Puisi: Baik Dulu Kebaikan Pun Mengikuti
Oleh Okti Li
Semua bisa bicara
Tapi belum tentu bisa mengajak
Banyak yang pandai bicara
Tapi tidak banyak yang bisa memberi contoh
Seorang teman mengatakan
Jangan berkoar terkait seruan kebaikan jika anak lelaki sendiri masih sulit melaksanakan solat wajib berjamaah di mesjid
Bukan, teman itu bukan mantan tapi seorang yang bisa merasakan perasaan
Ada orang baru saya temui pernah berkisah
Ia lebih senang memberi rakyat walau sedikit daripada didaulat jadi wakil rakyat yang pada prosesnya harus mengeluarkan modal milyaran bahkan lebih hanya untuk sebuah kedudukan yang panas
Bukan, orang yang baru saya temui itu bukan orang bayaran, melainkan mahluk yang bekerja di balik layar Sang Pencipta
Kehidupan ini memang nikmat ibarat minum air susu
namun hanya orang kaya yang bisa leluasa menikmatinya
Bangsa ini tercipta dengan peluh dan darah tidak menutup kemungkinan ada yang ongkang kaki jua disana
Berebut kepercayaan dan simpati meski dengan jalan licik dan tidak terpuji
Manusia hadir dengan segala perbedaan
Keinginan diciptakan untuk membagi mana warna putih dan mana warna kelam
Banyak keinginan tidak banyak yang tercapai tanpa usaha dan doa
Ada kesuksesan manakala keikhlasan menyertai tanpa peduli terlihat atau tercatat
Musim berganti untuk memakmurkan lahan berpijak
Awan kelam menggeser langit biru mengasihi dedaunan hijau di bumi
Ketika mereka dicipta tanpa rasa ironi manusia memelihara serakah dengan segala kemuliaannya
Ciptakanlah bumi yang dipersatukan Gajah Mada berseri meski sejenak
Dengan lebih dulu menjadi kader penyeru perdamaian untuk keluarga, tetangga dan negara.
Waah ternyata teh okti suka berpuisi jugaa 🙂
Puisinya dalam sekali, meskipun saya udah lamaa bgt ga berpuisi tapi saya mengerti isinya ^^
Aku senang membaca puisi, tapi jarang menulis puisi karena sulit … jadi aku menikmati dan merenungkan puisinya teh Okti aja deh
Setuju banget bahwa baik terlebih dahulu sehingga kebaikan akan mengikuti. Semoga kita sellau memberikan kebaikan ya teteh kepada sekitar kita secara sederhana
Mantapp si teteh apa aja bisaan eung…
Puisinya bagus. Sindiran halus sekaligus apik.
menyentuh tapi todak menggurui. suka.
Yeay, puisinya keren mbak okti.
Aku paling suka bait terakhir.
Ini baru namanya puisi, bukan seperti si nenek yg asal bacot.
*Malah ngedumel dimarih* hahaha
puisinya curcol bangeet teh. emang lieur liat keadaan skr
Aku kira ini puisi untuk Bu Sukmawati Teh. Ternyata bukan ya. Haha.
wah ternyata teh okti jago bikin puisi.. hihi
Wah, keren teh puisinya, mengena
Suit..suit si teteh pandai juga berpuisi iihh
Aku mah bisanya puisi galoow
Betul Teh, berbuat kebaikan itu enggak akan merugikan, pasti ada balasannya, datangnya pun suka gak terduga.
Keren bangetttt teh, hebat ternyata pinter juga bikin puisi. Isinya bagus, bahasanya halus tapi nyindinya pas ☺, jadi makin suka mampir ke blog ini.
Terimakasih puisi yang sangat mengingatkannya mbak… Menyentuh deh hehe