Kebahagiaan Murah Meriah

Kebahagiaan Murah Meraih

Bahagia saya setiap hari diawali ketika selesai menunaikan subuh, lalu membuka jendela dan mata langsung melihat lahan persawahan yang menghampar. Terlihat menghijau saat musim tanam, kuning semarak oleh orang-orang sawah ketika hendak memanen dan cokelat bau tanah ketika musim kering hendak membajak.

Bahagia masih melihat sawah depan rumah

Senang masih bisa menyaksikan para petani tebar, babut, tandur, ngarambet, sampai ngaberak dan kembali panen disetiap musimnya, disaat di perkotaan lahan sawah sudah semakin hilang, tergantikan oleh bangunan. Jalan galengan saja sudah mulai diganti lebat cor semen. Bahagia bisa menikmati masa ini sepuasnya, sebelum semua itu besok hanya tinggal cerita dan katanya.

Mendengar suara burung pipit di pohon salam menjadi kebahagiaan recehan kedua tidak terhingga selama ini dalam keseharian saya. Bagaimana tidak bahagia, kalau orang harus pergi ke hutan untuk bisa mendengar nyanyian burung yang indah, saya cukup sambil lesehan di teras rumah. Keberadaan pohon-pohon salam di halaman juga –meski sebagian tetangga mencibir dan ngedumel di belakang karena daunnya yang selalu berserakan bikin halaman kotor– bagi warga lainnya khususnya tetangga terdekat adalah sumber bumbu alami dan sumber pengobatan tradisional yang bisa dipetik secara gratis. Bumbu segar daun salam sekaligus obat berbagai penyakit ketika daun salam direbus dan airnya diminumkan secara rutin.

Belum lagi dengan banyaknya pohon-pohon itu, bisa menyaring udara sehingga kita bisa menghirup udara bersih, pohon-pohon itu juga jadi habitat bagi berbagai serangga dan binatang lainnya. Meski tidak terang-terangan membantu membangun, namun habitat satwa kecil dan sederhana ini dengan sendirinya sudah berjalan lama. Bahagia melihat halaman rimbun bagaikan hutan, sementara orang dikota kesulitan mendapatkan tanah karena halaman ditutup semen semua.

Bahagia sederhana ketiga saya ketika menyaksikan pertumbuhan anak yang terus berkembang. Teramat bersyukur didikan kami sedikit demi sedikit menempel di dirinya. Contoh nyata membuang sampah sampah pada tempatnya. Ia akan ngedumel kalau melihat orang lain melemparkan bungkus makanan sembarangan.

Setiap ada di rumah, meski sedang beraktivitas ia juga akan berhenti dan segera mengambil kain sarung serta peci, mengikuti ayahnya menuju ke masjid untuk melaksanakan solat berjamaah. Alhamdulillah. Semoga sampai tua kebiasaan itu terus dilaksanakan ya Nak. Itu kebahagiaan ayah ibu karenamu.

Kebahagiaan lainnya yang murah meriah ialah ketika mendapatkan ilmu yang didapat secara tidak sengaja. Baik itu tips dalam mendidik anak, tutorial dalam ngeblog, cara menanam yang baik, atau ilmu-ilmu lainnya yang membuat kehidupan kami lebih baik. Bagaimana tidak bahagia bagi saya ibu rumah tangga yang tinggal di desa jauh akses kemana-mana tetiba bisa melakukan hal lain atas pemberitahuan teman-teman. Sungguh bahagia memiliki teman atau komunitas yang saling memberi mangara.

Dan kebahagiaan sederhana kelima saya adalah ketika bisa bersilaturahmi ketemu mama. Orang tua saya yang tinggal sebelah. Mungkin bagi yang lain mengunjungi orang tua itu mudah. Tapi bagi saya yang diboyong suami tinggal terpisah membuat ketemu si mama perlu perjuangan dan efort luar biasa. Selain berdoa tentunya cara menyayangi orangtua khususnya selagi mereka ada adalah dengan menemaninya saat usia mereka telah senja, ya? Dan itu yang sulit saya lakukan karena alasan berbagai hal.

Bahagia manakala bisa mempertemukan Fahmi dengan neneknya

Masih banyak kebahagiaan recehan saya yang lainya. Jika diminta menyebut lima, maka itu yang terasa dan bisa saya rasakan betapa nyata kebahagiaannya. Semoga ada manfaat buat yang lain. Kalau kamu, bahagia sederhana versi kamu itu seperti apa?

6 thoughts on “Kebahagiaan Murah Meriah”

  1. Aih, menikmati sejuknya udara pagi di alam pedesaan seperti yang Teh Okti nikmati saat ini, adalah sebuah kebahagiaan yang justru mahal sekali harganya bagiku kini, Teh.

    Dulu, waktu kecil dan masih tinggal di desa, saya sempat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan ini, makanya membaca uraian Teh Okti di atas, langsung membawa saya flashback ke masa silam. Masa-masa kebahagiaan sederhana namun kini sulit dijangkau.

    Berbahagialah dirimu, Teh, yang masih bisa merasakannya dengan mudah. Salam sayang untuk Fahmi, ya. Anak baik budi yang insyaallah akan tetap menjadi kebanggaan ayah ibu, ya, Nak! Anak soleh kebahagiaan kedua orang tua. 🙂

    Senang deh setiap main ke blog Teh Okti, bikin bahagia.

    Reply
  2. MasyaAllah itu sawahnya hijau merata, adem ya liatnya.. Jadi ngebayangin angin sepoy2 dan suara air atau jangkrik xD
    Kebahagiaan sederhana sy saat ini adalah melihat anak2 bangun bagi dengan segar dan tertawa, tidak sakit dan lahap makannya ^^

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics