Fenomena Bercanda dengan Anak

Fenomena Bercanda dengan Anak

fenomena-bercanda

Pulang dari Jakarta kejebak macet dalam bus antar kota. Suasana panas dan tidak enak membuat anak kecil menangis, rewel dan susah diajak damai. Saat itu saya banyak menemui beberapa sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya. Ada yang sabar, ada yang mencoba membujuk bahkan ada pula yang balik marah-marah dan memarahi anaknya. Orang tua tipe macam manakah kita?

Padahal, sejatinya kelembutan dan kasih sayang adalah sikap yang mutlak diperoleh oleh anak-anak dari orang tua. Sejak kecil sudah diajarkan jika kita harus memiliki sifat-sifat terpuji. Bahkan guru mengaji saya bilang jika kita mengasihi orang lain, maka Tuhan akan lebih menyayangi kita. Demikian pula suri tauladan Muhammad SAW telah menunjukkan banyak cara mengungkapkan kasih sayang kepada anak kecil. Bercanda misalnya.

Dunia anak tentu berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mana mengerti akan kondisi sistem buka tutup jalan di jalur Puncak Bogor yang mengakibatkan kendaraan harus tertahan selama berjam-jam. Jangankan anak, orang dewasa saja pasti lelah dan bosan dibuatnya. Menangis dan rewel jadi jalan pelampiasan anak-anak atas kebosanan dan kejenuhan yang dialaminya. Sangat disayangkan jika orang tua yang mendampingi anak bukannya memahami kondisi anak, justru malah “menyalahkannya”. Sepertinya dengan menjumpai beberapa orang tua yang memarahi anaknya di depan umum (saya) harus banyak belajar lagi bagaimana menjadi orang tua yang baik dan seharusnya (buat anak).

Menghadapi anak, itu sama artinya dengan kita harus bisa memasuki ke dalam dunianya. Meski usia sudah lanjut, di hadapan anak, kemampuan untuk bercanda, berlaku lucu dan menggembirakan hatinya sangatlah diperlukan. Malah wajib bisa sepertinya. Orang tua yang tidak bisa “bercanda” dengan anak-anak, sepertinya perlu dipertanyakan apakah hati dan pikirannya berfungsi dengan baik atau tidak.

Bercanda dengan anak bagaimanapun jalannya semoga bisa menjadi siraman jiwa dan melunakkan hati yang mati (keras) sehingga menjadi lembut dan bisa memasuki hati dan jiwa anak-anak sebagaimana kebutuhan anak-anak yang memang membutuhkan kasih sayang dan kelembutan dari orang tuanya.

Salut dengan seorang ibu muda yang dengan sabar menghadapi anak laki-lakinya berusia sekitar 4 tahun. Saat anak merengek kepanasan, ibu muda itu terus berusaha mengalihkan perhatian anaknya dengan menceritakan berbagai kisah binatang. Anak yang terlihat antusias pun kembali menjadi ceria dan seolah melupakan kemacetan yang tengah dialaminya. Ibu muda itu berkali-kali menciumi sang anak sehingga si anak tampak lebih merasa diperhatikan.

Beda kejadiannya dengan seorang ibu yang dalam posisi sama, kepanasan dengan anak yang dibawanya rewel karena jenuh dalam bis yang kejebak macet, bukannya mencari cara untuk menenangkan anak, ia malah balik memarahi anaknya. Yang ada si anak bukan berhenti menangis, tapi justru meraung lebih keras. Padahal, andai ia bisa memahami dan memaklumi terbatasnya kemampuan anak, tentu ia akan dapat mengambil cara bagaimana menghadapi anak yang rewel, seperti ibu muda yang mendongeng tentang binatang untuk mengalihkan perhatian anaknya yang juga mulai jenuh karena panasnya dalam bus yang kejebak macet.

Bersenda gurau dengan anak itu memang perlu, tapi dalam batas kewajaran pastinya. Jangan sampai waktu terbuang percuma hanya untuk hal yang tidak perlu. Bergurau dengan anak bisa jadi selingan dari rutinitas yang  padat dan menjenuhkan. Salah besar jika ada orang tua yang merasa rugi kalau waktunya digunakan untuk bermain dengan anak-anak sehingga memilih untuk terus bekerja dan bekerja. Tahukah jika pribadi anak akan terbentuk dan itu dipengaruhi pula oleh bagaimana ahlak serta perangai orang tuanya.

Jangan aneh jika ada anak yang bersifat suka melucu, tidak serius dan meremehkan hal sekalipun penting. Atau sebaliknya ada anak yang karakternya serius, susah tersenyum apalagi tertawa, mudah tersinggung dan gampang marah. Karena itu bercanda itu perlu tetapi sewajarnya.

Kembali kepada kejadian menghadapi anak yang rewel saat kejebak macet di kendaraan umum, sebagai orang tua yang mempunyai anak kecil, saya harus segera belajar dan terus intropeksi supaya bisa menempatkan secara baik dan benar kapan saat kasih sayang dan perhatian itu bisa diberikan kepada anak, dan apakah pantas kekerasan atau bentakan itu kita berikan kepada buaha hati?

21 thoughts on “Fenomena Bercanda dengan Anak”

    • Betul Mbak. Dan saya jadi salah satu ibu yang harus belajar banyak bagaimana supaya bisa memahami dan bisa masuk ke dunia anak2.

      Reply
  1. aku agak sulit bercanda, memang ga bisa juga kadang2. Kalau aku mau mecoba melucu, yg ada malah garing. Beda dg suami yg memang paling jago mencairkan suasana dan membuat anak2 gembira

    Reply
  2. duh, aku sebel banget kalo ada ibu yang marah2in anaknya..aku pernah lihat langsung seorang ibu yang bentak2 anaknya trus nyubit hanya karena anaknya terlalu aktif dan nggak bisa diam, kasihan banget anaknya 🙁

    Reply
  3. Kalau pergi dengan anak, saya biasa bawa snack, mainan, buku cerita supaya ia ga bosan apalagi kalau kena macet di jalan. Memang harus sabaaaar dan mengerti perasaan anak.

    Reply
  4. kayaknya salah satu kelebihan sy tuh suka bengt ngajak trio krucils dan anak2 becanda, jd bisa mngeimbangi kegalakan sy sm mereka di lain waktu hahaha
    kadang klo sy sibuuk mrk minta waktu dan ngajak becanda malah’ayoo bu bencanda dulu sama aku hahaha

    Reply
    • Saya sering baca blog Mbak Ophi terkait dengan trio krucilnya. Salut dech Mbak… Bisa kompak dan disiplin bareng anak2 saya harus banyak belajar lagi

      Reply
  5. anak emang harus slalu diberi pemahaman ya Mbak, bisa lewat media bercanda juga. alihkan perhatian anak bisa dgn becanda sambil diberi tahu baiknya gimana. saya biasanya alihkan perhatian sambil lihatin ke luar lihat burung atau awan, klo udh gak mempan keluarin gadget biar dia nonton 😀

    Reply

Leave a Reply to tetehokti Cancel reply

Verified by ExactMetrics