Pelajaran dari Mengambil Gambar

Pelajaran dari Mengambil Gambar

 

Semua orang bisa memotret. Tidak perlu kamera canggih, cukup dengan kamera ponsel balita pun sudah banyak yang pandai dan lihai. Ditambah kehadiran media sosial tempat memajang hasil jepretan, semakin memanjakan para juru foto untuk terus berkreasi dan berkarya.

Tahun 2015 akhir pertama kali mengenal nya dia masih sederhana. Sebagian hasil jepretannya tampak culun. Saat itu folowernya tidak sampai seratus orang. Baru Agustus 2017 ini saya ingat dia lagi dan diam-diam mengintip akun tempat ia memajang semua hasil usahanya. Omaigat! Kini hasil bidikannya semua keren dan kece abis. Dan followernya sudah diatas tiga ribu! Glek! Kemana aja dakuh selama ini…?

Gambar lalat ini yang mempertemukan kami…

Lupa bagaimana awalnya, entah siapa yang follow duluan, yang pasti yang masih saya ingat adalah gara-gara foto lalat di atas itu membuat kami berkenalan, berinteraksi dan balas-balasan komentar.

Namanya Uwais, bekerja di sebuah bengkel mobil yang berada di kota Tenggarong Seberang, Kalimantan Timur. Di belakang tempat ia kerja ada kebun sayur, persawahan dan masih banyak lahan kosong. Setiap pulang kerja ia bermain ke lahan terbuka hijau itu untuk memanjakan diri dari kepenatan pekerjaan.

Iseng-iseng ia memotret serangga yang dijumpai nya di kebun. Sebuah kupu-kupu yang unik dan cukup menantang untuk ditaklukkan.

Serangga pertama yang dibidiknya dengan kamera ponsel sederhana

Maklum menggunakan kamera ponsel yang masih jadul, hasil foto pun apa adanya. Buram dan tidak fokus. Gambar pertama memotret jarak dekat nya banyak dikritik orang di kolom komwntar. Dengan senang hati ia menerimanya, terbuka dan bertekat akan terus belajar untuk memperbaiki kualitas foto. Orangnya easy going

Gambar ini yang membuat saya memutuskan untuk jadi followernya…

Pada gambar serangga cokelat di atas dia memberi caption “khas Kalimantan”. Itu yang buat saya penasaran dan memutuskan untuk jadi followernya. Sekaligus saya bertanya apa nama serangga itu, bagaiamana cara dapatnya, gimana teknik fotonya, dan seabrek pertanyaan lain saya ajukan kepadanya. Dia menjawabnya dengan ramah dan apa adanya. Saya betah.

Hanya bermodalkan kamera ponsel android ia terus memotret setiap serangga yang ia temui di kebun belakang tempat ia bekerja. Belalang, kupu-kupu, bunga, dan objek kecil lainnya. Hasilnya belum maksimal tapi ia terus mengupload gambar demi gambar.

Saat itu saya yang masih pakai hape windows jelas merasa tertarik dan bertanya bagaimana teknik ambil foto objek jarak sedemikian dekat namun hasil tidak buram-buram amat?

Ia jawab ya harus sabar dan tenang. Kamera hape punya nya juga yang biasa saja. Namun demi bisa ambil gambar binatang kecil dari jarak dekat, ia bilang tenang dan sabar, rela harus menjadi patung sekian lama supaya si serangga bisa mendekati sempurna dibidiknya.

Teknik lainnya cukup aktifkan feature HDR dalam kamera dan pastikan pencahayaan cukup.

Diam-diam saya mencobanya. Semangat belajar membidik objek mikro. Tapi semua gagal. Tidak ada foto serangga yang tampak obyeknya padahal saya sudah ngejar kemanapun ia menghindar. Jelas masalah ada di kamera hape yang memang tidak mendukung. Makanya karena merasa sia-sia saya mulai melonggarkan ikat pinggang dan akhirnya lepas tangan.

Uwais yang asli Magelang Jawa Tengah bilang dengan memotret serangga mikro kita dituntut untuk belajar tenang, fokus dan sabar. Disana kita melatih ketenangan diri, menempa kesabaran dan menjunjung tinggi semangat pantang menyerah. Jangan takut gagal, cekrak-cekrek saja selagi bisa karena moment bagus itu belum tentu bisa terulang berkali kali.

Dan saya tidak sabar. Tidak bisa menguasai diri manakala kamera hape loadingnya lama minta ampun. Objek yang siap dibidik keburu pergi dan susah lagi juga entah kemana harus mencarinya. Give up! Saya melupakannya.

Seiring semakin banyak kawan seprofesi ((seprofesi?)) yang saya ikuti maka di beranda semakin jarang melihat hasil karya Uwais yang terbaru. Selalu ketimpa gambar terbaru sementara saya juga tidak mengkhususkan menelusuri akun nya.

Kupu menyerupai ikan hasil bidikan Uwais
Gambar yang bikin saya penasaran cara fotonya pakai hape bagaimana?

Akhir Desember 2015 saya melihat foto lebah di atas hasil bidikan Uwais di timeline. Saya bertanya lagi gimana cara ambil fotonya? Gregetan!

Ia menjawab masih seperti jawaban yang dulu. Sama. Tapi yang bikin beda sekarang katanya ia pakai kamera hape Sony Xperia sebesar 5 MP. Untuk lebih fokus, ia menggunakan lensa “penyambung” laser pointer yang harganya tidak sampai Rp. 50 ribu. Dengan alat bantu sederhana ini ia bilang makin semangat dan senang hunting foto mikro.

Terbukti jika ia benar-benar keranjingan belajar dan memperdalam teknik foto mikro khususnya serangga. Januari 2016 saya lihat ia mulai ikutan “setor foto” ke beberapa komunitas foto mikro baik dalam maupun luar negeri. Fotonya memang semakin dalam dan semakin baik. Satu persatu hasil bidikannya masuk grid di Total Macro, WMS-Macro, Macro_Freaks, Macro_of_our_world, 9vaga_macro9, hp macro, Show_us_Macro, dan wowworldwide_macro.

Karena semakin baik dan fotonya unik, Uwais makin dikenal dan terkenal. Akhir Juni 2016 followernya sudah mencapai 1500.

Mulai akhir Juli 2016 Uwais gabung di Galeri_Macro dan semakin banyak karya spektakuler nya. Saya? Makin meleleh dan melupakan semua itu.

November 2016 alhamdulillah saya ada rezeki buat ganti hape windiws yang memang sudah rusak dan tidak bisa dipakai karena LCD yang kena. Penggantinya cukup keren buat kebutuhan saya meski masih terbilang ponsel murah meriah dan standar-standar saja.

Keinginan belajar foto serangga tiba-tiba muncul lagi. Dengan belajar memaksimalkan penggunaan kamera ponsel saya mulai hunting serangga di halaman dan kebun sekitar rumah. Sabar, tenang, pencahayaan dan kamera ponsel yang mendukung benar-benar jadi sarana pendukung dan faktor utama keberhasilan mendapatkan gambar yang sesuai harapan. Satu persatu foto saya berani upload meski jauh dari kata sempurna. Belajar… Dan saya terus belajar mencoba mendapatkan shut terbaik. Saya tidak akan menyerah lagi. Saya ingin punya semangat tinggi seperti Uwaish yang saya ketahui bagaimana usaha serta dedikasinya dari nol hingga kini ia telah menemukan branding dirinya.

Tidak mudah memang belajar mengambil gambar ini, tapi jika kita jeli, dari setiap gambar yang dihasilkan disana dapat kita temukan ribuan pelajaran dan jutaan pemahaman betapa praktek dan teori tidak akan ada artinya jika kita tidak melakukan tindakan alias action.

Saat ini, follower Uwaish sudah lebih dari tiga ribu dan foto-fotonya makin cetar membahana saja.

Gimana tidak ngiri kalau dengan kamera ponsel Uwais bisa begitu detail bidik ulat hingga kukunya saja tampak jelas!

 

Semua foto milik Uwais 

 

#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia

 

19 thoughts on “Pelajaran dari Mengambil Gambar”

  1. Sekarang lagi rame ya Mba foto makro gini. Ada temenku yg lagi menekuninya juga.
    Cakep2 fotonya Uwais. Apalagi itu yang embun ada pantulan cahayanya, kereeeen.

    Reply
  2. Memang mesti sabar dan rajin hunting foto teh biar mahir, aku juga belajar sama suami begitu setiap suami hunting foto di rumput cari binatang kecil trus foto pake teknik makro benar-benar harus melatih nafas juga 🙂

    Reply
  3. Foto-fotonya bagus banget ya mbak. Saya malah baru dengar tuh namanya Uwais. Mungkin karena emang saya gak ada follow yang doyan moto serangga kali ya? Doyannya yang makanan #eh. Tapi ternyata cantik juga hewan-hewan kecil ini.

    Reply
  4. Kalau fotografer yang IGnya aku suka tu bule namanua Nikki Andal hehe.
    Emang sih fotografi itu yg penting man behind the gun, kalau fotografernya gak bisa motret meski pakai kamera lumayan pun tetep aja hasilnya jelek. Sebaliknya, walau kamera sederhana asal yg motret jago hasilnya pasti oke. Mungkin dgn cara rajin2 latihan kali ya mbak 😀

    Reply

Leave a Reply to Eni Rahayu Cancel reply

Verified by ExactMetrics