Perjuangan Jumpa Erwiana ke Sragen Dihadang Banjir Pantura (Bagian 1)

Rencana sudah deal, berangkat Senin tanggal 20 Januari jam 2 siang dari Jakarta Timur menggunakan Bus Harapan Jaya. Padahal minggu pagi saya sudah melihat berita di TV kalau jalur Pantura tepatnya di Pamanukan Subang dan Indramayu terkena banjir.

Senin dini hari saya tetap berangkat ke Jakarta. Menemui Mas Nursalim di kantor Migrant Institute (MI). Seperti biasa, menggunakan elsa Kang Oyan yang sempat tertinggal karena saya kesiangan. Berkat tukang ojek yang membantu saya mengejar akhirnya itu mobil si dukun bisa kami kejar di jalan Citiis.

Sampai di Jebrod langsung naik Parung Indah. Cuaca sudah mendung meski hujan tidak turun. Tapi angin terlihat cukup kencang meniup daun-daun di pinggir jalan. Saat lewat puncak cuaca semakin kelam. Gelap. Kabut menutupi jalanan disertai angin kencang.
Saya memilih tidur. Bangun-bangun sudah di pintu tol Jagorawi.

Diperkirakan sebelum jam delapan sudah sampai terminal Rambutan ternyata meleset. Menuju pintu Tol Cibubur macet parah hingga kendaraan tersendat. Mengisi waktu, iseng saya kicaukan kondisi macet sambil mention Bapak RI 1.

Beruntung sampai Rambutan cuaca cukup cerah. Sempat matahari menampakan dirinya malu-malu sampai aku naik angkot menuju Komseko untuk jumpa teman-teman di MI.

Baru setelah jumpa Mas Nur dan Pak Agus, kabar jalur Pantura tidak bisa dilewati itu membuat kami mengatur perencanaan baru. Kami memilih menggunakan kereta api sampai Solo. Selanjutnya dijemput oleh pendamping di Sragen untuk sampai di tujuan.

Hunting tiket, alhamdulillah dapat untuk kami bertiga, saya, Mas Nur, dan Mba Fitri Yulia (Lia). Meski terkesan mendadak dan saat melakukan transaksi pembayaran via ATM ada sedikit masalah. Kesalahfahaman itu bisa dijelaskan oleh Customer Service (CS) Bank itu sendiri secara hangat dan ramah. Terimakasih Ibu Puspa, CS Bank di kawasan Pasar Induk Kramatjati. Akhirnya kami bisa beli tiket Argo Lawu untuk perjalanan Jakarta-Solo.

Karena jadwal KA yang akan membawa kami berangkatnya malam, sedikit ada waktu untuk kami beres-beres dan istirahat. Sorenya untuk antisipasi macet dan banjir kami diantar sopir kantor –Pak Aji yang sedang galau– ke Stasiun Gambir.

Perjalanan di KA cukup nyaman. Pukul 04.50 kami turun di Stasiun Balapan. Dijemput Pak Slamet, TKI Purna asal Ngawi binaan MI. Sempat terjadi salah faham lagi, kami tunggu jemputan di Staiun Balapan, eh! Pak Slamet malah jemput kami di Bandara Adi Sumarmo! Haha…

Pagi itu juga kami langsung mendatangi RSI Amal Sehat Sragen untuk melihat kondisi Erwiana, BMI Hongkong asal Ngawi yang disiksa oleh Majikannya. Tapi ternyata kami tidak bisa masuk karena sedang ada tamu dari Hongkong. Para Polisi Hongkong dan rombongan datang untuk melakukan investigasi. Guna membuat berita acara kasus yang dialami Erwiana.

Sampai siang, kami masih belum bisa jumpa Erwiana. Akhirnya kami memilih check in dulu ke Hotel Graha, yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari RSI. Setelah mandi dan makan siang, kami kembali ke RSI. Tapi karena masih juga belum bisa jumpa Erwiana, akhirnya kami memilih mengunjungi rumah Erwiana di Ngrambe, Ngawi.

Hujan menemai kami sepanjang jalan. Keluarga Erwi di kampung sangat senang dengan kedatangan kami. Termasuk petugas intel dan babinsa yang ditugaskan oleh atasannya untuk berjaga di rumah Erwi.

Setelah ngobrol dengan nenek, sepupu dan paman Erwi, termasuk Pak Kepala Dusun yang juga berada di rumah Erwi, kami ambil foto bareng. Selanjutnya kembali melakukan perjalanan ke rumah Pak Slamet yang berada di Kabupaten Ngawi juga.

Hujan terus mengguyur. Kami yang awalnya segera kembali ke RSI malah leyeh-leyeh dulu di rumah Pak Slamet. Durian, teh dan kopi panas serta cemilan kami serbu dengan lahapnya magrib itu.

Jam 10 malam baru kembali ke Sragen. Saat itu kami bisa masuk ke kamar Erwi untuk silaturahmi. Erwi tampak senang bercerita. Ia menginginkan melanjutkan kuliahnya ambil jurusan perbankan. Tak terasa jam 11 malam kami harus meninggalkan Erwi untuk istirahat mengingat jam 7 esok paginya Erwi akan diperiksa di RSUD Sragen.

Lelah tentu saja kami rasakan. Apalagi target kami belum terlaksana. Kembali ke hotel, kami langsung istirahat. (Ol)

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics