Usaha Ibu Dibalik Keinginan Anak

Usaha Ibu Dibalik Keinginan Anak…

Sejak melihat foto emaknya wefie di lapangan terbang Adisucipto Yogyakarta, ketika itu menghadiri acara Temu Bunda SGM 2016, Fahmi anak saya suka merengek minta naik pesawat.

“Ibu ini naik pesawat ya? Ayah udah naik pesawat? Ami aja atuh yang belum. Ibu, Ami mau naik pesawat…”

“Bu, Ami udah pernah naik mobil? Udah pernah naik kereta api? Ami udah naik pesawat? Belum ya? Kapan Ami coba naik pesawat?”

Kemana-mana naik motor, mana mampu beli tiket pesawat?

Selalu meminta naik pesawat ketika teringat atau ada hal yang mengingatkan akan pesawat jadi kebiasaan Fahmi. Sebagai ibunya tentu saja merasa gimana gitu… Secara buat kami yang bukan pengusaha juga tidak punya sanak saudara jauh, naik pesawat itu masih menjadi sesuatu yang mewah.

Ketika saya berkesempatan menginap di hotel yang nyaman dan lux, sering saya membayangkan suatu saat bisa bawa anak dan suami dapat kesempatan yang sama. Apa saja jalannya, termasuk ketika mendapat voucher menginap di Hotel Holiday Inn Jakarta dari Kompasiana ketika saya menang lomba foto.

Saya pikir begitu pula dengan keinginan Fahmi untuk bisa naik pesawat ini. Kalau sudah ada rezekinya, apa saja jalannya pasti pintu akan terbuka. Yang pasti saya selalu berusaha dan akan memperjuangkannya.

Salah satu jalan untuk mencapai keinginan anak bisa naik pesawat adalah ketika ada lomba foto dari SGM itu sendiri. Saya semangat untuk mengikutsertakan Fahmi karena melihat syarat dan ketentuan seperti nya semua bisa dipenuhi.

Dan perjuangan pun dimulai…

Soal beli susu SGM pakai kartu ponta di Alfamart itu hal biasa bagi kami karena tahu sendiri kan Fahmi meminum susu SGM bukan saat ada lomba saja, tapi emang dari lahir dia sudah meminumnya.

Berasa beruntung ketika pihak dokter yang menangani kelahiran Fahmi di RSUD Cianjur merekomendasikan SGM Ananda untuk anak saya ketika diketahui Air Susu Ibu ini tidak bisa keluar.

Hanya yang jadi masalah setiap beli susu dari Alfamart pada struknya selalu tidak terdapat kode unik seperti yang dimintai dalam persyaratan. Sudah tanya ke Alfamart nya katanya emang tidak ada. Ini sempat buat saya galau juga. Apakah karena Alfamart di kampung pelosok kaya di tempat saya lalu kode unik tidak ada? Secara nama Alfamart nya aja dalam struk tidak terisi lengkap sebagaimana Alfamart di kota besar.

Tapi hal itu tak jadi beban lagi ketika banyak bunda yang lain juga bertanya dan mengeluhkan hal yang sama. Pihak SGM sendiri menekankan yang penting struk berlaku pada periode lomba. Oke. Saya tenang.

Melukiskan cita-cita anak dan memfotonya, saya angkat tangan untuk persyaratan ini. Namun ada pilihan lain yaitu foto anak dengan mengenakan pakaian profesi yang dicita-citakan anak. Saya pun serius bertanya kepada Fahmi. Kelak sudah besar mau jadi apa?

Soal profesi sendiri Fahmi sudah mengerti karena sejak usia 3 tahun saya sudah mengajarkannya ditambah Fahmi belajar sendiri dari aplikasi Marbel Profesi yang sengaja saya download untuk pengetahuan dan media dia belajar.

Awalnya ingin jadi pilot. Terus pindah jadi petugas pemadam kebakaran. Saya sudah mencari akal kemana harus mencari seragam profesi itu secara Fahmi belum masuk sekolah jadi tidak punya seragam apapun seperti anak PAUD/TK lainnya.

Seperti tahu kalau saya tengah berjuang mendapatkan pakaian seragam profesi yang dicita-cetakannya suatu hari Fahmi pernah bilang, kalau cari baju pemadam kebakaran susah, biarin Fahmi mau jadi pemain bola atau basket saja.

Duh Gusti! Meleleh rasanya hati ini. Fahmi seperti menyadari kesulitan yang dihadapi emaknya ini. Dia tahu kalau pakaian bola dia punya pemberian salah satu teman saya yang dikirim langsung dari Hong Kong, termasuk bola basket dan ring untuk anak, dia juga punya pemberian dari keluarga di Bekasi saat akan pindahan ke Yogyakarta.

Tapi tentu saja saya tidak ingin menyerah begitu saja. Sambil sesekali mencari informasi saya terus menanyakan kepada Fahmi, cita citanya mau jadi apa. Saya tahu seusia dia pasti masanya masih pilih pilih cita cita dan mudah berganti.

Dua minggu lagi masa lomba berakhir Fahmi tiba-tiba punya cita-cita baru ingin jadi polisi. Saya bilang nanti Fahmi harus foto pakai baju seragam polisi, mau enggak? Saya tanya begitu soalnya sifat dia yang pemalu berat pasti bakal sulit diarahkan. Tanpa saya duga Fahmi bilang mau.

Saya maksimal mencari baju seragam polisi untuk usia Fahmi. Alhamdulillah dapat dengan mudah, seragam polisi dapat pinjam dari Wafi sepupunya di Cianjur yang saat ini sudah naik kelas 1 SD.

Ketika berkesempatan ke Cianjur saya ajak Fahmi main ke Polres Cianjur di Jl. KH. Abdullah Bin Nuh. Dengan latar kantor polres cianjur saya ingin foto Fahmi nanti tampak beda dari foto anak lainnya dengan cita-cita profesi yang sama.

Tapi drama Fahmi yang pemalu terjadi. Mendadak Fahmi susah difoto dan tidak mau apa-apa. Semakin kami paksa dia semakin keras menangis. Saya tahu Fahmi perlu waktu lama untuk membujuknya namun itu tidak mungkin mengingat di polres aturannya lain lagi.

 

Akhirnya hanya bisa foto sederhana dan orang bisa saja mengira itu editan. Apalagi ekspresi Fahmi jauh dari ceria. Saya mengerti sifat Fahmi yang pemalu. Saya harus menyediakan waktu.

Sambil bermain pelan pelan saya korek keterangan dari Fahmi kenapa tidak mau foto di kantor polisi padahal jika dia mau dan menang, hadiahnya bisa jalan jalan naik pesawat.

Jawabnya Ami malu. Banyak orang Ami ga mau foto. Kalau mau foto jangan di sana.

Jadi maunya foto pakai baju polisi dimana? Cecar saya.

“Ami mau foto di gunung saja…”

Glek! Foto dengan seragam polisi di gunung? Bukankah itu tidak nyambung? Tapi itulah Fahmi. Saya dan suami sebagai orang tua hanya bisa membimbing dan mengarahkannya. Oke, Nak… Mari kita naik gunung supaya kamu bisa bahagia dan dapat foto yang ceria.

Dengan banyak pertimbangan akhirnya kami memilih Gunung Sindoro 3153 Mdpl di Jawa Tengah sebagai lokasi Fahmi ambil foto. Saya sendiri yang mengatur dan mempersiapkan semuanya. Demi anak…

Hari H tiba cuaca cerah kami semua siap dengan segala rencana. Tapi yang menentukan tetap Yang Maha Kuasa. Saat bermalam di puncak Sindoro tiba-tiba datang badai semalaman. Fahmi menangis ketakutan. Iyalah jangankan balita, porter dan guide gunung aja tidak berani kemana-mana karena anginnya memang membahayakan.

Beruntung setelah sunrise, badai mereda meski angin tetap kencang. Dengan segala daya upaya saya bujuk Fahmi untuk berfoto seperti rencana. Mengenakan pakaian polisi, membawa bendera dan Susu SGM Fahmi akhirnya mau difoto.

Saya semakin tahu sifat Fahmi. Dia emang tidak menyukai keramaian. Fahmi lebih terlihat nyaman jika berada di tempat sepi dan dingin seperti di gunung ini. Dia mau nenteng-nenteng susu SGM (saya sengaja pilih ukuran kecil biar sesuai dengan postur tubuh Fahmi yang juga kecil) dan mau difoto karena hanya ada saya dan ayahnya di depannya!

Foto selesai pengiriman pun sudah saya lakukan dengan cermat dan teliti. Kini tinggal berdoa semoga ada rezeki Fahmi untuk bisa naik pesawat, (amin…) sebagaimana keinginannya yang memang tidak bisa kami penuhi karena keterbatasan kondisi.

 

 

18 thoughts on “Usaha Ibu Dibalik Keinginan Anak”

    • Amin Bunda. Terimakasih…
      Ini hanya sebagian kecil perjuangan kami. Masih banyak perjuangan ortu lain yang mungkin lebih besar daripada kami 🙂

      Reply
  1. Aku suka liat fotonya Fahmi di atas gunung ya yang pakai seragam polisi. Kalau dia pemalu tapi dia berusaha menghalau rasa malunya intuk berposes agar keinginanya tercapai. Moga tercapai ya Fahmi bisa naik pesawat. Amin

    Reply
  2. Fahmi…lucu. Polisi yang lagi latihan di gunung ya. Kadang kita terlalu gemes maksa anak harus foto begini begitu padahal ya kita harus sadar diri dan memberi ruang anak untuk berpendapat

    Reply
    • Betul Mbak sebagai orang tua kadang ambisi mengarahkan anak lebih besar daripada mendengar kemauan anak itu sendiri.

      Ini juga pelajaran bagi saya. Bahwasanya anak itu bukan robot. Anak juga berhak memilih cara hanya kadang tidak bisa mengungkapkannya nah pada bagian ini orang tua harus bisa peka ya…

      Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics