Puisi: Baik Dulu Kebaikan Pun Mengikuti

Puisi: Baik Dulu Kebaikan Pun Mengikuti

Oleh Okti Li

Semua bisa bicara

Tapi belum tentu bisa mengajak

Banyak yang pandai bicara

Tapi tidak banyak yang bisa memberi contoh

 

Seorang teman mengatakan

Jangan berkoar terkait seruan kebaikan jika anak lelaki sendiri masih sulit melaksanakan solat wajib berjamaah di mesjid

Bukan, teman itu bukan mantan tapi seorang yang bisa merasakan perasaan

 

Ada orang baru saya temui pernah berkisah

Ia lebih senang memberi rakyat walau sedikit daripada didaulat jadi wakil rakyat yang pada prosesnya harus mengeluarkan modal milyaran bahkan lebih hanya untuk sebuah kedudukan yang panas

Bukan, orang yang baru saya temui itu bukan orang bayaran, melainkan mahluk yang bekerja di balik layar Sang Pencipta

 

Kehidupan ini memang nikmat ibarat minum air susu

namun hanya orang kaya yang bisa leluasa menikmatinya

Bangsa ini tercipta dengan peluh dan darah tidak menutup kemungkinan ada yang ongkang kaki jua disana

Berebut kepercayaan dan simpati meski dengan jalan licik dan tidak terpuji

 

Manusia hadir dengan segala perbedaan

Keinginan diciptakan untuk membagi mana  warna putih dan mana warna kelam

Banyak keinginan tidak banyak yang tercapai tanpa usaha dan doa

Ada kesuksesan manakala keikhlasan menyertai tanpa peduli terlihat atau tercatat

 

Musim berganti untuk memakmurkan lahan berpijak

Awan kelam menggeser langit biru mengasihi dedaunan hijau di bumi

Ketika mereka dicipta tanpa rasa ironi manusia memelihara serakah dengan segala kemuliaannya

Ciptakanlah bumi yang dipersatukan Gajah Mada berseri meski sejenak

Dengan lebih dulu menjadi kader penyeru perdamaian untuk keluarga, tetangga dan negara.

15 thoughts on “Puisi: Baik Dulu Kebaikan Pun Mengikuti”

  1. Waah ternyata teh okti suka berpuisi jugaa 🙂

    Puisinya dalam sekali, meskipun saya udah lamaa bgt ga berpuisi tapi saya mengerti isinya ^^

    Reply

Leave a Reply to Afifah Mazaya Cancel reply

Verified by ExactMetrics