Menitipkan Pendidikan Anak Melalui Mainan

Menitipkan Pendidikan Anak Melalui Mainan?

Mainan bisa mendidik anak? Bisa banget. Tapi jangan sembarang memberikan mainan kepada anak karena mainan itu ternyata ada jenjangnya. Bagaimana cara supaya anak bermain mainan nya dengan aman? Yuk ikuti saya… baca terus maksudnya…
menitipkan-pendidikan-anakmelaluimainan

Ketika mengantar Fahmi jajan di warung dekat rumah, seorang tetangga mengatakan jika Fahmi mah anak rumahan, tidak pernah keluar rumah selayaknya anak-anak sekitar yang suka abring-abringan. Saya hanya tersenyum menanggapinya. Memang iya, Fahmi termasuk anak pemalu dan memilih bermain di rumah daripada bermain bersama dengan teman-teman sebayanya di luar. Padahal sebagai ibunya saya sama sekali tidak pernah melarangnya bermain. Tapi begitulah Fahmi, kalaupun mau bermain bersama anak tetangga, harus dibarengi oleh saya atau ayahnya.

“Tidak kaluman (bosan) main di rumah sendiri tidak ada temannya?” tanya ibu itu kepada Fahmi.

Henteu. Kan banyak mainan,” ucap Fahmi polos. Saya hanya meringis.

Banyak mainan? Ah, bocah ini bisa saja. Padahal mainan Fahmi bisa dihitung dengan jari. Yang sudah kami beli pun bukan mainan anak yang mahal. Kebanyakan justru mainan yang dijual rentengan di warung. Sebenarnya saya dan suami bukan tipe orang tua yang mementingkan mainan untuk anak. Iyalah, boro-boro ada anggaran buat mainan anak, buat naik gunung sih ya maksain ups! Buat kebutuhan primer saja masih ngos-ngosan ngumpulinnya. Tapi bukan berarti kami anti mainan, hanya kami membeli mainan buat anak seperlunya saja, sesuai dengan manfaat dan kebutuhannya.

Membaca buku “Golden Age” hadiah dari Pak Nyadi, Kakek Angkat Fahmi di Yogyakarta beberapa bulan sebelum melahirkan Fahmi membuat saya tambah pengetahuan terkait periode emas usia anak. Dari buku itu saya mengetahui kalau bermain itu banyak manfaatnya untuk anak, termasuk menunjang proses tumbuh dan kembangnya.

Pada usia anak dibawah lima tahun, kemampuan anak mengalami perkembangan yang pesat. Pada masa ini anak mengalami proses perkembangan otak hingga 80% dan itu terjadi hanya sekali dalam seumur hidup. Maka diperlukan pembinaan yang tepat supaya perkembangan anak dari segi emosional, sosial, mental, moral dan intelektualnya yang kelak mempengaruhi karakter dirinya berkembang dengan sempurna.

Karenanya sebagai ibu, saya berusaha memahami sejauh mana kemampuan Fahmi yang bisa dibantu supaya berkembang dengan baik. Mulai lahir, selalu saya perhatikan kapan ia pertama menangis, kapan bisa menggenggam, kapan bisa merespon saat diajak bicara, hingga kapan bisa bicara, berjalan, bersosialisasi dan berpikir. Kemampuan Fahmi yang ternyata agak lambat dibanding usia pertumbuhan anak seusianya (Fahmi baru bisa jalan pada usia hampir 2 tahun) terus saya rangsang melalui media permainan. Saat perasaannya gembira, saya merasa lebih mudah untuk merangsang dan mengarahkan kemampuan Fahmi supaya terus meningkat.

Dengan bermain yang memang sudah jadi naluri anak sejak lahir perkembangan Fahmi terus saya gali. Mainan sederhana mulai dari yang berbentuk, berwarna, hingga berbunyi membuat Fahmi terus dipompa tumbuh kembangnya secara optimal. Semakin bertambah usia, permainan pun menyesuaikan dengan perkembangan anak. Fahmi mulai bisa berperan seolah dirinya merasakan senang, sedih, konflik, khawatir, dan perasaan marah yang kesemuanya membantu perkembangan kognitif Fahmi.

Dari semua itu saya tahu betul jika mainan sangat membantu dan bermanfaat untuk perkembangan serta pertumbuhan anak. Tentu disertai dengan pola asuh yang tepat, perawatan yang benar, serta pendidikan usia dini yang cocok dengan proses tumbuh kembang usia Fahmi yang masih balita.

tehokti-com

Mainan anak bukan hanya sebagai alat hiburan atau penutup rasa kecewa anak. Mainan juga berfungsi sebagai media pendidikan jika mainan yang diberikan sesuai dengan perkembangan usia si anak. Pilih mainan yang bisa membuat anak bergerak supaya perkembangan fisiknya terus meningkat seperti mobil-mobilan. Beri mainan berupa susunan balok dimana anak dituntut belajar berpikir sehingga perkembngan kognitifnya terus terasah. Dan seimbangkan dengan mainan yang mengharuskan anak belajar berinteraksi dengan orang seperti mainan tokoh dan atau permainan konsol (console game) yang dapat membantu perkembangan sosial serta emosional si kecil. Tidak perlu mahal, saat ini kan sudah banyak harga console game yang cukup murah tapi tetap berkualitas.

Intinya, permainan anak itu harus sesuai dan cocok sehingga bisa mendidik anak untuk terus belajar dan mencoba. Orang tua harus bisa membedakan mana permainan eksplorasi, mainan anak sehari-hari, permainan memecahkan masalah, permainan kreativitas, mainan konsentrasi, dan mainan lainnya sehingga bisa memaksimalkan daya pikir dan ketangkasan anak.

Sebagai orang tua saya punya tanggung jawab terhadap anak dan masa depannya. Karena itu saya membebaskan Fahmi mau main di luar bersama teman-temannya atau di rumah saja dengan permainan seadanya yang katanya jumawa kepada tetangga banyak itu. Yang penting buat saya supaya mainan bisa dimainkan anak dengan maksimal yang perlu diperhatikan adalah mendampingi anak saat ia bermain sehingga membantu anak untuk mendapatkan rangsangan yang maksimal dari mainannya itu. Dengan adanya dampingan orang dewasa, anak akan lebih terarah dalam memainkan mainan. Sehingga istilah menitipkan pendidikan anak melalui mainan emang tidak ada salahnya kan? Karena dengan mainan anak juga dididik untuk belajar dan berkembang.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah memastikan mainan cocok dengan usia anak. Lego Fahmi saat usia dua tahun pastinya tingkat kerumitan nya jauh berbeda dengan lego yang dimiliki sekarang saat usianya hampir mencapai 4 tahun. Dan yang harus diperhatikan juga adalah keamanan mainan itu sendiri terhadap anak. Saya selalu memastikan apakah mainan itu mengandung bahan yang berbahaya atau tidak. Ini sangat penting selain untuk keamanan Fahmi juga untuk ketenangan saya sendiri sebagai ibunya.

24 thoughts on “Menitipkan Pendidikan Anak Melalui Mainan”

  1. Saya aja sampe sekarang masih suka mainan kok Teh hehe, model kayak scrable game gitu, monopoli sampe mainan lilin yang buat bentuk2 hehe.

    Kalo saya aja suka gimana anak-anak yaa 🙂

    Reply
  2. aku beliin anak balok susun itu… dari usia setahun..he2.. dia belum bisa… tapi aku dan suami yang mainin..dia ngeliatin aja… akhirnya dia bisa ngelepasin semua.. hahaha..jadi dibikinin pesawat ato apa..dia bagian ngacak bongkar2.. swkarang nelum dua tahun udah masang2 sendiri tapi gak berbentuk..

    Reply
  3. Setuju teh, mainan merupakan media edukasi buat anak. Malah kadang ga perlu beli, bisa bikin sendiri alias DIY yg lg kekinian hehe

    Reply
  4. Setuju banget, Teh. Makanya saya kalo beliin mainan buat anak menghindari banget yang pake motor gitu, mending mainan yang kudu digerakin pake tangan biar dia aktif gerak. Terus mainan favorit saya buat anak-anak tuh yang nyusun-nyusun gitu buat rangsang otak dan kreativitas, sampe dulu sama istri dibilang “terlalu visioner” karena anak dua tahun saya beliin mainan kaya lego itu lho. Hahahaha…

    Reply
    • Kalau di kampung jarang mainan ank yang pake motor atau batre. Paling orang kaya yg bisa beliin buat anaknya. Dan anak kami cukup lihat atau minjam saja, Pak hehehe…

      Reply
  5. Anak2 emang g akan bisa lepas dr mainan. Kalo arfa dibeliin mainan biasanya saya blikan yang murmer, karena gak bakalan awet di tangan dia mba..dipretel2in hahha

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics