalah Snow Bay. Wahana pertama di tanah air dimana kita bisa merasakan sensasi terombang ambing dalam corong raksasa plus merasakan kolam berombak terbaik di Indonesia. Rasakan sensasi segala permainan air dan meluncur menggunakan matras menembus pegunungan salju. Tersedia juga fasilitas kolam SPA ala Snow Bay dan wahana anak Snow Bay Lainnya.

Ada Pusat Peragaan IPTEK dimana anak-anak bisa bereksperimen menggunakan serta memanfaatkan bahan yang ada di sekitar untuk mencari tahu rahasia ilmu. Ada science workshop yaitu program peningkatan kompetensi guru dan siswa melalui pelatihan dengan topik dan pembicara ahli. Ada pemutaran pemutaran film ilmiah yang dapat membuka wawasan anak. Dan satu peragaan segala hal yang berkaitan dengan ozon. Anak diajak bermain dan diberikan pemahaman mengenai apa yang terjadi dengan bumi jika lapisan ozonnya rusak.

TMII cermin budaya bangsa

TMII memadukan unsur budaya tradisional dengan budaya masa kini yang modern dan dinamis menjadikannya sebagai lokasi wisata dan cagar budaya yang menginspirasi peradaban bangsa. Semakin berkembang pesat kemajuan teknologi, TMII pun terus melakukan inovasi. Wahana yang ada terus berkembang dengan berbagai penambahan guna menarik pengunjungnya yang berasal dari berbagai kalangan dan daerah. Beberapa anjungan di TMII (Dok. Pribadi)

Indonesia pada setiap suku bangsanya memiliki adat istiadat, bahasa serta bentuk dan corak bangunan yang berbeda. Bangunan atau arsitektur tradisional yang dibuat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan masing-masing suku. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah. Tiap anjungan menampilkan bangunan khas setempat yang mewakili suku bangsa Indonesia.

Ragam budaya Indonesia (Dok. Pribadi, sumber gambar TMII)

Selain model bangunan di anjungan juga memamerkan pakaian adat dan pernikahan, kesenian, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan kerajinan tangan. Semuanya dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Ada juga toko cenderamata yang menjual berbagai kerajinan khas daerah masing-masing. Dari komitmen kuatnya dalam mengedepankan khasanah budaya bangsa TMII dinyatakan sebagai Lembaga Pelestarian Budaya Indonesia oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia pada tahun 2011.

Pada awalnya TMII yang mempunyai maskot tokoh wayang Hanoman bernama Nitra atau Anjani Putra ini hanya memamerkan corak budaya bangsa Indonesia dari 27 provinsi Indonesia, kini sudah bertambah menjadi 34 provinsi yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional.

Hari libur atau hari besar lainnya, di anjungan daerah maupun panggung lainnya digelar ragam atraksi seni budaya daerah seperti menampilkan upacara adat, sajian makanan khas daerah, aneka bentuk kerajinan tangan, serta berbagai potensi pariwisata kedaerahannya.

Rumah adat dan kuburan di tebing Tanah Toraja (Dok. Pribadi)

Setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu kini sudah dibangun anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung, Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat.

TMII saat ini tengah diajukan sebagai nominasi Warisan Budaya Takbenda kategori Best Practices UNESCO oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Bangunan keagamaan

Untuk menggambarkan rasa toleransi dan keselarasan hubungan antar agama serta kepercayaan yang berbeda di tanah air dibangun pula bangunan keagamaan (rumah ibadah) yang resmi diakui di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pencanangan TMII sebagai Wahana Toleransi dan Kerukunan Umat oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada tahun 2012 lalu. Rumah agama yang berdampingan di TMII (Dok. Pribadi)

Berjejer dengan jarak tidak terlalu jauh antara Masjid Pangeran Diponegoro, Gereja Katolik Santa Catharina, Gereja Protestan Haleluya, Pura Penataran Agung Kertabhumi, Wihara Arya Dwipa Arama, Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa dan Kuil Konghucu Kong Miao, menggambarkan meski berbeda agama serta keyakinan namun masyarakat Indonesia bisa hidup rukun dan damai.

TMII sebagai Wahana Keberagaman Museum

Di dalam TMII ada 16 museum sebagai Sumber Inspirasi Peradaban Bangsa yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2013. Museum yang terkenal diantaranya adalah Museum Indonesia, Museum Komodo, Museum Keprajuritan, Museum Perangko, Museum Olahraga, Museum Telekomunikasi, Museum Transportasi, dan Museum Timor Timur (bekas Anjungan Timor Timur)

Sebagian Museum di TMII (Dok. Pribadi)
Salah satu museum yang menjabarkan keberagaman kebudayaan Indonesia adalah Museum Indonesia. Gedung dengan tiga lantai ini menyimpan ratusan koleksi artefak kebudayaan milik negara. Museum yang ada di TMII ini diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna, serta teknologi di Indonesia.

Salah satu museum yang sudah direvitalisasi adalah Museum Asmat. Ini sejalan dengan pencanangan TMII sebagai Outmented Reality Miniatur Park Indonesia. Rencana selanjutnya akan dibangun Museum Batik Nusantara dan Museum Laksamana Cengho. Museum Keprajuritan (Dok. Pribadi)
Foto Jadul saat pertama kali ke TMII di Museum Keprajuritan (Dok. Pribadi)
Museum Transportasi (Dok. Pribadi, sumber gambar TMII)

TMII dan Blogger

Sekitar satu tahun yang lalu tepatnya Minggu tanggal 24 Maret 2013 para blogger melakukan kopdar dan serangkaian kegiatan di TMII, bertemakan “Museum Di Hatiku” Bertempat di Museum Asmat.

Sesuai dengan tema yang diusung, para blogger yang berjumlah sekitar 40 orang dari berbagai daerah itu diharapkan bisa mempresentasikan bahwa TMII akan menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang dengan kekayaan budaya yang diwariskan nenek moyang sebelumnya. Blogger bisa mendobrak dunia lewat tulisannya tentang kebudayaan lokal bangsa Indonesia yang dilihat dalam miniaturnya di TMII. Lewat tulisannya blogger bisa mempromosikan TMII sebagai tempat wisata dan cagar budaya. Mengingat saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia adalah penggguna internet dan jejaring sosial aktif.
Blogger gathering di TMII (Dok. Pribadi sumber Dian Kelana)

Blogger dengan latar kebudayaan Suku Asmat (Dok. Pribadi, sumber Dian Kelana)Gathering yang bertempat di Museum Asmat ini sendiri secara tidak langsung memperkenalkan akan Suku Asmat dari pedalaman Irian Jaya. Suku Asmat adalah suku yang bisa dikatakan telah menyatu dengan alam atau hutan baik pakaian, pola hidup dan pribadinya. Cara hidupnya sepenuhnya bertanggung jawab terhadap alam karena mereka tinggal dan makan dari hutan itu sendiri. Dengan kata lain mereka sudah menjaga hutan supaya tidak ditebang secara liar demi kelangsungan hidup anak cucu nanti.

Menjelang Ulang Tahun TMII yang ke 39 pada 20 April 2014 nanti, pada usianya yang hampir menginjak kepala empat ini, TMII memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat signifikan dalam pembangunan karakter bangsa. Tidak salah jika TMII telah ditetapkan sebagai aset negera berdasarkan Keputusan Presiden RI NO.51 Tahun 1977 dan ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2008.

TMII adalah aset milik bersama bangsa Indonesia. Dengan kata lain menekankan bahwa tanggung jawab pelestarian TMII juga adalah kewajiban semua warga negara. Pelestarian itu sendiri dapat dilaksanakan dengan cara memelihara dan memanfaatkan keberadaan TMII (0l)

Galeri Foto Semua Dok. Pribadi

Ayah Dian Kelana bersama Riezky. “Serasa pulang kampung halaman!” Museum Indonesia (Sumber Dian Kelana) Kendaraan di TMII Salah satu stand souvenir TMII Ukiran khas tradisional Batu untuk meloncat, permainan tradisional Bersepeda dengan latar miniatur Tugu Monas

1 thought on “Jelang Ulang Tahun TMII ke-39 Mencintai TMII Melestarikan Budaya Bangsa Meningkatkan Nasionalisme”

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics