Masa Kecil Masa Penuh Warna: Rambut Pembawa Suka Duka

Masa Kecil Masa Penuh Warna: Rambut Pembawa Suka Duka

“Si cantik makan bakso juga? Ih senang lihat rambutnya ya. Lucunya…”

Aku dan suami menahan tawa mendengar celotehan seorang ibu yang duduk bersampingan di sebuah bangku, tempat kami makan bakso sore kemarin.

Kejadian seperti itu bukan sekali dua kali kami alami. Anak kami yang jelas-jelas laki-laki sering dikira perempuan karena tampang rambutnya yang ikal dan kami biarkan panjang. Padahal kalau jeli pakaian dan sepatu/sandal Fahmi semua menandakan anak laki-laki, lho!

Seperti biasa pula saat aku dan atau suami jelaskan kalau anak kami adalah laki-laki, orang yang menyapa dengan panggilan, si cantik, si eneng, dan atau panggilan lainnya untuk seorang anak perempuan akan terbelalak. Menatap lekat-lekat terhadap Fahmi dan pasti diikuti kalimat: “Maaf. Kirain perempuan. Abis rambutnya panjang dan lucu sih…”

Ini sering terjadi dan kami sebagai orangtuanya hanya tersenyum saja. Memang sengaja kami membiarkan rambut Fahmi panjang. Justru karena ikal dan lucunya itu kami membiarkan saat ini dia menyimpan rambut panjangnya. Masa-masa lucu dan menyenangkan ala batitanya ingin kami simpan sebagai kenang-kenangan.

Aku teringat cerita ibu mertua tahun lalu sebelum beliau menginggalkan kami untuk selama-lamanya. Ayah Fahmi saat kecilnya juga banyak yang mengira anak perempuan. Selain rambutnya ikal dan juga dipanjangkan, juga ibu mertua serta kakak-kakak suami yang semuanya perempuan suka mendandani adik bungsunya ini dengan mengikat rambut. Plus pita-pita serta pernak-pernik jepit.

Apa yang dialami ayah Fahmi saat kecilnya dulu kini dialami sendiri langsung oleh Fahmi, putra pertama kami yang tanggal 3 Nopember tahun ini berusia 2,8 tahun (32 bulan). Tentu saja kami tidak menambahkan aksesoris rambut layaknya mendandani anak perempuan terhadap Fahmi ini. Kami hanya membiarkan rambutnya tergerai. Melintir-melintir dan kadang mengembang wah!

Sebelumnya sejak lahir rambut Fahmi tampak lurus. Pernah dua kali cukur hingga usia satu tahun baru terlihat kemiripan rambut Fahmi seperti rambut ayahnya saat kecil. Setelah usia satu tahun sampai saat ini lah kami membiarkan rambut Fahmi panjang. Dan kami tidak menyia-nyiakan moment ini. Berbagai foto dan video aku ambil sebagai kenang-kenangan kelak jika Fahmi sudah besar.

Setelah Fahmi melewati masa-masa batitanya dan nanti memasuki usia sekolah sepertinya kami tidak mungkin bisa terus membiarkan rambutnya panjang. Karenanya masa-masa sebelum Fahmi sekolah ini kami jadikan momen berharga khususnya terhadap rambutnya.

Suka duka telah kami lalui. Diantaranya yaitu tadi, banyak yang mengira Fahmi anak perempuan meski sudah berpakaian jelas sebagai seorang anak laki-laki. Begitu juga dengan mainannya Fahmi jelas mengoleksi mainan laki-laki. Namun karena “terlena melihat’ potongan rambutnya itu maka banyak mata mengira Fahmi adalah seorang anak perempuan.

Pada ujungnnya sebagai orangtua tentu saja ingin yang terbaik buat anaknya. Lantunan doa terus kami panjatkan khususnya kepada anak kami, umumnya kepada semua anak-anak kita supaya bisa menjadi anak yang baik, pintar, sehat serdas dan menjadi kebanggaan ayah bundanya. Amin.

6 thoughts on “Masa Kecil Masa Penuh Warna: Rambut Pembawa Suka Duka”

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics