Pesan Terakhir Ramadan

Jika ini Ramadan terakhirku, maka permintaan yang sangat ingin terkabul dari sekian banyak permintaan serta keinginan ini adalah: suamiku, segeralah engkau menikah lagi!

Bulan suci Ramadan telah di pelupuk mata. Bukan tidak ingin bergembira menyambut dan bersiap menjalaninya. Namun entah kenapa, sejak akhir bulan lalu hingga awal bulan ini kesedihan selalu mengurungku. Padahal aku sendiri tidak tahu, apa salah dan apa yang harus aku perbuat?

Tak ada satupun yang sudah kusiapkan untuk menyambut bulan mulia manakala hati tengah gundah dan pikiran dalam keadaan kacau. Satu-satunya yang masih  menyemangati diriku adalah keberadaan anak semata wayang. Generasi penerus kehidupanku yang mungkin hanya sampai Ramadan ini.

Sesungguhnya kalau boleh aku meminta, aku tidak ingin meninggal mendahului mama alias ibuku tercinta. Bukan aku tidak ingin wanita penuh kasih itu panjang umur. Bukan. Aku hanya berandai. Jika diperbolehkan. Ambil nyawaku setelah terlebih dahulu Engkau ambil ibuku ke pangkuan Mu.

Bukan tanpa alasan aku mengharapkan semua itu. Bukan aku meminta ibuku lebih cepat mati dibanding aku. Bukan! Tetapi ada yang lebih jauh dari semua itu yang kesemuanya bermuara kepada rasa cinta, hormat serta tanggung jawab aku sebagai anak terhadap mama, ibuku.

Logisnya aku minta mati kalau mama sudah tiada karena aku tidak ingin kalau aku mati duluan nanti anakku diurus sama mama –ibuku– alias nenek anakku. Itu yang sangat tidak aku inginkan…

Sejak kecil mama sudah lemah dan capek ngurus aku, jangan sampai di masa tuanya harus ditambahi beban hidupnya dengan mengurus (lagi) anakku. Meski ia cucunya, tapi (sekali lagi kalau boleh aku minta) jangan sampai anakku diurus (lagi) oleh ibu. Meski mama ridho, tapi aku tidak ingin membuat wanita penuh tanggungan sepanjang hidupnya itu kembali menanggung apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Itu saja alasannya.

Tetapi kalau Ramadan ini adalah Ramadan terakhirku, maka cerita lain lagi.

Jika ini Ramadan terakhirku, maka permintaan yang sangat ingin terkabul dari sekian banyak permintaan serta keinginan ini adalah: suamiku, segeralah engkau menikah lagi!

Lupakan janji sehidup semati. Lupakan jika engkau pernah berucap “aku tidak akan mencari penggantimu meski maut memisahkan”. Realistis lah jika kita punya anak masih balita dan ia butuh orang yang mengurus serta menemaninya.

Saat Ramadan ini adalah Ramadan terakhirku aku titip padamu anak kita. Jangan sia-siakan keberadaannya. Jangan kau titipkan ia kepada ibuku, neneknya. Aku tidak ridho. Jika engkau tidak bisa merawatnya sendiri maka seperti permintaanku, segeralah menikah lagi!

Kamu masih muda. Kamu punya pekerjaan dan masa depan. Tidak mungkin tidak ada perempuan yang tidak ingin dipersunting olehmu. Hanya karena aku tahu diganti, wahai suamiku, maka aku sarankan berhati-hatilah dalam mencari perempuan penggantiku. Jangan pilih perempuan bergincu meski ia disodorkan oleh keluargamu. Jangan pilih teman kerja meski ia punya penghasilan yang melimpah. Engkau mungkin akan bahagia tapi belum tentu bagi anak kita.

Jika aku diizinkan ikut memberi saran, maka nikahilah perempuan muda yang taat akan ajaran agama. Jangan berkecil hati tidak bisa mendapatkannya, karena engkau bisa meminta tolong guru-guru mengaji kita untuk mencarikan santriawati di pondok pesantrennya.

Aku yakin dengan situasi dan kondisimu tidak akan sulit mendapatkan perempuan muda yang taat agama. Apa Cibadak saja bisa, masa engkau tidak?

Kenapa aku menyarankan engkau menikah dengan perempuan muda taat agama? Karena seperti istrinya Apa Cibadak, meski ia masih muda, namun taat kepada suami sesuai dengan tinggi ilmu yang diyakininya. Aku yakin selain akan menghormatimu, ia juga akan mengasihi dan menyayangi anak kita.

Jika engkau berhasil mendapatkan istri masih muda dan taat agama, maka ia akan bersedia menemani anak kita. Kedekatan dengan anak kita bukan lagi seperti anak dan ibu tiri, melainkan seperti kakak dan adik saja. Dengan demikian mereka akan semakin kuat bersama. Insyaallah. Anak kita bisa tumbuh dan berkembang tanpa harus dititipkan kepada neneknya (ibuku) –sesuatu yang sangat tidak aku inginkan.

Dengan penjelasan ini aku harap engkau mengerti dan dapat memenuhi. Bukan aku tidak sayang engkau, suamiku, anakku… Tapi jika ini Ramadan terakhirku, siapapun tidak akan bisa menghalanginya, bukan?

Jika engkau telah memahami mengapa semua ini aku lakukan, maka sekarang izin kan aku untuk mengenang semua kebaikan. Sebelum waktuku habis dan penyesalan datang.

Untuk orang tuaku, khususnya mama yang masih ada (tanpa mengurangi rasa hormat kepada almarhum bapak, serta almarhum/almarhumah mama dan bapak mertua) engkau ibu yang luar biasa. Kau telah memberiku kehidupan yang dipenuhi dengan cinta, kasih sayang, doa, dukungan dan persahabatan. Aku sangat beruntung jika menginjak Ramadan masih berkesempatan melihat dan bertatap mata dengannya.

Tapi jika anakmu ini harus pergi mendahuluimu, aku mohon jangan pernah merasa bahwa aku tak bahagia. Aku memiliki kehidupan yang sempurna hingga usiaku 39 tahun dilalui dengan teramat indah. Dan aku hanya bisa berterima kasih kepadamu mama yang telah memberikan itu. Ikhlaskan supaya kita sama-sama senang dan damai.

Suamiku yang tampan. Engkau tahu aku menghormatimu seperti aku mencintaimu. Terimakasih sudah bersedia menemaniku dan menjadi penadah semua emosi serta sifat burukku. Sudah lewat 7 tahun kita hidup bersama. Selama itu percayalah, aku sangat bahagia. Aku telah begitu beruntung mengenalmu. Engkau suami yang jadi sandaran kuat bagiku, tokoh terbesarku, sahabatku, segalanya buatku.

Jika ini Ramadan terakhirku, aku harap engkau dapat terus hidup bahagia, penuh cinta dan sukacita.

Dan Fahmi anakku yang menakjubkan. Ibu ingin bersamamu lebih lama, tapi itu tidak akan terjadi jika Ramadan ini adalah Ramadan terakhir bagi ibu. Terimakasih engkau sudah menemani ibu selama 5 tahun 2 bulan ini, Sayang.

Selama itu kau telah membuat jejakku dan jejak ayahmu tepat pada dirimu. Semua sifat dan pembawaan kami menjadi bekal yang akan kau bawa kemanapun kau pergi. Percayalah Sayang, menjadi seorang ibu untukmu membuat hidup ibu ini menjadi berharga.

Apa yang diharapkan seorang ibu pada anaknya? Sama seperti ibu pada umumnya, ibu berharap kamu bahagia. Jangan takut jika ibu tiada karena kamu memiliki ayah yang baik dan keluarga yang memujamu. Om dan Tante (adik ibu) serta Mama (panggilan mu kepada nenek) akan sangat menyayangimu. Begitu juga kakak-kakak ayahmu meski mereka jauh.

Beritahu pada dunia wahai anakku, bahwa kau adalah segalanya bagi ibu. Ibu sudah membayangkan kau pasti akan terus ibu ciumi karena kau satu-satunya pelipur lara. Sampai kau dewasa kelak, ibu akan berada di langit dan tetap menciummu dari jauh.

Sayangi ibu dengan menyayangi Mama ya. Sayangi juga ibu dengan turuti apa kata ayah. Jadilah anak soleh dan selama masih ada Mama, tolong jaga dia sebagaimana kamu bilang akan menjaga ibu.

Kalian orang-orang yang aku sayangi, jangan sedih. Belum tentu Ramadan ini Ramadan terakhirku. Tapi jika iya, maka pesan terakhirku ini semoga jadi pemicu untuk kalian supaya terus lebih baik.

Barakallah untuk yang telah menyiapkan jauh-jauh hari dalam menyambut Ramadan. Bagi yang belum, masih ada sisa waktu untuk bergerak. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan.

Karena siapa tahu, engkau bernasib sama sepertiku. Ramadan ini Ramadan terakhir bagi kita.

 

Tulisan ini diikutkan dalam postingan tematik Blogger Muslimah Indonesia

58 thoughts on “Pesan Terakhir Ramadan”

  1. argh mataku tak kuasa membendung derasnya air mata mba. ini fiksi kan? tak nyata? semoga kita semua dipertemukan dengan ramadhan tahun ini, dtahun depan, depannya lagi, depannya lagi, depannya lagi dan sampai waktu ajal itu tiba.

    Reply
  2. Aku merinding bacanya teh Okti
    Ya allah makasih sudah di ingatkan, semoga kita dan sekeluarga bisa menjalankan sebaik2 amalan setiap harinya karena kita ga pernah tau batas umur kita.

    Reply
  3. Rasanya gimana gitu baca postingan seperti ini.Ramadhan akan selalu menjadi momen luar biasa di setiap tahun dan selalu istimewa

    Reply
  4. Semoga kita semua dimudahkan dalam beribadah di bulan Ramadhan, dan istiqomah menjalani ibadah di 11 bulan kemudian hingga insyaAllah bertemu lagi di bulan penuh berkah itu

    Reply
  5. Ya Allah Teteeeeh, sedih bangat saya bacanya, dan berasa dicambuk untuk ikut ngaca jika ini menjadi Ramadhan terakhir saya juga. Semoga Teteh sekeluarga sll sehat dan bahagia selalu. Aamiin..

    Reply
  6. Sedih banget baca postingannya mba. Semoga dimudahkan segala urusan, dipanjangkan usianya ya mba. Insya Allah kita semua dapat melalui ramadhan ini dengan penuh berkah.

    Reply
  7. Kalo baca yg kaya gini langsung ga selera ngapa2in ya, apalagi kalo nulis dan merenung sendiri ttg ini, langsung putus kenikmatan dunia, maka benarlah kata Rasul banyak2 mengingat mati akan melepaskan dari keterikatan dg dunia. Kalo ini Ramadhan terakhirku, semoga aku bisa husnul khotimah ya Alloh, nitip anak dan suami dg penjagaan terbaikMu ;(

    Reply
  8. Kok aku jadi melow bacanya yaaaaaaaa 🙁
    Moga2 sampai kita pada Ramadhan yang tinggal menghitung hari ya teeeehhh…
    Andai itu Ramdhan terakhir, pengen membuatnya lebih baik dari Ramadhan2 tahun sebelumnya aamiin aamiin

    Reply
  9. Mudah2an tahun ini bukan jadi ramadhan yg terakhir buat kita ya. Ga kerasa sudah detik2 menyambut ramadhan. 🙂

    Reply
  10. Mbaaa, ingin nangis bacanyaaa… Benar ya, kita titipkan juga keluarga pada sebaik-baik penjagaan Allah swt, semoga rasa cinta tak menghalangi mereka yang kita tinggalkan untuk move on.

    Reply
  11. Saya bacanya sambil melow, Mbak. Usia siapa yang tahu? Namun kapanpun kita diambil, semoga Allah melimpahkan keberkahan pada diri kita ataupun keluarga yang ditinggalkan.

    Reply
  12. Ya Allah Mbak bikin baper, apalagi sempat saya kepikiran sampe nulis kayak gini pas hamil anak ketujuh. Saya ngerasanya gak bakal lama lagi hidup.
    Semoga di akhir usia kita Allah takdirkan hati yang selamat sejahtera dan nafsu yang sudah ada pada tingkat muthmainnah ya Mbak.

    Reply
  13. Ya Allah bener-bener…pesan terakhirnya. istri yang berbesar hati dan sangat kuat ketika harus meninggalkan pesan terakhir seperti ini. T_T

    Reply
  14. Masyaa Allah…
    Semoga Ramadhan kali ini lebih bermakna dan kelak masih bertemu dengan Ramadhan berikutnya mb…

    Reply
  15. Aku jadi sedih bacanya, Teh Okhti. Karena aku juga belumtentu bisa memberi pesan terakhir macam, “Cepatlah menikah lagi” begitu…semoga aku bisa lebih dewasa dan semoga kita semua bisa diberi umur yang panjang nan berkah untuk dihabiskan bersama suami, anak anak dan keluarga tercinta 🙂

    Reply
  16. Jadi terharu banget membacanya, Mbak :'(
    Sebuah pesan yang dalam dan menyadarkan saya juga, nih. Ortu saya juga tinggal ibu dan saya jadi berpikir seperti yg Mbak tulis di atas, hiks.

    Reply
  17. Hari pertama puasa tahun ini aku sakit, nafasnya susah. Jadi terlintas kalau tahun ini adalah terakhir kalinya aku berpuasa di bulan ramadhan. Langsung meluk ibu, minta maaf n doa dari beliau.. 2 hari kemudian udah bisa nafas seperti biasa. Karena aku belum berkeluarga, aku selalu minta untuk pulang dengan husnul khatimah tanpa menyusahkan orang.. Jadi melow aku ^^;

    Reply
  18. Ingat ustad di masjid rumahku pas ceramah hari ke3. Jika ramadhan berakhir apakah kita yakin dosa-dosa kita udah di ampunin? Aku langsung speechles euy. Nice sharing mba

    Reply
  19. Aih teteh, ini request suamiku nih supaya dia duluan yang meninggal >,< Soalnya ga kuat kalau ditinggal istri hidup sendiri.

    Reply
  20. Tulisannya benar2 kerasa hidup banget mbak, seolah2 ramadhan kali ini menjadi ramadhan terakhir mbak, dan mbak sudah mempersiapkan semuanya dengan matang… bahkan sudah menuliskan wasiat buat suami untuk nikah lagi… akkk bikin baper… sedih bacanya.. tp smg saja Allaah masih memberi kita kesempatan ya mbak untuk bertemu Ramadhan di thun2 berikutnya. Gak cuma di ramadhan thun ini saja.

    Reply
  21. Merinding, duudu kalau Ramadhan ini terakhir, pengen segera nambah ibadah makin banyak terus menitipkan anak-anak pada keluarga dengan semua pesan yang indah agar anak-anak mengingat rasa cinta Uminya ini.

    Reply
  22. Speechless..
    Teteeeh aku jadi mewek ini, baru semalem bukber sama anak yatim bikin meleleh mewek, sekarang baca di sini heuheu..
    Aku pun merasa begitu, seolah setiap langkah menjalani dibulan ramadhan berasa yang terakhir, apalagi kalo inget anak hiks..
    UDah ahh, mo meres cimata dulu, moga teteh dan kel dan kita semua diberikan kesehatan yaa

    Reply
  23. Semoga Allah pertemukan dengan Ramadhan Ramadhan di tahun berikutnya. Amiin ya Rabbal Alamiin. Pastinya mengoptimalkan dulu Ramadhan yang ada di tahun ini.

    Reply

Leave a Reply to Anindita Ayu Cancel reply

Verified by ExactMetrics