Berani Jadi Wanita Biasa Dengan Kemampuan Istimewa?

Berani Jadi Wanita Biasa Dengan Kemampuan Istimewa?
Kulit Sehat dan Lembut dengan Redwin Sorbolene Moisturiser

Masuk ke rumah penglihatan berubah menjadi gelap. Seperti itu akhir-akhir ini yang saya rasakan sekembalinya dari sawah. Musim panen di awal tahun ini sedikit banyak telah mengubah aktivitas keseharian saya. Tengah hari biasanya bobo cantik kini jadi penunggu gabah yang sedang dijemur. Dari yang biasanya megang gadget buat mantengin media sosial, jadi megang bambu penghalau ayam-ayam yang kesenangan mematuk gabah jika saya kecolongan.

Sebagian besar perempuan di desa saya demikian kegiatannya. Mengurus anak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan membantu suami dengan mengerjakan apa saja setelah menyelesaikan pekerjaan utama. Termasuk saat musim panen tiba, tidak hanya membantu suami, tetapi juga membantu sesama warga. Mulai dari dibuat (memotong padi), ngirik atau ngagebug (mengngilas atau memukul-mukulkan batang padi subaya butirannya jatuh dari tangkai) sampai moe (menjemur gabah). Bukan karena semata-mata demi mendapat upah satu liter gabah dari sepuluh liter yang berhasil kita setorkan kepada sang pemilik sawah, tetapi lebih kepada semangat gotong royong, kebersamaan, saling membantu dan melestarikan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang.

Saya sendiri tidak punya lahan sawah. Kecuali sanak saudara yang memang berlatar keluarga petani sejak kakek nenek. Saya hanya seorang ibu rumah tangga yang pernah bekerja sebagai TKI/TKW dan aktif di dunia perburuhan sebagai bentuk pemberdayaan para mantan TKI. Tapi meski begitu hampir setiap panen tiba saya tidak pernah kehilangan moment yang sudah teramat langka di kota ini.

Sebagaimana perempuan pedesaan pada umumnya, saya sudah terbiasa dengan keributan dan adu kecepatan antar sesama panen hunter dalam memotong padi. Siang atau malam, bahkan dini hari sekalipun siap pasang mata dan telinga guna mendapatkan informasi akurat siapa yang akan memanen padi dan di sawah mana lokasinya. Kalau tidak demikian siap-siap saja gigit jari saat yang lain sudah punya gundukanย (tumpukan padi hasil dibuat) hampir setangahnya dari lahan sawah sementara kita baru mengambil arit (alat untuk memotong padi selain etem/ketam).

Masa panen

Masa tanam

Karena itu saya dan sebagian perempuan di desa sudah terbiasa dengan luka-luka kecil karena tergores pucuk-pucuk daun padi yang cukup tajam, tidak asing lagi dengan sengatan terik matahari, gatalnya jaram (kuman) dari iringanย meri (bebek) yang sering diangon di sawah setelah padi dipanen, sampai merang (gatal-gatal) karena kulit padi yang tengah dijemur bersentuhan dengan kulit kita secara langsung. Alam, situasi serta kondisi telah menempa hampir semua perempuan pedesaan seperti itu. Perempuan desa yang dituntut untuk tetap kuat, tangguh dan bisa menjalankan semuanya.

Tetapi saat kembali ke rumah, selayaknya perempuan selaku ratu rumah tangga kami kembali dituntut untuk bisa menjelma layaknya seorang bidadari. Tampil feminin, bersih, kulit sehat dan lembut layaknya peri yang tidak pernah menyentuh kotornya tanah sawah. Di depan anak dan keluarga seberat apapun pekerjaan yang telah dilakukan kami kembali harus menjelma sempurna bak putri raja.

Saat masih melajang, sebelum terjun ke sawah biasanya terlebih dahulu mengenakan pakaian panjang supaya menutupi bagian badan agar terhindar dari goresan tajamnya daun padi serta teriknya panas matahari. Begitu juga dudukuy yang berfungsi sebagai pelindung kepala. Setelah berkeluarga meski tetap berusaha menutupi bagian tubuh supaya tidak melepuh ketika baskara menerpa. Tidak seketat dulu memang. Maklumlah adakalanya anak minta menyusu, atau sebentar-sebentar melakukan hal lain urusan anak. Membuat saya lebih fleksibel mengatur semua pekerjaan. Ya, ada yang beda.

Salah satu yang bikin beda itu kini saya rajin menggunakan body lotion sebagai pelindung dan perawat kesehatan kulit. Usia boleh bertambah, namun kesehatan dan kecantikan tetap harus dijaga supaya semiskin-miskinnya saya sebagai perempuan desa, tapi tetap punya ciri khas sebagai wanita biasa pada umumnya yang punya daya pikat serta kemampuan istimewa. Emang bisa?

Bisa dong dan itu benar saya peroleh setelah mengenakan Redwin Sorbolene Moisturiser sebagai body lotion sehari-hari. Meski pada masa panen ini setiap hari saya tidak bisa menghindar dari kulit kasar dan kering karena sering terbakar matahari saat bekerja menjemur gabah, namun dibantu Redwin kulit saya tetap kenyal terjaga kelembabannya.

Redwin tidak hanya sekadar body lotion tapi juga pelembab tanpa aroma untuk seluruh tubuh. Kandungan glycerine dan sorbitol yang berasal dari tumbuhan dan vitamin E dari minyak biji gandum dipercaya sebagai nutrisi yang dapat mempertahankan keremajaan kulit. Sebagai anti oxidant melawan radikal bebas Redwin juga dapat mencegah penuaan dini.

Tidak hanya saya, Fahmi putra kami, dan suami juga menggunakan Redwin yang sudah mendapat sertifikasi halal resmi dari AFIC (Australia Federation of Islamic Council). Jadi selain aman, Redwin produk asal Australia ini juga cocok digunakan untuk penderita kulit sensitif dan bayi karena telah teruji secara klinis. Jenisnya yang tidak mengandung pewarna buatan, bahan pengawet atau wangi parfum menjadikannya tidak lengket di kulit dengan hasil yang maksimal. Pendeknya Redwin sudah dipercaya para bunda dan dicintai keluarga.

Untuk wanita bekerja di perkotaan Redwin juga cocok dipakai lho! Tak hanya sebagai pemelihara kesehatan dan kelembutan kulit tapi juga memulihkan dan mencegah masalah kulit kering, pecah-pecah, dan atau bersisik.

Akhir tahun lalu saya berkesempatan ikut acara komunitas bunda ke Yogyakarta. Perjalanan ke luar kota dengan aktivitas padat di luar maupun dalam ruangan ber-AC non stop alhamdulillah tidak membuat kulit kusam atau keriput. Perbedaan cuaca dan suhu yang berganti-ganti tidak berpengaruh pada kulit saya, padahal biasanya jika ke luar kota sebentar saja, kulit tangan dan kaki sering kering seperti bersisik gitu.

Begitu pula jelang Hari Internasional Buruh Migran 18 Desember saya kembali melakukan perjalanan ke luar kota yaitu Indramayu dan tidak lupa membawa Redwin sebagai bekal. Kemasannya yang 100 gram cukup singset dibawa kemanapun. Aman tak takut tumpah.

Saat menjadi relawan dan aktivis perburuhan, dengan segala aksinya mulai dari kongres sampai demo di jalanan, dipastikan bakal bersahabat dekat dengan cuaca panas, hawa gerah ditambah keluar-masuk antara suhu ber-AC di ruangan dengan terik matahari di Indramayu yang mencapai 38 derajat yang membuat ubun-ubun rasanya pusing. Tapi kondisi kulit saya tidak berubah. Padahal sebelumnya melakukan perjalanan ke ibu kota tak sampai tiga hari saja kulit kaki ini sudah pecah-pecah dan bagian sikut mengelupas putih-putih.

Tentu saja selain memakai Redwin sebagai body lotion di seluruh tubuh, untuk mendapatkan kulit sehat dan lembut juga harus didukung oleh pola hidup sehat. Makan seimbang, tidur yang cukup dan selalu positif thinking. Ini semua menjadi jalan untuk saya sebagai perempuan pedesaan yang berani menjadi wanita biasa dengan kemampuan istimewa. Bagaimana dengan kamu?

Redwin, Nothing but Goodness for Sensitive Skinย 

Lokasi Redwin bisa didapat sumber FanPage Redwin Indonesia

20 thoughts on “Berani Jadi Wanita Biasa Dengan Kemampuan Istimewa?”

  1. Ida udah puas melakukan pekerjaan itu semua sejak kecil hingga remaja Teh Okti. Dari cara metik pake alat tangan hingga berganti sabit. Dari menggilas dengan kaki sampek geblogan kayu hingga erekan mesin. Dah pokoknya puas. Hehe…

    *nasib anak singkong (jadi yang bener padi apa singkong?) ๐Ÿ˜€

    Reply
  2. wahhh suasana pedesaan, paling suka bau sisa-sisa bonggol padi dan gabah yang di bakar. harum banget menurut aku. Redwin emang is the best, anakku juga suka pakai redwin

    Reply
  3. Teeeh ciusan itu ngegarap sawah sendiria???? Dulu di Ciamis sering ikut2an tapi da beneran capeee & puanaas, butuh perawatan extra banget buat kulit, dan pake redwin itu beneran ngebantu banget ๐Ÿ˜€

    Reply
  4. Baca ini jadi kangen pulang ke kampung suami soalnya disana banyak sawah menghampar. Kadang kalau pas musim panen ikut jemurin gabah walaupun pada akhirnya cuma ngerusuh karena nggak tahu dan nggak ada background keluarga petani atau punya sawah.

    Reply
  5. Kangn deh suasana pedesaan seperti yang tehokti gambarkan..kalo di sukabumi udah mulai ngota jadi susah dapet view pedesaannya. Pakai redwin biar ttep cantik walau di desa ya teh hehe

    Reply
  6. Teh Okti, membayangkan dirimu sedang memanen padi, duh, jadi ingat masa-masa kecil dulu di kampung, deh! Aku pernah curi-curi ikutan memanen padi bersama emak-emak tetangga kami, baru sebentar sudah ketauan ibuku dan segera disuruh keluar dari sawah, haha.

    Asyik ya, masih ada kegiatan2 seperti ini di desamu. Jadi pengan main deh ke tempatmu. Hehe.

    Yup, untung ada Redwin body lotion, ya, Teh? Jadi walo terpapar sinar matahari, ga jadi gosong. ๐Ÿ™‚

    Reply
  7. Teh, you’re awesome…
    Menjadi sepiring nasi itu perjuanganya tidak seperti bilang, “Atos ah, wareg. Lalu sisa nasi disisihkan.”
    Mani waas lihat sawah2nya.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics