Rahasia Koki Gunung

Rahasia Koki Gunung 

Meskipun di gunung, tempat dimana semua serba susah dan terbatas namun soal makanan tetap harus enak disantap dan pastinya bergizi. Kalau enggak, bagimana bisa punya energi untuk nanjak menaklukkan puncaknya?

Sudah pada tahu kalau teman pendaki gunung ya cuma carrier sama apa yang melekat di badan. Sebanyak apapun bekal yang mau dibawa tetap aja menyesuaikan dengan kapasitas carrier di punggung. Okelah pakai jasa porter. Tapi ya dimana sensasi perjuangan naik gunung nya? Sudah saja kalau mau serba enak ngapain naik gunung? Ke glamping aja yang semua sudah disediakan. Atau ga usah susah-susah pakai mau naik gunung segala, udah aja sono staycation di hotel berbintang. Sambil luluran sambil nonton drama korea bukankah itu lebih menyenangkan –daripada basah kuyup kehujanan, atau panas-panasan bikin kulit gosong kebakar– kalau maksain mau naik gunung juga?

Saat masih lajang bisa naik gunung itu sendiri sudah jadi kebahagiaan yang luar biasa. Tidak terlalu memikirkan perbekalan, apalagi bagian logistik dan alat-alat naik gunung itu biasanya sudah ditanggung bareng-bareng alias dibagi per orang supaya lebih ringan. Tapi setelah berkeluarga dan punya anak (yang juga suka kalau diajak naik gunung) baru deh saya mulai muter memikirkan gimana cara supaya saat naik gunung kebutuhan perbekalan khususnya makanan anak dan suami tetap bisa normal kaya di rumah.

Meski saat di gunung saya terbiasa makan mie doang dan secangkir minuman panas, tapi kalau sudah punya anak masa tega kasih makan anak berhari-hari miiie terus?

Segunung-gunungnya saya dan suami kalau buat anak pasti ingin yang terbaik. Buibu juga demikian, bukan?

Nah jadilah mulai sekitar 2 tahun terakhir ini (dimana Fahmi mulai bisa diajak nanjak bareng kami) kalau mau naik gunung saya suka detail melihat situasi lokasi. Berapa lama kira-kira perjalanan pulang pergi, berapa kali waktu sarapan pagi, makan siang dan makan malam yang bakal kami lalui selama melakukan pendakian? Dan yang terpenting ingin saya ketahui adalah apakah ada minimarket terdekat di sekitar pintu masuk lokasi pendakian?

Kenapa tanya minimarket? Ya jelas buat belanja bekal. Tapi bukan lagi cokelat atau kopi instan yang saya cari seperti dulu kala. Bukan pula beli dadakan jas hujan sekali pakai atau obat-obat pribadi melainkan saya cari bekal makan yang sehat dan gizi tinggi, yang disukai anak dan suami.

Makanan kaleng Fahmi jelas tidak suka. Makanan instan suami bilang tidak cukup mengenyangkan dan nambah-nambah sampah yang harus dibawa turun saja. Lalu apa bekal yang harus dibawa oleh saya selaku koki gunungnya?

Pilihan utuh jatuh ke produk dari So Good. Produk siap olah seperti bakso, nugget, dan atau ayam potong yang siap olah. Ya, saya membeli produk So Good buat bekal selama pendakian.

Kenapa memilih So Good? Karena banyak alasan. Pertama pasti karena halal. Kedua praktis, tinggal olah, tanpa perlu dipotong-potong lagi dan tidak perlu dicuci. Cocok banget jadi bekal para pendaki gunung yang terkenal maunya serba mudah tanpa pakai ribet.

Alasan memilih produk So Good lainnya masih banyak. Ayamnya segar, bergizi, rasanya enak, bersih, tidak lengket, ayam tidak disuntik hormon, rumah potongannya bersertifikasi, dan bisa dibeli di minimarket dengan harga terjangkau.

Memangnya bawa daging ayam itu tidak rusak? Emang naik gunung bawa kulkas buat simpan makanan beku? Ya enggak dong. Tapi biar bekal tidak rusak (kondisinya tidak basi meski berhari-hari berada di luar kulkas) ya saya siasati.

Caranya? Caranya?

Siapkan ayam potong So Good. Didihkan air secukupnya
Setelah air mendidih masukkan ayam potong So Good
Masukkan bumbu ungkep kesukaan secukupnya dan biarkan mendidih bersama ayam potong So Good
Setelah air surut dan bumbu ungkep meresap matikan api. Ayam Potong So Good matang siap jadi bekal pendakian
Ayam potong matang siap jadi bekal pendakian. Bawa menggunakan nesting atau plastik. Praktis.

Saya beli produk So Good di minimarket terdekat dengan tempat pintu masuk pendakian. Contohnya kalau mau naik Gunung Slamet, beli ayam potong So Good nya di daerah Bambangan. Kalau mau naik Semeru, saya beli produk So Good di minimarket di Tumpang atau di sekitar Ranu Pane. Bawa sampai ke Ranu Kumbolo produk So Good sudah tidak beku dan tinggal masak. Pas banget kan waktunya.

Semua pendaki ke Gunung Semeru dipastikan menginap di Ranu Kumbolo. Saya selalu koki gunung bagi keluarga memanfaatkan kesempatan ini untuk eksplorasi keindahan danau sekaligus mengeksekusi produk So Good khususnya yang ayam potong. Supaya tidak basi dan makin lezat saat dimakan di perjalanan.

Karena olahan daging ayam ini selalu habis setiap melakukan pendakian maka teman-teman memberi nama Ayam Gunung Praktis Habis. Saya selaku koki gunungnya mau coba berbagi bagaimana cara mengolah Ayam Gunung Praktis Habis yang benar-benar sangat praktis ini ya…

Ayam Gunung Praktis Habis 

Bahan : 

  1. Satu bungkus ayam potong So Good
  2. Satu bungkus bumbu ungkep sesuai selera.

Cara Masak: 

Setelah ayam potong So Good siap dimasak, didihkan air secukupnya. Kalau nesting atau trangianya kecil, bisa dilakukan dua kali masak. Masukan ayam potong dan bumbu ungkep. Biarkan sampai air menyusut.

Sampai sini, ayam sudah matang dan bisa dimakan. Tapi karena perjalanan kami sampai puncak masih jauh maka ayam yang sudah diungkep ini bisa dibekal tanpa khawatir basi atau ribet masaknya.

Cukup masukkan ke dalam nesting, atau plastik. Kapan mau makan, tinggal keluarkan. Selama dua sampai tiga hari ayam yang telah diungkep ini tidak akan rusak. Kalau buka tenda dan buat api, daging ayam ungkep ini bisa digoreng garing, dibakar di bara api unggun atau cukup dihangatkan dengan cara taruh di atas saat menanak nasi liwet.

Hasilnya? Pasti enak! Alhamdulillah anak suka, suami juga tidak kurang energi dan tenaga meski pulang pergi naik gunung harus gendong carrier dengan isi super berat plus gendong Fahmi saat ia kecapean dan ngantuk selama perjalanan.

Dengan adanya daging ayam potong praktis ini pendaki gunung tidak lagi makanannya identik dengan mie instan melulu. Karena di puncak pun ternyata bisa menyantap ayam bakar, ayam goreng sampai menu “steak ala-ala” kami yang terdiri dari goreng kentang, ayam bakar, sosis dan nugget ditambah sayuran siap santap lainnya.

Nah jika pendaki gunung saja dengan alat serba sederhana bisa masak enak, apalagi bu-ibu di rumah dengan peralatan masak super lengkap.

Buat para pendaki gunung yang bulan Syawal ini nanjak, yuk persiapkan bekal praktis dengan olahan So Good. Jangan lupa selfie dan foto kreasi masakannya ya. Soalnya So Good lagi ngadain lomba tuh dan kalau kamu submit hasil olahan kreasimu siapa tahu kamu keluar jadi pemenang. Asyik kan…

Info lombanya disini.

Salam lestrasi!

 

 

12 thoughts on “Rahasia Koki Gunung”

  1. Ayam ungkep menu favorit saya, juga anak-anak. Dibawa perjalanan jauh pun oke, dan sangat membantu sekali. Kemarin pas balik dari Jambi ke Pemalang, saya bersama anak, istri, dan Ibu, harus menempuh perjalanan total 19 jam. Itu gabungan perjalanan darat dan udara. Untuk menghemat, sekaligus dengan alasan kepraktisan, Ibu menyiapkan ayam ungkep sebagai bekal. Nyam! Sampai Pemalang keesokan harinya, ayam tersebut tetap enak dimakan.

    Reply
  2. Ini mah traveler sejati, bawa bekal buat mendaki ya teh, sampai dipuncak terbitlah lapar ayam sudah menanti asekkk

    Reply
  3. Wah kalau bisa malan ayam ungkep enak dong dan anak2 pasti suka naik gunungnya. Gak takut kelaparan. Ah emak selalu punya cara untuk survive. Apalagi jmaan saekarang yg apapun praktis

    Reply
  4. Naksir peralatan masak buat kempingnya.
    Nyam enak banget makan ayam pas malam2 dingin2 di gunung hehe.
    TFS resepnya Teh.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics