Invoice oh… Invoice

 Invoice oh… Invoice 

Sejak bulan Syawal 1348 H lalu, timeline saya penuh dengan wara wiri kalimat status terkait invoice. Kalau yang membicarakan orang bisnis atau perdagangan (jual beli) rasanya sudah tidak heran ya. Tapi akhir-akhir ini yang meributkan soal bukan pajak invoice ini adalah penulis! Ya, orang yang suka nulis di blog alias bloger lho!

Apa sih invoice itu? 

Saya mulai ngeh mencari tahu arti dan asal usul kata invoice pun baru setahunan ini. Sebelumnya tidak pernah dengar dan tidak pernah tahu detail. Tahunya invoice itu faktur dan faktur biasa kaitannya kan sama orang yang jual beli. Hehehe dangkal banget ya pemikiran saya.

Tapi itulah kemajuan zaman. Semua tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk mengenal istilah si invoice ini. Saya yang awam pun lama lama mulai familiar dan kepo dengan istilah invoice.

Bermula ketika mendapat job dan si pemberi job bicara soal invoice. Gak mau ketinggalan info saya pun belajar lagi nyari info di kolom pencarian terkait invoice dan nyari beberapa contoh format invoice.

Ck…ck…ck…!

Geleng kepala aja pas ngeh oh yang dinamakan invoice tuh yang begitu…

Definisi invoice itu sendiri (yang baku) adalah surat penagihan dari pihak penjual kepada pelanggan sesuai kesepakatan yang tertera pada surat pemesanan yang dikeluarkan setelah terjadi kesepakatan berisi rincian barang atau jasa dengan harga sesuai pesanan.

Surat atau invoice yang biasa diistilahkan dalam kehidupan keseharian di Indonesia disebut dengan istilah faktur ini bisa juga diartikan sebagai perhitungan penjualan yang diberikan oleh penjual kepada pembeli.

Dalam dunia bloger, faktur atau invoice ini diberikan dari klien pemberi job, kepada bloger selaku konsumen. Jika faktur perdagangan memiliki rangkap dengan warna yang berbeda maka faktur atau invoice bloger biasanya satu lembar saja. Itupun kebanyakan dalam bentuk digital alias file. Tidak menutup kemungkinan ding beberapa agency ada yang meminta invoice untuk diprint/cetak dan diminta dibubuhkan materai serta tanda tangan bloger. Lalu foto atau discan lagi dan batu format file nya dikirim kepada si pemberi job yang bersangkutan. Saya kira ketentuan ini tergantung dari kesepakatan antara blogger dan agency atau brand.

 

Lalu apa kegunaan invoice ini?

Invoice atau faktur ini yang nanti akan menjadi bukti transaksi antara bloger dan agency alias team pemberi job. Kaya kwitansi lagi kali ya…?

Karena itu saat ini sekian banyak kontak (teman) yang berprofesi sebagai blogger maka tidak heran kalau beranda saya penuh oleh “tagihan” dan keluhan curhat terkait invoice yang kebanyakan ternyata macet alias lama banget mau cairnya.

Invoice gak cair cair itu gak bisa nyalahin siapa-siapa sih, meski saya sendiri sering mengalami berbagai masalah dan permasalahan tersendiri terkait dengan yang namanya invoice ini.

Ada yang bikin seru, ada yang buat mangkel plus jengkel, ada yang galau karena seolah saya ini di PHP in terus, tapi ada juga lho yang dung cret eh, maksudnya cairnya cepat dan gak buat buzzer atau blogger harus menggantungkan harapan setinggi langit gitu…

Padahal sih ya, kalau boleh buka-bukaan nominal yang tidak atau belum cair itu bagi blogger recehan seperti saya sesungguhnya nominal fee nya tidak besar-besar amat. Kisaran mulai lima digit sampai enam digit itu pun yang paling besar tidak sampai setengah bilangan nya.

Tapi meski nominalnya kecil (dimata blogger kawakan alias kelas kakap) tapi justru itu entah kenapa rata rata si cantik inpois ini mau cairnya lamaaa… banget! Ada yang seminggu, dua minggu, sebulan, bahkan berbulan-bulan. Atuh lah please udah saya teh blogger recehan, nominal juga kecil eh cairnya juga meni lama. Mun kitu bayarannya jutaan, pantas mau lama turunnya juga.

Dan sepertinya seperti itu juga pengalaman teman-teman blogger recehan seperti saya ini. Yang bela-belain jadi blogger teh emang karena butuh dan mencari rupiah buat nambah-nambah penghasilan keluarga. Seperak dua perak kan lumayan buat jajan anak atau nambah nambah beli kuota.

Beda lagi sama blogger yang ngeblog karena ngisi waktu luang aja, sekedar hobi, ngeblog cuma lifestyle karena penghasilan tetap sudah menjanjikan dan kehidupan sang blogger memang sudah mapan. Gemah ripah loh jinawi. Fee conten placement yang cuma lima digit mah hanya remahan uang yang tidak harus dikejar.

Nah sementara teman saya banyaknya sesama blogger recehan, maka karena itu mungkin beranda dan timeline saya setiap harinya selalu saja penuh dengan curhatan para buzzer dan atau para blogger terkait invoice dan permasalahan nya ini.

Semua itu baik curhatan menyenangkan maupun curhatan menyedihkan dilakukan tentu saja karena ada pihak yag merasa dirugikan atau merasa ditipu setelah sekian kali melakukan “kewajiban” namun bayaran nya tidak kunjung cair. Wajar kah menagih hak?

Lepas dari semua itu, semua memang butuh proses. Baik yang terlihat –seperti upaya para koordinator job, atau agency– maupun yang tidak terlihat –seperti kekuatan doa, keberuntungan dan atau faktor nasib baik lainnya. Ada yang lama ada yang dung cret itu tadi alias cepet.

Apalagi segala sesuatu yang berurusan dengan uang atau bayaran memang tampak sensitif ya. Kalau diacuhin… itu kan hak atas pekerjaan yang sudah dilakukan. Mau ditagih-tagih terus kesannya kan gak enak juga, matre banget. Meski nagih yang dilakukan juga sebenarnya karena memang sudah lewat batas waktu yang ditentukan di awal.

Serba salah we lah jadinya. Bisa stress sendirian kalau tidak memanagement nya dengan baik mah

Terus aku tuh kudu piye?

Memperjuangkan hak (uang fee) atas job atau pekerjaan yang telah kita lakukan itu memang suatu keharusan. Namun semua tentu saja tetap ada etika dan tatakramanya. Terlebih pekerjaan buzzer atau blogger berkaitan dengan dunia media sosial yang rentan akan isyu sensitif. Salah sedikit maka seluruh dunia tidak akan lama segera mengetahuinya.

Kalimat “menempatkannya sesuatu pada tempatnya” sepertinya harus dipajang gede-gede supaya bisa mikirin juga kapan nih bisa naruh curhat terkait invoice yang tepat, dan kira-kira dimana juga tempat naruh nya yang tepat. Soalnya kalau salah waktu dan salah tempat yaitu tadi, dikhawatirkan mengganggu hubungan baik antara blogger dengan si pemberi job. Namanya media sosial kan apa yang dipublikasi secara tidak langsung sudah jadi milik umum saja.

Untuk memperbaiki semuanya sepertinya kita kembalikan lagi saja kepada pilihan masing-masing. Hanya kalau bisa sebaiknya kita mah berusaha aja untuk bisa mengontrol diri. Menjaga sikap rasanya bisa jadi pilihan terbaik dalam urusan keuangan di media sosial.

Ikhtiar sudah, tinggal tawakalnya. Mencoba berbaik sangka saja. Klien, brand atau agency pada dasarnya juga mereka gak mau menggantung cairnya invoice kita. Mereka juga manusia dan kita syukuri mereka mau repot-repot udah bantu kita ngurusi (menjembatani) semua.

Kita doakan saja yang lebih kencang semoga bisa terpilih untuk mendapat job selanjutnya dan semua invoice nya tidak menggantung lagi. Amin.

 

 

 

Seputar invoice sumber www.any.web.id

 

20 thoughts on “Invoice oh… Invoice”

    • Kadang yang kasih formulir pihak brand/agency. Blogger tinggal isi dan kirim balik.
      Tapi kebanyakan tidak pakai invoice2an sih… Saling percaya saja hahaha…

      Reply
    • Iya bisa jadi demikian Mbak.
      Soalnya pengalaman yg pakai invoice itu brand/agency yg blm familiar. Kalau dari komunitas blogger mah saling percaya aja, mereka yang urus kuta terima bayaran tanpa ada istilah invoice2an. Hehehe…

      Istilah invoice cuma buat gaya2an di status saja kayanya hahaha…

      Reply
    • Benar mbak. Saya juga gitu.
      Malah saya mah gak mikirin apalagi sampai nagih2…
      Setelah melakukan kewajiban, percaya saja pada koordinator nya. Toh no rek dan bank sudah mereka terima. Jadi ya nunggu saja. Kecuali memang tidak amanah, itu urusannya sama nasib masing2 aja.

      Saya percaya akan ada jalan lain rezeki dari mana aja

      Reply
  1. Beneran deh teh sy baru pertama kali baca postingan ttg invoice. Meskipun udah pernah beberapa kali dapat. Sy anggap sih tanda.bukti klo job sy udah kelar tinggal nunggu fee aja. Hehe… Informatif deh.. Tnx

    Reply
  2. Aamiin
    Ini soal invoice hanya sama klien dan job yang di dunia maya,klo medsos rata-rata betdasarkan bref sudah bak invoice ya,hahaha

    Reply
  3. Aku setuju sama teh Okti, kalau salah menempatkan curhat soal invoice justru bisa merusak hubungan antara penerima dan pemberi kerja. Menurutku ga etis sih kalo curhat ke medsos.

    Reply
  4. Aamiiin. Doanya kita itu teh.
    Bener banget, ketika ngeblog menjadi penghasilan, kita mah bukan ngejar receh tapi ya memang itu nggak receh bagi kita. Mayan pisaan buat beli kuota kaya kata teteh. Hehee…

    Semoga cepet cair…
    Aamiiin

    Reply
  5. Saya pernah 5 bulan kemudian akhirnya dibayar hehe.
    Kadang saya anggap tabungan 😀
    Soalnya selama ini yg kasi job yg dikenal.
    Kalau dari agensi langsung insyaAllah lbh cepet ada yg 3 hari udah langsung masuk, bahkan sblm saya ngerjain tugas dah masuk rekening. Tapi, pernah jg sih ada agensi yg geje. Suka dukanya sih mbak 😀
    Oh ya saya sempat terlibat kampanye sama seleb2 blogger dan IG yg followernya K-K-an itu, ternyata mereka pun bisa marah2 di grup kalau gk dibayar2 #eh 😀

    Reply
  6. Awalnya rekening ke ade karna buat keluarga Dan jajan ade. Tapi ada sering marah krn kudu cek. Maklumin gak Pakai ATM. Now mah ATM Di rumah gak Pernah Di bawa, Kalau anggota keluarga mau cek Dan ambil uang, silakan. Kalau telat atau GAk di bayar alhamdulillah gak Pernah terjadi karna ku makin brand gak mungkin gak bayar Kita karna Nama brand taruhan Nya.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics