Setengah Jam Merenungi Campak Jerman

Setengah Jam Merenungi Campak Jerman

 

Keluar dari rumah langsung dikerubungi tukang ojek. Pada tanya mau kemana. Tapi tidak lama mulai pada menjauh setelah saya jelaskan bersama Fahmi hendak ke Sukanagara. Mereka tahu, itu tandanya kami diam di pinggir jalan untuk menunggu angkutan elf yang lewat.

Beberapa menit lagi elf datang, tetangga kampung ada yang baru turun dari ojek dan berdiri tidak jauh dari tempat kami berdiri. Rupanya dia juga mau menunggu kendaraan, karena pas elf datang, kami naik dia pun ikut naik.

“Kemana De?” Tanyanya kepada Fahmi setelah kami duduk di jok berdampingan.

“Sukanagara, Bu…” jawab saya seperlunya. Sementara dari keranjang yang dipegangnya saya bisa nebak kalau dia mau ke pasar. Ini kan hari Jumat. Pasar di Pagelaran kan memang setiap Selasa dan Jumat.

Tapi lewat Pasar Pagelaran si ibu itu tidak turun. Malah ada penumpang baru yang juga bawa anak, naik. Tapi mereka tidak mau masuk ke jok belakang. Ribet katanya. Akhirnya saya dan Fahmi yang mengalah. Dari pada berjubel dekat pintu kalau celaka gimana…jadilah saya dan Fahmi duduk di jok paling belakang.

Si ibu teman sekampung saya dengan ibu yang bawa anak mulai ngobrol. Seperti ibu-ibu pada umumnya obrolan merembet kemana-mana. Saya dengar tidak dengar sih, mau didengar berasa gak penting, tidak mau dengar ya emang kedengaran lah ngobrolnya depan saya.

“Bikin anak sakit saja. Sudah lulus SD juga masih saja harus imunisasi…” tiba-tiba saya tertarik dengan ucapan si ibu yang bawa anak. Imunisasi? Saya mulai siaga, secara saya sendiri mau ke Sukanagara kan memang mau bawa Fahmi ke posyandu.

“Anak depan rumah ibu, dua hari ini gak sekolah. Tuh gara-gara disuntik Rubella. Aneh lah jaman sekarang mah. Anak sehat disuntik pas sakit gak ada yang ngurusin…” timpal ibu yang sekampung dengan saya menambahkan.

Mereka terus bicara dengan nada menyalahkan pemerintah dan seolah merasa keberatan dengan adanya imunisasi masal untuk anak-anak hingga usia maksimal 15 tahun ini.

Saya mau ikut bicara malah gak enak jadinya. Bisa-bisa balik saya yang dibuli mereka. Mereka terus bicara seolah pakar di bidangnya, saling menimpali dan diam-diam saya pikir ternyata masih banyak yang belum tau ya apa guna vaksin dan sepertinya sosialisasi itu belum sampai sepenuhnya kepada kedua ibu ini.

Jujur saya saja baru ngeh terkait vaksin baru-baru ini saja. Setelah Kementrian Kesehatan gencar kasih sosialisasi dan saya banyak baca-baca tulisan blogger Grace Melia. Seorang ibu yang share pengalaman terkait kehamilannya yang terkena virus Rubella dan menyebabkan Ubii buah hatinya jadi anak berkebutuhan khusus.

Baru bisa sedikit paham dengan apa itu MMR yaitu Mumps (Gondong), Measles (Campak), Rubella (Campak Jerman) dan vaksin yang lagi digalakan saat ini yaitu Measles dan Rubella (tanpa Mumps) ya setelah bolak balik baca tulisan blogger asal Yogyakarta ini.

Menjaga lebih baik daripada mengobati. Mengetahui bagaimana perjuangan Mama Ubii (Grace Melia) dalam menghadapi buah hati yang terkena Campak Jerman ini, lalu bagaimana semangat ia memerangi wabah ini supaya tidak dialami oleh ibu atau anak lain nya sungguh membuat siapapun yang tahu (baca tulisannya) bakal 100% mendukung dengan adanya imunisasi serentak ini. Sayangnya untuk warga di daerah, mungkin sosialisasi ini kurang tajam. Buktinya hingga saya turun lebih dulu dari elf di Sukanagara mereka berdua yang duduk depan saya masih saja membicarakan tentang imunisasi serentak ini dengan nada mencemooh.

Sayang sekali waktu setengah jam antara Pagelaran dan Sukanagara itu mereka gunakan hanya untuk menyalahkan program yang sebetulnya mereka sendiri –saya yakin– tidak memahami.

 

 

#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia

7 thoughts on “Setengah Jam Merenungi Campak Jerman”

  1. Iya kak, isu imunisasi sedang marak akhir2 ini..
    Aisyah ga begitu paham sih, he..
    Tapi Alhamdulillah saat kecil aisyah di imunisasi dan Alhamdulillah baik2 sj.. ^^

    Reply
  2. Iya ya Mbak, kenapa masih banyak yg under estimate dengan program vaksinasi MMR ya?

    Aku punya bukunya Mami Gesi dan beberapa kali.kopdaran dengan beliau, tahu gimana perjuangan Mami Ubii utk sang buah hati dan upayanya agar semakin banyak masyarakat yg paham ttg pentingnya vaksinasi MMR ini.

    Reply
  3. Seandainya mereka tahu betapa pentingnya imunisasi itu ya, Teh. Benar, mencegah lebih baik daripada mengobati. Kalau sudah terkena repotnya akan lebih-lebih dari sakit saat setelah imunisasi.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics