Mata Kering Hati Basah: Sejak Anak Mondok Rumah Lebih Banyak Tangis Doa daripada Tawa

Hampir sebulanan ini setiap ingat anak mondok di luar Jawa selalu jatuh air mata. Sedih tak terhingga manakala harus berpisah dengan anak semata wayang.

Inginnya kuat menahan tangis tapi apa daya telaga di pelupuk mata selalu jebol tak bisa ditahan. Alhasil karena terlalu capek sering menangis menjadikan mata kering, sepet, perih dan lelah.

Mata kering orang tua ditinggal anak semata wayang

Bagaimana tidak bisa menahan air mata mengingat biasanya anak tidak berada di rumah hanya saat sekolah dari pagi sampai siang, kini ia tidak ada di rumah selama 24 jam dalam seminggu karena mondok meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama.

Meskipun saya mencoba jadi ibu yang kuat dan tegar melepas anak masuk PMDG (Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor) tapi ketika mendapatkan hasil pengumuman buah hati ditempatkan di luar pulau Jawa, rasanya kesedihan itu tidak bisa lagi saya simpan sendiri.

Jarak antara Kabupaten Solok di Sumatera Barat dan Cianjur di Jawa Barat ini bukan kaleng-kaleng jauhnya. Meski kecanggihan teknologi sudah bisa mengatasi namun tetap harus dibayar dengan harga yang memadai. Padahal tahu sendiri kondisi perekonomian kami ini pas-pasan.

Kami melepas anak satu-satunya masuk PMDG bukan karena gengsi atau gaya-gayaan tapi ingin menjadikan anak pribadi yang disiplin, baik budi pekerti dan menjunjung tinggi akhlak sesuai suri teladan Rasulullah.

Tapi sedikit pun tidak menyangka akan mendapatkan penempatan di luar Jawa tepatnya di kampus Gontor 9 dengan risikonya berjauhan dan segala sesuatu pada akhirnya terasa berat di ongkos.

Meskipun begitu kami tidak bisa mundur karena ini juga sudah jadi pilihan anak.

Banyak yang menasihati jika biaya untuk anak mondok insyaallah akan dimudahkan Allah SWT.

Banyak orang tua yang sama-sama menyekolahkan anak-anaknya di pondok pesantren. Bukan hanya satu anak saja seperti saya, melainkan ada yang dua, tiga bahkan empat orang anak dan ada juga yang lebih semuanya mondok. Tapi mereka selalu saja ada jalan untuk mendapatkan biaya sehingga anak di pondok tercukupi semua kebutuhannya.

Saya pun tidak meragukan soal rezeki. Selama mau berikhtiar pasti akan ada hasil. Besar atau kecil itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan mensyukurinya.

Tapi tetap saja membayangkan bagaimana anak menjalani kehidupan di pesantren yang serba minim, plus aturan ketat membuat hati ini sedih bila mengingatnya.

Apalagi ketika mendengar suara anak saat menelepon, kesedihan yang mengundang turunnya air mata itu kembali tidak bisa dicegah. Terlebih kalau yang diceritakan anak tentang kata hatinya berisi rasa kangen dan ingin segera pulang. Gusti, sungguh pilu rasanya hati ini. Mewek dan mewek lagi deh emaknya ini…

Belum lagi mendengar cerita sedih yang dialaminya di Rayon (asrama) tentang sendalnya yang hilang, kebingungannya ketika pakaian ditegur ustadz karena tidak sesuai aturan, jam tangan rusak retak saat jatuh jadi ga bisa lihat waktu, uang jajan yang minim, hingga makanan yang kurang cocok di lidahnya karena mayoritas di Solok, Padang sana berbumbu pedas, semua itu kembali membuat air mata mengucur deras dengan sendirinya.

Kondisi mata yang bengkak dan merah karena kebanyakan nangis membuat saya malu untuk bertemu orang. Selain itu saya juga merasa mata ini perih, buram dan sedikit kena cahaya terang langsung merasa silau. Fix, sepertinya saya menderita mata kering.

Mata Kering? Jangan SePeLein! Tetesin INSTO Dry Eyes

Tidak heran sih kalau mata saya mengalami gejala mata kering karena berdasarkan beberapa literatur yang saya baca penyebab mata kering itu terjadi karena produksi air mata tidak memenuhi atau kualitas air mata sedang tidak baik.

Penyebab mata kering pada umumnya:

📌Produksi air mata menurun sesuai dengan bertambahnya usia

📌Jarang berkedip ketika menatap monitor

📌Berada di lingkungan yang kering

📌Penggunaan lensa kontak secara terus menerus

📌Disebabkan penyakit lain seperti diabetes

📌Sudah melakukan operasi mata yang bisa mengurangi sensitivitas saraf mata.

Karena mata kering ini, saya pun mengalami berbagai dampak yang terasa. Seperti mata merah, terasa perih, panas dan terasa tidak nyaman saja seolah di pelupuk ada sampah yang nyangkut.

Tidak ingin mata saya berisiko tinggi kena infeksi yang bisa menyebabkan kerusakan permukaan mata, yang jika tidak ditangani dapat merusak kornea maka saya pun segera mencari cara untuk mengurangi gejala mata kering.

Dampak mata kering, bisa menyebabkan:

💫Iritasi dan merasa tidak nyaman. Ada rasa perih, bahkan kadang ada seperti gumpalan pasir di mata.

💫 Penglihatan kabur

💫Mata merah dan terasa lelah.

💫Risiko infeksi meningkat karena tanpa cukup air mata.

💫Kerusakan permukaan mata yang membahayakan karena jika tidak ditangani, dapat merusak kornea.

Karena berbahayanya dampak mata kering terhadap kesehatan mata maka #MataKeringJanganSepelein sebaiknya kita berusaha mencari cara supaya mata kering ini tidak lagi kita alami.

Beberapa cara supaya bisa mengurangi gejala mata kering:

🌀Batasi paparan layar monitor. Perbanyak waktu istirahat meskipun hanya berkedip saat menggunakan komputer atau pons

🌀Menjaga kelembapan udara di sekitar. Hindari terkena angin secara langsung ke wajah dari kipas

🌀Lindungi mata dengan kacamata pelindung saat berada di luar ruangan berangin atau berdebu.

🌀Kompres hangat pada mata supaya kelenjar minyak di kelopak mata meningkat

🌀Gunakan obat tetes mata. Ketika merasakan gejala mata kering jangan SePeLein! Tetesin INSTO DRY EYES

#InstoDryEyes bagus untuk mengatasi gejala mata kering. Gunakan sesuai kebutuhan, terutama saat mata mulai terasa kering.

Dengan harga sangat terjangkau Insto dry eyes dapat dibeli di minimarket terdekat seperti Alfamart dan atau Indomaret.

Saat ini sudah tersedia Insto Dry Eyes New Packaging. Aturan pakai Insto dry eyes sudah tersedia dalam dus kemasannya.

Begitu saja sih solusi atau cara mengatasi mata kering ala-ala saya tanpa harus ke dokter. Tapi jika mata kering tak kunjung sembuh sebaiknya segera konsultasi ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut.

Sejak Anak Mondok Rumah Lebih Banyak Tangis Doa daripada Tawa

Bisa karena terbiasa. Satu bulan berpisah dengan anak semata wayang masih terasa sedihnya namun saya dan ayahnya mulai bisa tegar menghadapi sepi yang kami alami.

Banyak yang mengatakan mengantarkan anak masuk pondok pesantren itu harus satu paket. Dalam arti anak dan orang tua harus satu hati satu jiwa.

Orang tua harus ikhlas melepas anak supaya anak juga lapang menjalankannya. Jika orang tua menjadikan kepergian anak ke pondok adalah seperti beban, jangan heran kalau anaknya tidak kerasan…

Tentu saja saya dan suami tidak ingin hal itu menimpa kami. Meski sedih tapi kami mulai bisa belajar kuat dan menerapkan rumus TITIP (Tega Ikhlas Tawakal Ikhtiar Percaya).

Dimana kami sebagai orang tua harus tega, harus percaya kalau di pesantren anak itu dididik, bukan dibuang.

Karena pondok pesantren adalah media pendidikan dan perjuangan maka orang tua harus ikhlas harus sadar kalau anak tidak akan dibiarkan terlantar.

Harus ikhlas anak dididik, dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh hafalan dan sebagainya. Kalau merasa anak dibuat tidak nyaman, tidak senyaman hidup di rumah ya ambil saja anaknya, jangan masukkan ke pondok pesantren.

Setelah itu tawakal, serahkan semua kepada Allah. Berdoalah karena pesantren bukan tukang sulap yang bisa mengubah begitu saja santri-santrinya. Maka sebagai orang tua kita harus trus berdoa untuk kebaikan sepanjang hayatnya.

Ikhtiar disertai doa ini adalah kewajiban terhadap pemegang amanat yang tiada lain kita para orang tua.

Percayalah bahwa anak dibina betul-betul dibina. Apa yang anak dapatkan adalah bentuk pembinaan, jadi kalau melihat anak diperlakukan beragam bagaimanapun percayalah itu adalah bentuk pembinaan. Itu adalah pendidikan.

Karena saya dan suami sudah TITIP, sekarang saat mendengar suara anak di telepon gak disertai isak tangis lagi. Mata kami pun tidak lagi kering merah dan lelah karena selain tidak ada lagi derai air mata, kami pun tetap sedia Insto dry eyes untuk perlindungan mata kering kedepannya.

1 thought on “Mata Kering Hati Basah: Sejak Anak Mondok Rumah Lebih Banyak Tangis Doa daripada Tawa”

  1. Hal paling penting saat anak menuntut ilmu adalah niat ikhlas dan benar-benar untuk tujuan mulia.
    Saya sering mendapati orang tua yang malah besar di bangga diri saat anaknya mondok atau menuntut ilmu di tempat bergengsi. Dan terjadilah biasanya hal kurang menyenangkan. Entah anaknya mengkorupsi uang SPP, anaknya banyak membuat pelanggaran di pesantren, hingga tidak adanya goals yang berarti setelah anaknya lulus.

    Naudzubillah ya teh. Saya cerita itu hanya unek unek adanya kerabat yang begitu, karena memang sangat membuat miris. Biaya besar, ekonomi terbatas, malah niatnya seperti bias lebih ke arah pamer. Sungguh saya tuh sedih, moral anak malah kalah oleh anak-anak lain yang tidak mondok, hanya sekolah biasa tapi pulangnya bantu bapak ibu kerja atau bantu kerjaan rumah. Malah anaknya santun dan sekarang jauh lebih sukses.

    Amit amit sih ini teh, cuma curhat soalnya super kesel

    Semoga anaknya teh Okti menjadi anak yang solih, cerdas, berbakti kepada kedua orang tua, sukses dunia akhirat ya. Amiin ya Allah.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics