Resensi Novel ZONE: Cinta Kematian dan Misteri dalam Penerbangan

Resensi Novel ZONE: Cinta Kematian dan Misteri dalam Penerbangan

 

A 747 is coming down in the night
There’s no radio
No sign of life
We were strangers in the night
Strangers in the night
Going nowhere

Saxon
747 (Stranger In The Night)

Zone adalah sebuah novel dengan ketebalan 328 halaman karya Jack Lance, penulis berkebangsaan Belanda. Jack Lance sendiri mempunyai seorang istri asal Indonesia, Rina.

Dengan genre thriller-nya, Jack Lance dikenal sebagai Stephen King-nya Belanda. Sebelum menerbitkan novel berjudul Zone, Jack telah menerbitkan The Day You Died (Bhuana Sastra, 2015), Dark Memory (Bhuana Sastra, 2016), dan novel lainnya.

Banyak diminati pembaca, buku-buku Jack ini telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa dan diterbitkan di 25 negara dengan total penjualan lebih dari setengah juta eksemplar di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, Zone diluncurkan pada 29 April 2018. Acara launching novel ini diselenggarakan di Gramedia Central Park, Jakarta Barat.

Minggu 29 April jadi hari yang istimewa dan menjadi hari yang luar biasa karena hari itu Bhuana Sastra (imprint Bhuana Ilmu Populer) sebagai perusahaan yang menerbitkan novel ini melaunching sekaligus mendatangkan penulis novel Zone, Jack Lance secara langsung. Ini jadi kesempatan pecandu novel untuk mendapatkan bukunya, tanda tangan pengarang sekaligus foto bareng sama orangnya.

Resensi Zone

Dengan latar belakang penerbangan, novel ini dibuat hidup, membuat pembaca tenggelam dalam suasana, bahkan membaca ceritanya seolah sedang memutar film sendiri di dalam kepala.

Diawali dengan romantisme dua crew pesawat terbang, Sharlene Thier seorang pramugari dan Aaron Drake, pramugara senior dari maskapai penerbangan Oceans Airways. Mereka adalah kepala Pramugara dan asistennya yang dalam penerbangan kali itu –bukan sebuah kebetulan– satu jadwal dalam penerbangan yang sama menuju Sydney, Australia.

Konflik awal muncul dimulai dengan perasaan tidak biasa Sharlene. Begitu juga perasaan tokoh lain termasuk para pilot. Captain Jim Nichols, pilot pengganti Ben Wright, dan kopilot Greg Huffstutter.

Kemudian cerita mulai masuk ke suasana ketegangan, saat bagaimana mesin pesawat tiba-tiba mati total sesaat setelah mengalami turbulensi. Padahal pesawat itu sedang terbang di angkasa, dan semua koneksi terputus. Lalu, kengerian muncul ketika Sharlene melihat bayang-bayang hitam yang menghantuinya. Semua itu diperparah dengan nyctophobia –ketakutan akan kegelapan- yang dirasakan Sharlene.

Meski pada akhirnya semua penumpang yang berjumlah 335 orang itu tahu apa yang akan terjadi dengan mereka, namun semua tetap bertahan dan berjuang.

Jack Lance terus menghidupkan suasana tegang itu dengan berbagai latar kehidupan setiap penumpangnya. Termasuk beberapa orang yang bisa “melihat masa depan”. Jika Aaron tidak mempercayai hal di luar nalar, maka Sharlene justru sebaliknya, ia mengalami hal-hal yang sangat misterius dan menakutkan. Namun Sharlene tetap bertahan karena naluri untuk bertahan hidup melebihi rasa sakit dan penderitaan yang dialaminya.

Jack Lance menggambarkan kisah yang membuat orang bertanya-tanya terkait banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang masih belum terungkap hingga saat ini. Berbagai teori pun bermunculan, mulai dari medan magnet hingga faktor alien. Namun tetap saja, semua masih misteri.

Bagian per bagian cerita ini terus berlanjut diselingi interlud. Sampai klimaks di ujung cerita dimana captain Jim Nichols sebagai penanggung jawab pesawat boing 747-400 itu harus mengambil keputusan yang teramat berat. Bagaimanapun ia merasa bertanggung jawab terhadap ratusan awak kapal dan penumpang nya.

Puas atau tidaknya pembaca di akhir kisah, kembali kepada pribadi masing-masing. Hanya menurut saya ada beberapa masalah yang masih mengganjal (penasaran tepatnya) salah satunya karena sampai saat ini saya belum bisa memecahkan misteri penyebab kematian salah satu penumpang di dalam toilet pesawat. Atau saya harus membaca ulang supaya bisa mendapatkan benang merahnya? Hehehe…

Secara keseluruhan, novel ini cukup bagus. Tidak ada cacat kecuali sedikit kekurangan huruf t pada kata tetapi yang terdapat di halaman 289 paragraf 8.

Jika saya tidak salah fokus, maka sedikit kekeliruan lainnya adalah orang kata ganti ketiga yang digunakan pada sebuah kalimat langsung di halaman 307.

“Buka! Demi Tuhan, kalau bisa buka pintunya , Sharlene!” teriak Sharlene, menggedor logam dengan tinjunya, merasa tidak berdaya.

Pada kalimat itu yang bicara adalah Aaron. Jadi seharusnya bukan teriak Sharlene, melainkan teriak Aaron.

Jadi bagaimana nasib pesawat boing 747-400 ini apakah berhasil mendarat di Sydney? Bagaimana kisah jalinan asmara Sharlene  dan Aaron crew penerbangan Oceans Airways? Semua terjawab dalam novel yang cukup menegangkan ini ya.

18 thoughts on “Resensi Novel ZONE: Cinta Kematian dan Misteri dalam Penerbangan”

  1. Meski ada salah cetak yang kadang bikin bacaan yang tadi asyik sedikit menganggu, tapi kalau tipe pembacanya santai aja alias yang penting nangkep maksud penulisnya apa, tetap secara keseluruhan cerita pasti oke.

    Reply
  2. Serunya buku terjemahan juga bergantung dari uoaya penerjemahan itu sendiri. Saya baca meski baru sebagian.
    Menurut saya penerjemah juga harus memehatikan idiom atau ujaran sehari-hari bhs indonesia.tdk menerjemahkan plek bahasa asing. akibatnya menghasilkan terjemahan kalimat yg cenderung panjang padahal bisa dipangkas.

    Reply
  3. Saya jadi ikut penasaran Teh sama ending novel ini, pengen beli deh jadinya supaya bisa baca lengkap ceritanya dan bisa tahu akhir dari kisah ini, semoga saja happy ending. Aamiin 🙂

    Reply
  4. Teh ini setting latarnya di dalam pesawat terus atau gmn ya?
    Kebayang kalau difilmkan, soalnya ada tu film (lupa judulnya) yg lokasinya ya di pesawat terus, jd kudu pinter2nya sutradara ambil angle supaya gk nyorot itu2 aja. Eh, blm difilmkan sih hehe. Penasran ma novelnya, asyik kali dibaca pas malam2 hehe tfs

    Reply
    • Dimulai saat pramugari dan pramugara di apartemen mereka dulu sih. Terus kondisi ruang tunggu di bandara dan para pilot sampai antrian penumpang gitu.

      Setelah itu semua dalam pesawat sampai klimaks berada di tempat yg “tidak diketahui dimana”

      Reply
  5. Awal baca judul tulisan ini tentang pesawat, trus katanya thriller, lha kok aku malah mikir pesawat Malaysia yang hilang itu. Dan kalau baca novel kayak gini, saya mesti suka bolak-balik baca halamannya. Ini tadi kenapa kok jadi begini? Hehehe… bener-bener harus perlahan ya baca novel genre thriller.

    Reply
  6. waaaaah aku naksir sama nenerapa karya Stephen King dan kalau penulis ini merupakan Stephen Kingnya Belanda. Kayanya aku mesti baca deeehhhh.. langsung masuk wishlist! maaci reviewnya tek Oktiiiii

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics