Sedih banget saat ada kesempatan mengikuti seminar tentang investasi di Gedung Bursa Efek Jakarta tapi harus gagal hanya gara-gara tidak ada kendaraan umum dari kampung! Nasib jadi orang daerah, mau maju sedikit saja susahnya minta ampun…
Tadinya aku girang banget saat Mak Indah Juli memberikan informasi kesempatan ikut Investasi Cerdas bagi anggota komunitas Emak-emak Bloger. Apalagi persyaratan yang diajukan semuanya bisa aku penuhi. Setelah mendaftar dan mengikuti semua prosedurnya, singkat kata aku pun siap berangkat jadi peserta seminar yang diadakan IDX dan Mandiri Sekuritas itu.
Seperti biasa, aku mempersiapkan semuanya jika akan berangkat ke ibukota. Mulai minta izin ke suami dan mempersiapkan tetek bengek seputar dapur, bekal suami selama aku tinggalkan supaya lebih mudah untuknya. Sampai membawa Fahmi, anak kami yang berusia 20 bulan ke rumah neneknya, untuk dititipkan sampai nanti aku pulang.
Semua itu aku lakukan, karena jarak dari kampung tempat tinggalku, ke ibu kota Jakarta memakan waktu sekitar 7 jam, itu kalau perjalanan lancar tidak terkena macet. Padahal tahu sendiri, di daerah Puncak, Cisarua dan Ciawi Bogor selalu dilakukan sistem tutup buka saking parahnya kemacetan di jalur wisata tersebut.
Jadi mau tidak mau, aku harus sepagi mungkin berangkat dari rumah. Sayangnya kendaraan umum dari tempatku ke kota kabupaten kalau malam itu bisa dikatakan tidak ada. Paling ada kendaraan truk yang memuat barang, atau kendaraan pribadi. Kendaraan umum bisa dihitung dengan jari. Ada dua yang berangkat sekitar pukul 3 dini hari itu, yaitu elf dari Kecamatan Cikadu dan colt yang seharusnya tidak laik jalan dari Sukanagara, miliknya Kang Oyan.
Yang Kang Oyan ini aku kenal dan mobil colt L 300 nya sudah aku naiki sejak aku sekolah dulu… Mungkin karena tidak ada lahan usaha lain sehingga meski mobil sudah tidak laik jalan masih digunakan Kang Oyan untuk menarik penumpang. Tapi karena tidak laik jalan itu maka angkutan ini beroperasinya dini hari saja. Jalan dari Sukanagara jam tiga dan kembali dari kota Cianjur ke Sukanagara sekitar pukul enam pagi.
Maka saat aku akan menghadiri acara Investasi Cerdas di Jakarta bersama emak-emak dari KEB, aku sudah berencana seperti biasa dari Sukanagara jam 3 dini hari naik mobil Kang Oyan. Diperkirakan jam lima sampai Cianjur, maka sampai terminal Rambutan atau busway Cawang Uki (kalau naik APTB) sekitar jam 8 pagi. Masih ada 1 jam untuk menuju gedung IDX lokasi acara diadakan.
Tapi apa dikata, saat enak-enaknya terkantuk-kantuk diombang-ambing mobil kadaluarsa di atas jalan yang beraspal bolong-bolong, tiba-tiba mobil Kang Oyan yang aku naiki berhenti dan mesin tidak hidup lagi. Wah! Mobil Kang Oyan mogok!
Saat aku lihat waktu menunjukkan jam setengah lima. Tapi ternyata kami baru sampai Campaka, baru setengah jalannya saja. Ada sekitar 1 jam lagi menuju kota kabupaten dimana disana aku akan berganti kendaraan dengan menaiki bus yang akan membawaku ke terminal Kampung Rambutan.
Aku mencoba bersabar. Mungkin Kang Oyan bisa memperbaiki mobilnya dan perjalanan bisa dilanjutkan. Tapi buktinya tidak! Sampai jam setengah enam, kami masih terjebak mogok dan belum ada kendaraan lain yang lewat selain truk dan mobil pribadi serta sepeda motor. Baru akan ada elf lewat jam enam pagi.
Ya, tapi kalau aku naik elf jam enam pagi, berarti jam tujuh lebih aku baru akan sampai di kota Cianjur. Sementara perjalanan dari Cianjur ke Jakarta, paling cepet 3 jam, itu kalau di Puncak tidak macet. Sementara hari Sabtu, di Puncak sudah pasti diberlakukan sistem tutup buka. Dimana jam 9 arah dari Cianjur ke Jakarta ditutup. Dan pada jam 11 siang baru dibuka, dengan sebaliknya dari arah Jakarta ke Cianjur yang ditutup.
Aku hanya bisa menarik nafas… Acara investasi cerdas dimulai jam 9 pagi, lokasi di pusat kota. Bagaimana bisa aku sampai di sana tepat waktu sementara jam tujuh lebih aku masih di Cianjur dan dipastikan jam 9 aku akan terjebak macet di Puncak dan atau Cisarua? Aku merasa sekujur tubuhku lunglai saat bisa mengambil kesimpulan kalau aku batal mengikuti acara yang sudah direncanakan. Aku gagal ikut investasi cerdas ini.
Kalau aku memaksakan berangkat, bisa-bisa aku baru tiba di lokasi, saat peserta lain justru mau pada pulang. Aku jadi teringat pengalaman tahun lalu saat akan ikut acara Kompasianival di Grand Indonesia. Gara-gara jam 7 baru naik bis dari Cianjur, jam 9 kami terjebak macet di Puncak. Jam 11 baru jalan lagi, dan kami baru sampai di Terminal kampung Rambutan jam setengah dua siang!
Saat aku turun dari busway, acara Kompasianival yang akan aku tuju justru sudah selesai! Aku hanya bisa gigit jari saat aku tiba di lokasi acaraku sudah bubar. Sakitnya tuh di sini! Benar-benar sakiiiit….
Dan kali ini, kembali gara-gara terlambat, gara-gara macet, gara-gara sistem tutup buka jalur di Puncak, aku harus mengalami kesakitan yang serupa. Sakitnya tuh disini saat aku tidak bisa menghadiri acara Investasi Cerdas yang sudah aku perispkan sebelumnya dengan matang.
Oh Tuhan, sampai kapan aku harus memperjuangkan semua ini? Betapa sedihnya jadi warga terisolir yang rumah tinggal terletak di pedalaman… Mau melek informasi sedikit saja, supaya tidak gaptek dan tidak kuper, rintangannya begitu menyakitkan. Apa aku harus pindah jadi warga Jakarta saja?
Saat emosi, pikiran buruk memang selalu menemani. Tapi saat semua sudah reda, dan aku memikirkan semuanya dengan kepala dingin, ternyata aku bisa merasa tidak ada beban sedikitpun dengan kegagalan ini. Aku yakin semua ada hikmahnya. Tuhan bisa saja mengganti rencanaku karena Dia Maha Tahu, ada hal lain yang lebih indah buatku sebagai penggantinya.
Ya, sebagai pereda emosi, aku harus berpositif thinking. Meski aku gagal ikut kelas Investasi Cerdas, tapi aku merasa lebih cerdas kalau aku bisa menerima semua kegagalan ini. Aku meyakini ada hal lain yang Tuhan persiapkan untukku selain kelas Investasi Cerdas. Meski aku belum tahu hal lain apakah itu.
Semoga saja…