Tak tahu bagaimana menjabarkan perasaanku sebagai ibunya, saat sore tadi kami menerima undangan ulang tahun untuk Fahmi, dari Rima (3) anak tetangga yang tempatnya terhalang enam rumah dari rumah kami.
“Fahmi sudah besar ya, Nak?” Ucapku dalam hati sambil memandangnya yang sedang asyik bermain dengan kartu undangan. Tampak Fahmi bahagia dengan kertas itu di tangannya. Anakku rupanya sudah “diakui” keberadaannya oleh orang sekitar.
Undangan untuk hari jumat tanggal 14 Maret itu akan menjadi undangan pertama yang diterima Fahmi. Rasanya baru kemarin kami meniupkan lilin ulang tahun pertama untuknya, dan kini Fahmi akan aku bawa untuk pertama kalinya pula menghadiri acara ulang tahun temannya. Subhanalloh…
Perasaan ini benar-benar tidak bisa dilukiskan…
Hanya aku menyadari bahwa salah satu proses dalam hidup dan kehidupan dimana manusia mau tidak mau akan dan harus menjalaninya ini kini tengah aku alami.
Sore tadi juga aku diantar suami bersama Fahmi mencari mainan untuk dijadikan kado yang akan diberikan Jumat sore besok. Fahmi malah senang memeluk boneka barby yang aku pilih untuk dibungkus sebagai kado.
Aih! Masa anak laki-laki suka juga barby, Mi? 🙂
Saat di rumah Ayah Fahmi membungkuskan kadonya pun, Fahmi terlihat enerjik bukan main. Gembira sekali. Dikira mainan itu untuk dirinya kali ya? Ah, lucunya…
Kini dalam benakku sebagai ibunya, untuk pertama kalinya pula harus memikirkan, besok Fahmi memakai baju yang mana? Sendalnya atau sepatunya yang mana? Sekaligus kepikiran pula ada gak baju yang masih cocok buatku untuk membawa fahmi ke acara ulang tahun temannya?
Pikiran seorang ibu muda apa memang demikiankah adanya?