Suka Duka Pramuka Anak Desa

Suka Duka Pramuka Anak Desa

Semua anak Indonesia pasti mengetahui apa itu Pramuka. Sejak sekolah dasar sudah dikenalkan dengan nama organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia ini.

Bulan Agustus identik dengan bulan kemah pramuka yang terlahir pada tanggal 14 Agustus 1961. Biasanya memperingati hari ulang tahun Pramuka setiap tingkat kecamatan di daerah tempat saya tinggal mengadakan buka tenda alias kemping di tanah lapang.

Ini Jumat ke tiga suami sebagai pembina pramuka melatih anak-anak di sekolah belajar Pramuka. Sehabis solat jumat suami selalu bergegas menuju sekolah. Beda dengan Jumat-jumat sebelumnya, Jumat kali ini Fahmi tumben mau ikut. Saya juga ikut secara Fahmi tidak akan bisa main sendiri saat ayahnya melatih.

 

Pramuka kependekan dari Praja Muda Karana, yang artinya Jiwa Muda yang Suka Berkarya jelas tampak pada wajah-wajah murid suami yang bersemangat mengikuti semua pelatihan. Meski kondisi latihan di pedesaan banyak kekurangan namun semangat mereka untuk berlatih tampak sangat tinggi.

Padahal suami suka cerita, untuk menjadi anggota pramuka murid-muridnya harus rela berkorban dan berani membayar mahal.

Bagaimana tidak, namanya sekolah di desa, mereka harus pandai membagi waktu antara waktu sekolah, mengaji, dan waktu untuk keluarga atau orang tua mereka. Sering suami sebagai wali kelas dan pembina pramuka mendapati anak didik tidak ikut pramuka. Selidik punya selidik si anak tidak bisa ikut pramuka karena tidak mampu membeli baju seragamnya!

Suatu hari lain lagi. Anak sudah ikut beberapa kali pelatihan tapi selanjutnya absen tanpa keterangan. Karena penasaran kembali suami mencari informasi. Siapa tidak terharu manakala berkunjung ke rumahnya si anak didik sedang mengasuh adik perempuannya yang baru berusia 2 tahun. Sambil menjemur pakaian, si adik digendongnya di punggung. Ia bertanggung jawab atas pengasuhan adiknya karena ibunya telah meninggal dan bapak harus bekerja ke kota. Pagi hari sia anak bisa sekolah karena adiknya yang batita bisa dijaga oleh adiknya yang masih sekolah SD. Tapi sore hari, adiknya yang SD itu harus sekolah agama dan tidak mungkin membawa batita, makanya murid suami yang bertugas menjaga adiknya setiap sore, karena itu ia tidak bisa ikut latihan pramuka.

Ada lagi anak yang semangatnya untuk berlatih pramuka cukup tinggi. Bahkan anak ini di kelas dalam mata pelajaran bisa dibilang pintar. Tapi setiap latihan dia tidak pernah pakai seragam pramuka seperti teman-teman nya. Kecuali ia mengenakan seragam putih biru seperti saat belajar  sekolah hari biasa. Saat ditanya kemana baju pramukanya, sambil menangis dia menjawab belum bisa beli karena tidak punya biaya.

 

Dan masih banyak lagi cerita duka yang unik terkait anak didiknya di sekolah di pedesaan yang diceritakan suami.

Mungkin karena pramuka identik dengan kegiatan di luar kelas, kegiatannya selalu tampak menarik dan menyenangkan. Karena itu anak-anak desa yang masih haus akan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik sangat diminati.

 

 

Setiap ikut suami menyaksikan mereka berlatih selalu tampak wajah-wajah yang menyenangkan, sehat, cekatan, mencoba disiplin dan teratur, dan kadang kocak. Banyak permainan yang dilakukan di alam terbuka sangat melelahkan namun dengan prinsip dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, lambat laun anak didik semakin memahaminya.

Bisa dibedakan ada perbedaan pada pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur antara yang ikut pelatihan Pramuka dan yang tidak. Padahal latihan pramuka di desa hanya alakadarnya. Semua kegiatan disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan para murid dengan kesanggupan para orang tua, dan masyarakat.

Setiap menyaksikan mereka latihan, sambil mengingat dan membandingkan bagaimana murid di kota menjalani setiap hari dengan penuh kebahagiaan dan segala aktivitas yang disukai mereka tidak jarang saya meneteskan air mata. Entah kenapa saya merasa selalu ada serpihan hati seperti teriris…

Tapi saya yakin sebagaimana semangat mereka yang tinggi saat berlatih, meski anak desa dengan segala keterbatasannya, murid-murid suami ini mampu jadi anak dengan kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, sehat jasmani, dan rohani. Amin.

 

#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia

 

 

7 thoughts on “Suka Duka Pramuka Anak Desa”

  1. salam pramuka..!
    aku juga dulu pernah ketakutan pas ditanya kemana gak latihan pramuka, cuma karena bajunya baru dicuci ibu, lupa beliau kalo hari Minggu aku latihan Pramuka, hihi.

    Aku sangat suka ikut pramuka, bisa membuang energi negatif saat kita bete, melatih disiplin jiwa dan raga, sesuai dasa dharma pramuka

    Reply
  2. Pengorbanannya berat ya, Teh kalau sekolah di desa itu. Aku salut. Salam pramuka ya, Terh. Aku dari dulu enggak terlalu aktif di Pramuka. Aku baru kenal kegiatan Pramuka pas kelas 6 SD pindah ke Jakarta. Cuma setahun itu aja deh jadinya ikut kegiatan Pramuka.
    Baca tulisan Teteh soal sekolah di desa aku jadi suka keinget cerita ibu bapak mertua yang pernah ngajar di desa pelosok. Tiap mau mulai kelas, disamperin satu-satu murid-muridnya karena kadang masih pada berladang ikut orangtuanya.

    Reply
  3. Wew, di sana pramuka masih eksis ya mbak?

    Kok aku liat kayaknya di kota-kota kegiatan pramuka gitu udah mulai jarang ya, padahal dulu jadi eskul yg pasti ada di tiap sekolah 😀

    Reply
  4. Aku jg dulu sekolah di kampung teh. Tp dilarang ikut pramuka bkn krn hra bantu pekerjaan ortu, itu krn ortuku over protective. Aku gk boleh ngapa2in yg sekiranya bakal capek. Heuheu. Pdhl aku pingin bgt 😀 Jd menurutku murid2 suamimu nsh tergolong beruntung

    Reply

Leave a Reply to Dian Safitri Cancel reply

Verified by ExactMetrics