Pahlawan Kehidupan Setelah Orangtua

Pahlawan Kehidupan Setelah Orangtua

Punyakah sosok yang jadi penolong, penanggung, atau seseorang yang dianggap pahlawan dalam kehidupan ini selain ibu dan bapak? Sejauh apa kontribusinya kepadamu sehingga sosok itu dianggap pahlawan kehidupan?

Lupakan dulu pertanyaan saya. Dan biarkan saya sedikit bercerita tentang seseorang yang menjadi teman, rekan kerja atau malah dia ini seberanya adalah atasan saya dimana posisinya dalam team kami, teman saya ini menjabat sebagai seorang editor.

Liburan imlek, teman saya ambil cuti dan pulang kamapung halaman di Surabaya setelah beberapa hari sebelumnya melancong ke beberapa lokasi wisata di tanah air. Pasti kangen harum tanah nusantara secara selama beberapa tahun ini teman saya ini tinggal di Taiwan.

Sabtu ini masa liburannya selesai, saatnya teman saya kembali ke Taiwan untuk memulai segala aktivitas. Tapi di Imigrasi Surabaya saat mau lewat teman saya ditanyai segala macam sampai detail seolah teman saya ini seseorang yang dicurigai. Tidak hanya pertanyaan di Taiwan teman saya ini ngapain aja, permasalahan justru seolah meruncing saat pihak Imigrasi mengetahui di paspor teman saya ada visa Amerika yang sudah dicoret.

Saat pihak imigrasi bertanya kenapa visa Amerika dicorat-coret, tentu saja teman saya keberatan kalau harus membeberkan masalah pribadinya. Memang teman saya ini dideportasi karena paper work-nya dibanned. Siapa tidak stres atau sedih saat mau berangkat ke Taiwan dicurigai berlebihan oleh bangsa sendiri, di kampung halaman sendiri pula?

Padahal sebelumnya teman saya sudah bertanya kepada Kepala Imigrasi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Pak Oji. Dengan kondisi paspor ada catatan deportasi apakah akan bermasalah? Pak Oji mengatakan tidak akan ada masalah karena deportasi di Amerika sana tidak ada hubungannya dengan pihak Indonesia. Sebelumnya teman saya juga pernah ke Jepang dan tidak ada masalah apa-apa. Tidak ditanya-tanya macam-macam sampai detail dan bikin gerah merasa diinterogasi. Tapi kenapa di Surabaya sampai serumit itu?

Ya tidak ada jalan lain selain teman saya menerima, bersikap sabar dan mengikuti ketentuan para petugas. Teman saya berprasangka baik saja, mungkin semua ini cara Tuhan memberikan pengertian, jika selama ini siapa tahu teman saya pernah ‘jumawa’ saat puya visa Amerika. “Sentilan” ini mungkin didapat saat visanya sudah tidak berlaku supaya teman saya bisa selalu rendah hati dan tidak sombong.

Sebelumnya teman saya yang tinggal dan kerja di Taiwan memang akan pindah ke Amerika sekitar April tahun 2016. Tapi gagal dan dideportasi. Beruntung Boss Besar membantu teman saya supaya masih bisa bekerja dan tinggal kembali di Taiwan. Diakui teman saya jika melalui deportasi ini ia mendapatkan pelajaran penting dalam hidupnya. Seandainya tidak dideportasi, terus tinggal di Amerika dan belum menikah sementara tunangan teman saya lebih dahulu menghadap Yang Kuasa, apa yang akan terjadi dengan teman saya ini?
Teman saya baru bisa mengerti sekarang mengapa Tuhan menutup jalannya ke Amerika dengan jalan paper worknya gagal dan tidak diizinkan masuk border Los Angeles April 2016 lalu. Karena Tuhan tahu Dia akan mengambil tunangan teman saya lebih dahulu untuk menghadapNya. Karena itu teman saya ini merasa harus bersyukur atas semua anugerah. Pekerjaan yang luar biasa, pemimpin perusahaan (Boss Besar) yang baik, dan teman-teman di Taiwan (baik lokal, WNI maupun foreigner) sangat baik. Termasuk rekan-rekan di lifehouse Taipei yang kompak bersama membantu memulihkan psikis kondisi keadaan teman saya ini. Atas semua ini teman saya mengucakan syukur tidak terhingga.

Tidak lupa teman saya membuatkan kisahnya ini dalam versi status di media sosial, dengan harapan kedepannya masih bisa dibaca dan sebagai reminder supaya terus bisa meningkatkan rasa syukur.

Menyimak cerita teman saya itu, maka saya pun buru-buru membuat blogpost ini dengan harapan suatu saat apa yang saya rasa dan apa yang saya harap bisa dibaca kembali dan menjadi (tulisan) kenangan yang abadi.

Atas kisah perjalanan teman saya yang gagal ke Amerika dan kini kembali bekerja di Taiwan saya ikut bersyukur. Seperti saya bilang di awal, kalau teman saya ini adalah editor di tempat kerja. Dan kami mempunyai manager yang sama, Boss Besar.

Secara pribadi saya akui jika saya pun sangat bersyukur mempunyai atasan terbaik dan selalu baik kepada saya dan semua karyawannnya. Semangat dan jangan lupa berdoa menjadi acuan segala harapan dan rasa syukur saya. Entah kenapa mengetahui kisah perjalanan hidup teman saya itu saya sendiri sampai menitikkan air mata. Mrebes mili tidak tertahan. Bukan sedih atas permasalahan yang dialami teman saya di atas, karena akhirnya saya lega toh teman saya itu bisa mengatasi permasalahannya dan tetap bersyukur.

Adapun air mata yang jatuh di pipi saya ini mungkin air mata tanda bahagia dan tanda rasa syukur karena melalui cerita teman saya itu, saya jadi semakin dibukakan pintu Nya bahwasanya saya dan teman saya benar-benar telah diberi Boss Besar yang teramat baik. Kami sangat beruntung dalam kapasitas masing-masing pastinya.

Kembali kepada paragraf awal terkait apakah ada sosok yang jadi penolong, penanggung, atau seseorang yang dianggap pahlawan dalam kehidupan ini selain ibu dan bapak? Saya jawab iya ada. Dan dialah Boss Besar, atasan sekaligus manager di tempat saya kerja.

Sejauh apa kontribusinya sehingga sosok itu dianggap pahlawan kehidupan? Hanya Tuhan yang tahu sebesar apa kebaikannya kepada saya, kepada keluarga saya, bahkan kepada anak-anak yang hampir putus sekolahnya karena kendala biaya. Yang pasti sepulang merantau dari Taiwan, bekerja dan diangkat karyawan tetap oleh Boss Besar adalah karunia terbesar setelah saya pulang di Indonesia ini. Tidak akan terbayang bagaimana jadinya saya yang tidak sekolah ini tidak punya pekerjaan, tidak punya penghasilan.

Boss Besar telah membantu saya bisa menghidupi keluarga, membantu Neng Salma, Mita, Jeni, dan warga di sekitar tempat saya tinggal (termasuk tiga janda lansia) yang sangat membutuhkan bantuan. Begitu juga pengajian anak-anak kampung Pondok Al Hidayah di rumah yang disuport segala keperluannya.

Boss Besar rela menyisihkan uang jajan Jie-jie dan Mei-mei (kedua putrinya) demi bisa membantu Samsul, Asep dan Ujang yang saat ini sedang menempuh sekolah Madrasah Aliah (MA) dan SMP di Pasirkuda. Keihlasan Boss Besar membantu kami membuat saya merasa pantas menjadikannya sebagai sosok seorang pahlawan kehidupan.

Harap saya beserta keluarga juga mereka yang sudah dibantunya dengan rela semoga Boss Besar di Taiwan selalu dalam lindunganNya…

12 thoughts on “Pahlawan Kehidupan Setelah Orangtua”

  1. Alhamdulillah ….
    Semoga selalu dilindungi ya bos besar yang selalu banyak memberikan bantuan 🙂
    Nice info mba 🙂

    Reply
  2. Jarang sekali ada orang yang murah hati seperti boss besar, semoga beliau tetap diberi kesehatan agar bisa terus bermanfaat untuk orang lain ya…

    Reply

Leave a Reply to Nurul Fitri Fatkhani Cancel reply

Verified by ExactMetrics