Ketika wasiat tak lagi dijalankan sepenuhnya 

Ketika wasiat tak lagi dijalankan sepenuhnya 

Pagi-pagi sudah melow. Baca tulisan Mbak Nova tentang silaturahmi dan 5 hal kebaikan yang diajarkan kepada anak sejak dini supaya bisa silaturahmi dan mengenal saudara terdekat dan jauh. Ada yang perih di hati ini. Merasa dosa saya jadi jarang silaturahmi terhadap keluarga besar khususnya ibu kandung yang masih ada dan tinggal sendiri.

Jika saat orang tua saja masih ada sudah tidak berkunjung, apalagi nanti kelak jika sudah meninggal? Dan itu pun nyata. Makam almarhum bapak berada di satu kecamatan beda desa. Jarak sekitar setengah jam pakai ojek karena masuk persawahan. Tapi setahun sekali pun saya tidak pernah ziarah ke makamnya. Ya Allah… Maafkan aku jika termasuk durhaka.

Saya orang buta ilmu agama. Bukan lulusan pesantren, mengaji pun kaya bunglon, banyak melamunnya karena merasa meski duduk di pengajian tapi hati ada di luaran.

Saya tidak tahu bagaiamana seharusnya bersikap dan berbuat terhadap orang tua baik kepada ibu yang masih ada atau kepada bapak yang telah tiada, selain mendoakan dan berusaha membahagiakannya di masa tuanya.

Saat sebelum menikah saya tidak pernah absen silaturahmi kepada saudara-saudara baik dari pihak ayah maupun pihak ibu. Termasuk teman dan sahabat almarhum bapak yang kebanyakan tinggal di luar kota. Jangankan hari besar seperti lebaran, hari biasa saja asal ada waktu dan ongkos saya usahakan mengunjungi saudara dan teman bapak.

Tapi setelah menikah, sret! Semua berhenti total. Langkah saya terbatas dan saya tidak berdaya meski keinginan untuk silaturahmi itu selalu ada dan menggebu.

Sekali lagi karena saya merasa hanya orang bodoh yang tidak tahu apa yang harus dan baiknya saya lakukan dengan kondisi itu saya pun bertanya tepatnya curhat kepada guru mengaji suami yang biasanya memberi solusi. Namun guru ngaji pun tidak memberikan solusi nyata. Menurut saya jawabannya ngambang.

Akhirnya sampai sekarang saya tetap jalan di tempat. Hubungan dengan keluarga besar renggang. Saat ibu sandiri sakit pun tidak menengok kecuali mampir sekitar setengah jam untuk memberikan biaya kebutuhan hidup yang sudah jadi kewajiban saya sebagai anaknya.

Sedih dan tanpa terasa air mata ini selalu mengalir dengan sendirinya jika mengingat itu semua. Tapi saya tidak boleh egois. Status saya sekarang bukan lagi lajang. Dan saya menyadari itu meski saya bukan santriawati yang solehah.

Satu hal yang selalu dilakukan almarhum bapak ketika masih hidup adalah silaturahmi berkunjung ke teman-temannya. Entah itu ketemuan di mesjid, di warung, atau memang datang bertamu langsung ke rumahnya. Dan bapak selalu bawa saya serta adik. Ini secara tidak langsung telah menjadi wasiat bapak untuk terus saya dan anak cucunya kelak dilakukan.

Setelah bapak tiada, saya coba meneruskan kebiasaan bapak. Tapi setelah menikah kebiasaan itu total berhenti sama sekali.

Tidak ada rotan akar pun jadi. Saat ini dimanapun kita berada berasa dekat saja karena kecanggihan tekhnologi. Oke saya tidak bisa kemana-mana (lagi) tapi niat baik dan kebiasaan baik almarhum bapak tidak bisa berhenti begitu saja. Tipsnya memanfaatkan kecanggihan teknologi. Melalui telepon dan media sosial saya telusuri semua keluarga besar beserta teman-teman almarhum bapak. Jika teman bapak (sudah tua) tidak punya ponsel apalagi media sosial, saya telusuri anak cucunya. Atau tetangganya. Yang pentingnya bisa mengetahui kabar dan bisa dihubungi saja dulu.

Dengan begitu saya sedikit lega. Pengakuan bahagia dari keluarga besar dan teman-teman bapak yang merasa terkejut sekaligus senang ketika mengetahui siapa saya yang menghubunginya sudah membuat saya tenang dan merasa almarhum bapak tersenyum di atas sana.

Semoga meski hanya melalui perantara tali silaturahmi antara sesama teman, sahabat dan saudara almarhum bapak tetap terjalin dan menjadi sebuah amalan yang pahalanya terus mengalir. Amin.

 

6 thoughts on “Ketika wasiat tak lagi dijalankan sepenuhnya ”

  1. Alhamdulillah..
    Semoga kita menjadi anak yang selalu berbakti pada orang tua ya teh, meski udah pada ga ada moga bisa meneruskan silaturahmi.
    Iya, ya..terkadang berziarah suka terlupakan, tapi yg penting kan mendoakannya saja, yuk teh moga sengan doa bisa melapangkannya.

    Reply
  2. Karena kesibukan kita ya teh kadang tidak sempat, namun kalau aku mesti tiap ada kesempatan kita berusaha menyempatkan untuk menyambung silaturahmi ke mereka

    Reply
  3. Wah, aku nih kayak gini, sekarang udah jarang silaturahmi ke saudara2. Teknologi telepon pun paling cuma buat telepon emak, saudara lain hampir gk pernah kuhubungi. Istighfar aku. Pdhl silaturahmi itu oenting sekalu. Makasih mba sdh mengingatkan.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics