Memberdayakan Pekerja Rumah Tangga Menabung Dunia dan Akhirat

Memberdayakan Pekerja Rumah Tangga Menabung Dunia dan Akhirat

Tahukah hari ini 16 Juni diperingati sebagai Hari PRT Internasional? Ya, pekerja rumah tangga macam emak-emak ini yang kerjanya ngurus rumah tangga ternyata punya hari internasional juga. Sayangnya di Indonesia orangnya masih berpikiran sempit. PRT itu dalam pikirnya hanya identik dengan (maaf) pembantu, babu, pekerja rendahan yang kadang sama sekali tidak dipandang meski sebelah mata. Walau gak semua orang Indonesia punya pikiran pendek begitu tentunya.

16 Juni diperingati sebagai Hari PRT Internasional, karena pada tanggal itu Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak Untuk PRT diadopsi di Konfrensi Perburuhan Internasional 2011, di Genewa Swiss.

Teman-teman aktivis masih terus menyuarakan bahwa PRT itu bukan pembantu juga bukan asisten melainkan PEKERJA. Hal ini belum banyak diketahui. Bahkan kawan jurnalis sekelas media nasional pun masih banyak yang memberitakan dengan penyebutan pembantu, dan atau asisten. Padahal sudah disepakati secara dunia jika PRT itu (juga) Pekerja.

Kampanye terus dilakukan karena perlindungan PRT dari pemerintah masih minim. Masih banyak hak PRT sebagai pekerja yang tidak terpenuhi. Ini karena tidak ada payung hukum dari pemerintah. Saksi saat ini pemerintah belum meratifikasi Undang-undang PRT padahal sudah masuk prolegnas wakil rakyat bertahun-tahun. Sejak saya masih kuli di luar negeri.

Okelah prolognya cukup sekian. Yang ingin saya share sebenarnya bukan masalah itu. Tapi terkait kemuliaan PRT yang belum tentu dimiliki blogger sekalian.

Peringatan Hari PRT Internasional kali ini bertepatan dalam bulan suci Ramadhan. Saya ingin PRT Internasional punya tabungan. Tidak hanya tabungan uang di dalam rekening pribadi (dunia) tapi juga tabungan amal untuk akhirat. Nah bagaimana caranya?

Di sekitar tempat tinggal saya ada beberapa janda lansia yang entah kenapa mungkin tidak terdata sehingga tidak mendapat santunan dari pemerintah. Kasihan pisan pokoknya. Ada juga seorang laki laki buta huruf hidup sebatang kara. Tidak menikah dan keluarga sudah tidak ada. Tapi mereka itu semua pekerja keras. Kuli dan kerja serabutan demi bisa dapat makan.

Mak Amin dia kerja keras mengumpulkan dedak gabah di pabrik demi bisa mendapat upah seribu rupiah. Hanya pekerjaan itu yang ada di Kampung dan dia sanggup melakukannya di usianya yang sudah tua. Mak Amah yang sudah sakit-sakitan menguatkan diri bantu-bantu di seorang tetangga yang kebetulan buka usaha jasa dan tinggal sendiri. Tarji yang buta huruf di usia menjelang kepala 5 masih melajang. Dia minder untuk berumah tangga karena tidak punya usaha dan untuk makan sendiri saja masih kesulitan. Masih banyak lagi kaum dhuafa yang tidak bisa saya sebut disini.

Ramadhan atau lebaran kali ini ingin melihat mereka para janda lansia yang hidup dibawah garis kemiskinan ikut bahagia, dapat kegembiraan sebagaimana kita juga gembira saat merayakan Hari Raya.

Bukan sombong, tapi kalau saya yang beri, sehari-hari juga kalau ada kami suka berbagi. Entah itu makanan, pakaian layak pakai, dan sebagainya. Tapi Ramadhan kali ini saya ingin membuat aksi lain. Yang melibatkan para PRT Internasional ini.

Pengalaman saya menjadi buruh migran setiap liburan atau gajian tidak segan untuk jalan dan makan. Bahkan teman banyak yang belanja juga foya-foya. Saya pikir satu dolar dua dolar sama sekali tidak ada artinya ketika para PRT Internasional berada di luar negeri. Saya ingin mereka bisa menyisihkan sedikit rezeki mereka untuk tabungan di akhirat. Apapun agama serta keyakinan mereka. Berbuat baik dengan sedikit berbagi bagi yang membutuhkan agama manapun tidak melarang kan? Apalagi Islam yang justru mewajibkan zakat, serta disunatkan untuk bayar infak dan sodaqoh jariah.

Baiklah saya langsung menghubungi beberapa teman di luar negeri yang rata-rata bekerja sebagai PRT. Sebagian ada juga yang sudah menjadi warga negara asing, menikah dengan penduduk setempat, atau punya visa tetap. Saya kontak mereka satu-satu. Saya ketuk pintu hatinya meminta bekas kasihan bagi kaum yang membutuhkan seperti yang sudah saya sebut di atas.

Satu dua dolar yang mereka sisihkan kalau dirupiahkan akan menjadi puluhan ribu dan bisa dibelikan beras untuk mengganjal perut mereka selama beberapa hari. Syukur-syukur aksi berbagi ini bukan hanya jelang lebaran kali ini saja. Tapi juga untuk bulan-bulan selanjutnya. Teramat bahagia jika ada donatur tetap yang bisa mengeluarkan sodaqoh untuk mengcover biaya hidup mereka yang (maaf) secara usia mungkin tidak lama lagi.

Saya yang tinggal di kampung siap jadi kurir nya. Siap menampung dan menyalurkan semua harta yang disisihkan dengan pertanggung jawaban. Pasti akan saya informasikan dengan transparan.

Semua teman PRT merespon baik. Meski ada sebagian yang tampak tidak tertarik dengan ajakan saya ini. Mungkin hidayah belum sampai kepadanya. Kita doakan semoga mereka masih punya kesempatan untuk melakukan perbuatan baik lainnya.

Hasilnya Jumat pagi tadi saat peringatan Hari PRT Internasional dilakukan disemua penjuru dunia, ada PRT dari Hongkong yang kirim kabar kalau dana (meski sedikit) sudah terkumpul dan Senin akan dikirim. Alhamdulillah. Rezeki para lansia dan fakir miskin khususnya di sekitar tempat saya tinggal sudah di depan mata. Semoga diberi pahala berlipat dan pengganti yang lebih dengan jalan yang tidak disangka. Dimudahkan dalam setiap urusan dan jadi tabungan kebaikan untuk diambil kelak di akhirat.

Saya terharu masih ada PRT yang dianggap sebelah mata itu justru lebih mulia hatinya dari saya. Lebih ikhlas pengorbanannya dari saya. Semoga menjadi inspirasi dan penggerak untuk hati-hati kita lainnya supaya ikut beraksi dengan menyisihkan sebagian rezeki kita paling tidak untuk Ramadhan kali ini. Ramadhan tahun depan belum tentu kita masih ada.

Jika PRT saja mau menyisihkan rezekinya masihkah kita para blogger hanya jadi pembaca?

 

20 thoughts on “Memberdayakan Pekerja Rumah Tangga Menabung Dunia dan Akhirat”

  1. memuliakan PRT bisa memuliaka dirinya juga, apa memiliki hati kepada sesama manusia. Kalau nggak ada PRT juga repot lhoo. remuk urus pekerjaan domestik apalagi para nyonya yg gak bisa capek 🙂 jadi mereka itu pahlawan juga

    Reply
  2. PRT harusnya memang kita anggap jadi bagian keluarga kita. Tugas mereka membantu kita mengerjakan semuanya, meskipun mereka dibayar. Ada keberkahan dari pekerjaan mereka untuk memberi nafkah keluarganya

    Reply
  3. Ah, postingan ini mengingatkanku akan seorang teman yang menyekolahkan PRTnya hingga jadi Sarjana Hukum dan berhasil magang di sebuah Law Firm. Si ART ini akhirnya berhasil meningkatkan tarafi hidupnya. Aku terharu ketika temanku share soal pelepasan sang ART

    Reply
  4. Alhamdulillah,
    banyak yang mulai tergerak untuk tidak membedakan status sosial.

    Karena PRT di sini juga memiliki tugas mulia.

    Semoga kesejahteraan para PRT makin meningkat.

    Reply
  5. Terima kasih bunda ilmunya. Saya baru tahu lho kalo sebutan Asisten rumah tangga sudah berganti menjadi pekerja

    Reply
  6. Sukaa… Teh Okti diriku selalu tepana baca2 tulisan teteh tentang ini. Lebih kongkrit dibanding ceramah dan berlemba2 makalah yang dikeluargkan organisasi buruh migran dan organisasi PRT lain…

    Dari segi istilah Pekerja RUmah Tangga memang bagus ya mba sayangnya masih banyak yang menganggap PRT sebagai Pembantu Rumah Tangga sehingga dialihkan menjadi ART biar stigma pembantunya hilang.

    Reply
  7. Yup. sukaa… Teh Okti diriku selalu tepana baca2 tulisan teteh tentang ini. Lebih kongkrit dibanding ceramah dan berlemba2 makalah yang dikeluargkan organisasi buruh migran dan organisasi PRT lain…

    Dari segi istilah Pekerja RUmah Tangga memang bagus ya mba sayangnya masih banyak yang menganggap PRT sebagai Pembantu Rumah Tangga sehingga dialihkan menjadi ART biar stigma pembantunya hilang.

    Reply
  8. Aku menjungjung tinggi untuk prt ini, saluut! Meski aku ga pernah memakai jasanya, tapi entahlah terenyuh hari ini, apalagi dengan sengaja jadi prt ke luar meninggalkan anak dan keluarga, hiks..

    Reply
  9. Wah masih salah deh selama ini. Aku sering bilangnya asisten rumah tangga. Padahal rasanya udah lebih bagus n ga merendahkan. Ternyata masih belum ya teh. nice share teteh..

    Reply
  10. Aku juga baru tau klo yg udah disepakati itu “pekerja” ya?
    Soalnya orang2 kan masih ngira kalau P-nya itu pembantu, jadi masih diperhalus jadi kata asisten gtu.
    Luar biasa ya semangat mereka dalam berbagi TFS 😀

    Reply
  11. PRT itu menjadi bagian terpenting buat keluarga mba, asalkan jujur dan bekerja dengan ikhlas pasti luar biasa nikmat yang di rasakan

    Reply
  12. Merinding deh saya baca tulisan ini. Penuh pengorbanan sekali. Dan kegiatan memperingati PRT internasional yg cukup… Ehm… Apa ya? Salut deh pokoknya. Semoga suatu hr nanti di Indonesia PRT bisa diakui sebagai pekerja. Amiin

    Reply
  13. Mumpung masih dalam suasana Idul Fitri 1 syawal 1438 Hijriah, saya Asep Haryono beserta keluarga di Pontianak, Kalimantan Barat, mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah. Taqqaballahu Minna Waminkum Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf lahir dan Bathin.

    Insya Allah saya akan kembali melakukan kunjungan (Blogwalking) dan membaca baca tulisan teman teman. Amin Ya Fabbal Alamin. Salam kami sekeluarga di Pontianak

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics