Seribu Rupiah Pembawa Berkah

Tukang mie ayam jamur bakso itu dengan ramah mengikhlaskan uangnya untukku. Meski hanya satu ribu, duh! Jadi terharu…

Benar kata Mba Prima, “Ntar malam Raka ngajak makan mie ayam itu tuh!” Tunjukknya saat melewati lapak dagang mie ayam jamur bakso setelah menjemputku dari Cijantung ke rumahnya.

“Tukang mie ayam jamur baksonya baik, padahal masih muda-muda. Kalau rasa mie ayam jamurnya lumayan sih…” Lanjutnya.

Lebih dari satu tahun aku gak nginep di rumah Mbak Prima di Cijantung. Paling kalau ada acara ketemu langsung di Kampung Rambutan atau langsung jumpa di lokasi acara. Terakhir nginep sepertinya saat hamil. Kini, Fahmi sudah satu tahun lebih baru berkesempatan lagi nginep di rumah bundanya Raka dan Zidan ini.

Malamnya, cuaca cerah dan cukup ramai. Mba Rima beserta kedua jagoannya itu mengajak aku ke tempat mie ayam jamur yang dimaksud. Seru juga makan bareng dua anak laki-laki yang sangat dekat dengan keluarga ini.

Buatku rasa mie ayam sama baksonya biasa aja. Standar. Apalagi aku rasa mie ayamnya gak panas. Padahal tahu sendiri kan, ukuran pertama enak tidaknya dari semangkuk bakso atau mie ayam buatku adalah panas tidaknya hidangan itu.

Yang buat rada spesial mungkin jamurnya itu. Biasa kan mie ayam itu dengan suwiran daging ayam, atau ati ampela, nah… Yang bikin beda, ini ditambah suwiran jamur. Jadi ayamnya itu dicampur irisan jamur. Kalau rasanya sih bumbu mie ayam biasa saja.

Selesai makan, saat si penjual mie ayam menyodorkan uang kembalian, setelah aku teliti ternyata lebih seribu rupiah ke aku.

“Mas, ini lebih…” Laporku.

“Mba ada uang seribuan?” Dia malah balik tanya.

“Enggak ada, Mas!” Kataku setelah memastikan kalau recehan yang ada sudah habis di dalam bus perjalanan dari Cianjur ke Jakarta tadi.

“Ya sudah gak apa-apa, lebih ke Mbak lebih baik dari pada kurang. Lagian Mba belinya kan banyak.”

Aku hanya bisa melongo. Untung segera sadar karena pembeli lain masih banyak.

“Makasih banyak kalau begitu, ya Mas. Moga uang seribu rupiahnya jadi berkah untuk semua.” Ucapku sambil berlalu menuju parkiran.

Sepele sepertinya. Uang seribu rupiah bahkan kalau terdiri dari pecahan lima ratus rupiah kadang orang tidak menginginkannya lagi. Jika ada uang receh begitu pasti dikasih ke para pengemis, pengamen, daripada disimpen di dompet nambah-nambah berat aja.

Tapi bukankah uang seribu juga tetap bernilai dan uang satu juta pun tidak akan genap kalau kurang satu ribu rupiah saja?

Apalagi jika kita ikhlas dalam menggunakannya, insya Allah satu ribu itu akan membawa berkah serta manfaat buat kemaslahatan umat. Amin.

16 thoughts on “Seribu Rupiah Pembawa Berkah”

  1. Ah bener mba, apalagi bagi pak ogah di perempatan jalan. 500 or 1000 perak berarti banget buat mereka.

    Dulu pernah suka nyuekin receh, tapi kemudian Allah ngasih ujian.

    Bersyukur sekarang akhirnya jadi bisa lebih menghargai..

    Reply
  2. Seribu atau gopek masih sangat bernilai, karena banyak juga yang membutuhkannya meski dengan jerih payah dan pengorbanan yang tidak sedikit ya, Mba.

    Semoga dagangan si masnya laku

    Reply
  3. Aku suka banget mie ayam jamur, Teh.
    Semoga dagangan mas-nya terus laris ya, Teh. Bukan karena nominal uangnya sebenarnya, tapi keikhlasannya. Semoga makin banyak orang baik seperti itu. Aamiin

    Reply
  4. Biarpun rasa mie ayamnya standar tapi kalau penjualnya baik dan ramah, apalagi juga ikhlas pasti kita juga berfikir untuk kembali lagi kesana ya Mbakk..

    Reply
  5. Selalu takjub terkadang mengalami kejadian-kejadian begini. Tampak sepele namun dampaknya ke hati sangat terasa. Semoga mamang yang jual bakso jamur itu diberkahi hidupnya. Makin laris jualannya.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics