Pengalaman Hidup Seminggu Tanpa Smartphone, Bisa?
Di jaman serba canggih dan digitalisasi seperti sekarang ini kepikiran gak sih, kalau kita bisa hidup tanpa smartphone? Kayanya hidup kita gak bisa dipisahkan dari kehadiran layar sentuh berbentuk persegi panjang itu, ya? Buktinya bukan hal aneh kalau melihat orang yang matanya terus terpaku ke layar monitor ponsel. Seakan hidup ini enggak ada artinya lagi tanpa adanya gadget canggih. Secara apapun, semua hampir dikendalikan dari barang ajaib ini, bukan?
Apakah kamu salah satunya yang demikian? Meski buka ponsel cuma buat buka aplikasi itu-itu saja seperti FB, Instagram, Twitter, dan aplikasi perpesanan atau portal berita, sekadar untuk baca berita (tepatnya infotainment) terkini?
Penelitian yang dilakukan Samuel Veissiere, Asisten Profesor di Departemen Psikiatri dan Antropologi Universitas McGill, dalam jurnal yang ia unggah di laman Frontiers in Psychology, Samuel menjelaskan bahwa alasan seseorang scrolling media sosial seperti Instagram, sebenarnya bukan karena smartphone. Tapi karena keinginan untuk bersosialiasi, mengamati perilaku orang, dan dilihat oleh orang lain.
Jadi menurut Samuel sering buka ponsel itu bukan karena ketagihan dapat notifikasi handphone, tapi karena keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Dan penghargaan sosial yang diperoleh dari berinteraksi lewat smartphone inilah yang mendorong perilaku obsesif pengguna.
Kan jadi penasaran, kalau memang alasan enggak bisa lepas dari smartphone karena kebutuhan sosial, apa berarti orang yang enggak pakai smartphone jadi antisosial, kurang pergaulan, dan dijauhi teman? Enggak juga kan?
Secara direncana atau tidak, hidup tanpa smartphone sudah berulang kali saya pikirkan manakala baterai smartphone saya ini kembali ngedrop. Kalau sebelumnya nge-charge memerlukan waktu sekitar 3 jam untuk bisa penuh, maka akhir bulan lalu baterai ponsel saya yang sudah ganti dua kali ini kembali berulah. Sehari semalam dicharge, baterai tetap gak terisi penuh. Ditambah ponsel saya jatuh dan menyebabkan konektornya bergeser sehingga charger sama sekali tidak bisa terkoneksi.
Saya pun mengambil beberapa pertimbangan. Antara beli smartphone baru atau mengganti konektor dan baterai saja (tapi dengan suku cadang yang asli, karena menggunakan baterai kw hasilnya tidak maksimal) Keputusan harus segera diambil sebelum ponsel ini beneran habis baterai dan mati.
Kedua keputusan itu mana pun yang akan saya pilih tetap akan membawa saya kepada kondisi akan hidup tanpa hape, paling tidak selama beberapa hari. Sampai ponsel bisa diperbaiki atau sampai bisa beli ponsel baru.
Hidup tanpa smartphone, bisa gak ya? Saat saya masih bekerja, saya akan jawab tidak bisa, kecuali akhir pekan. Secara membuat artikel dan mengirimkan ke editor semua menggunakan hape ini. Tapi ketika saya sudah tidak bekerja sejak April lalu, saya justru merasa tertantang untuk mencobanya. Tanpa hape, siapa takut?
Menimbang karena sudah tidak kerja, tidak memiliki pemasukan tetap, smartphone baru sepertinya bukan prioritas. Apalagi harga baterai original smartphone ini dulu masih kisaran setengah jutaan, sekarang sudah turun di bawah dua ratus ribu saja. Saya pun mengambil keputusan untuk memperbaiki konektor dan mengganti baterai yang sudah ngedrop dengan baterai original saja. Semoga pilihan ini hasilnya sesuai harapan.
Bismillah, hidup tanpa smartphone pun saya alami mulai hari Rabu, 1 Juni 2022. Setelah sehari sebelumnya, saat baterai sudah menipis saya sempat beli online baterai original dulu melalui e-commerce. Setelah itu, pasrah. Meski saya bukan pekerja online tapi kebiasaan pegang hape memang susah untuk ditinggalkan. Yang bisa saya lakukan ya mempersiapkan mental, jiwa, dan raga saja. Saya harus kuat, hehe!
Rabu 1 Juni 2022
Masih suka terkejut kalau ingat ini hari Rabu, takut masih ada hutang list blogwalking yang belum terselesaikan. Tapi saya yakin, seminggu terakhir ini semua list blogwalking sudah beres. Malah saya gak berani ikutan list baru, entah kenapa rasanya malas aja. Ternyata mungkin itu sebuah firasat kalau hape sebagai alat tempur ini bakalan bermasalah. Beruntung juga setoran draft untuk job, rasanya sudah terkirim semua.
Meski sudah mati tapi hape belum dibawa ke tukang servis karena masih menunggu baterai-nya dulu yang diperkirakan bakal sampai hari Minggu.
Kamis, 2 Juni 2022
Ponsel anak dan suami jadi sasaran telepon dan pesan dari keluarga secara Kamis ini kami mengajak paman dan sepupu untuk menebang pohon di halaman. Karena nomor saya tidak bisa dihubungi maka telepon beralih ke nomor suami dan anak. Semua bertanya kenapa, tapi setelah dijelaskan mereka mengerti.
Biasanya jika ada momen apapun saya selalu iseng foto atau rekam video menggunakan hape. Tapi karena hp mati, kini saya banyak diam saja. Padahal berkumpul dengan sepupu dan saudara dari pihak ibu saya ini tidak bisa dengan mudah bisa saya ikuti.
Jumat, 3 Juni 2022
Rasanya sudah mulai terbiasa tanpa hape. Ke pasar biasanya tiga barang tidak boleh lupa, tas belanja, dompet dan ponsel. Sekarang ponsel berhasil saya tinggal dengan ikhlas di kamar. Iyalah dibawa juga buat apa, wong hape mati. Hehehe.
Penasaran sih sebenarnya pengen ngecek email siapa tahu ada surat penting, tapi laptop suami selalu dibawa dan kalau di rumah juga selalu dipakai. Akhirnya beneran saya pun terbebas dari intip-mengintip.
Tapi mulai sering merhatiin depan rumah kalau pas ada suara sepeda motor. Berharap kurir pengantar beterai yang saya beli segera datang. Meski estimasi Minggu, kalau cuacanya bagus dan beruntung, Jumat atau Sabtu paketan sudah bisa saya terima.
Sabtu, 4 Juni 2022
Nongkrong depan rumah, nungguin siapa tahu kurir langganan lewat dan mampir, tapi ternyata belum ada juga. Kalau ada ponsel, biasanya bisa tahu dengan ngecek sampai mana belanjaan kita berada. Ini karena hape mati jadinya saya hanya bisa menebak-nebak saja.
Yang bikin teringat ini udah tanggal empat, biasanya tanggal lima saya sudah mulai bayar tagihan. Seperti listrik, air dan internet. Karena semua ada di hape yang mati, saya pun diam saja. Jatuh masa tempo juga masih lama.
Minggu, 5 Juni 2022
Saudara kembali berdatangan karena katanya tidak biasanya nomor ponsel saya tidak bisa dihubungi. Nomor suami dan Fahmi, mereka tidak tahu. Mereka datang alasannya takut terjadi apa-apa. Saya sih senang saja. Merasa ditengokin meski tidak sakit, hehehe.
Setelah duhur, pas hujan angin besar, kurir yang dinanti datang juga. Baterai original untuk hape saya akhirnya saya terima. Malamnya setelah selesai anak-anak mengaji saya bawa ponsel ke counter langganan di Sinagar Tanggeung. Sayang tidak bisa ditungguin, besok Senin baru bisa diambil.
Senin, 6 Juni 2022
Hampir lupa kalau hari ini hape sudah bisa dibawa. Tapi karena cuaca buruk, ditambah suami di sekolah ada pemeriksaan dari IRDA sehingga pulang sedikit lebih sore, plus saya merasa sudah lebih tidak ketergantungan dengan hape, akhirnya hape belum sempat diambil. Enam hari tanpa hape, ternyata bisa juga saya lalui…
Selasa, 7 Juni 2022
Dulu dikit-dikit tengok hape. Bentar-bentar cek ponsel. Berebut isi form meski yang nyangkut seribu banding satu.
Apalagi ini Selasa hari pasar di Pagelaran, biasanya saya bawa ponsel lalu transfer dan transaksi urusan perbankan lainnya di ATM dekat toserba sekalian jalan ke pasar. Tapi setelah enam hari ponsel mati dan saya tidak ada interaksi sama sekali dengannya perasaan kok malah terasa lebih kalem ya? Ya, rasanya tidak seterburu-buru sebelumnya, gitu. Ngambil hape pun jadi antara semangat dan malas.
Baru malam harinya hape berhasil saya bawa pulang. Pas dilihat, baterai tinggal 9 persen langsung deh saya matikan dan dicharge buat full dulu. Saran dari tukang servis nya, seperti itu. So, dipastikan besok Rabu, ponsel akhirnya bisa kembali saya operasikan. Sungguh rasanya tidak sabar, mengecek informasi apa saja yang seminggu ini sudah saya lewatkan.
Uji coba beterai smartphone
Pas setelah subuh meriksa baterai hape udah full, rasanya gimana, gitu. Ada semacam perasaan penasaran, tapi tak menggebu seperti biasanya. Kayaknya sudah mulai terbiasa enggak pakai smartphone. Toh seminggu tanpanya ternyata saya baik-baik saja. Malah rasanya lebih tenang, bisa tidur (terpaksa awalnya) total setiap malam karena ga ada lagi kebiasaan pegang hape sambil rebahan. Rasanya lebih enak karena saya juga bisa menyaring informasi apa yang diterima.
Sekitar pukul lima pagi saya buka hape. Buka lagi pukul tujuh lewat dan baterai baru masih bertengger di angka sembilan puluhan. Semoga nih baterainya gak mudah ngedrop lagi.
Ketika saya cek WhatsApp, banyak banget informasi yang dilewatkan. Pekerjaan yang harus segera saya selesaikan adalah setor pageview sebuah artikel. Seharusnya dikirim awal bulan tapi karena saya baru baca pesannya Rabu 8 Juni maka saat itu saya segera kirim dan meminta maaf terhadap PIC yang menangani. Alhamdulillah Si Kakak PIC memahami dan menerimanya.
Kabar membahagiakan adalah masuknya fee dari sebuah campaign dan sepertinya saya masuk peserta campaign terbanyak karena mendapatkan bonus. Itu saya lihat dari jumlah nominal yang masuk di e-wallet.
Membuka email, ada satu penawaran kerjasama untuk sebuah review. Tapi melihat syarat salah satunya KPI artikel sebulan pertama minimal harus seribu, rasanya tidak terlalu kecewa saya melewatkan email tawaran kerjasama ini. Secara saya tahu sendiri kemampuan view di blog saya seberapa, itu pun kalau ikut list blogwalking.
Sisanya, Alhamdulillah masih bisa saya kondisikan. Intinya, setelah seminggu saya hidup tanpa smartphone, saya seperti menjadi anak yang terlahir kembali. Bukan suci tanpa dosa, tapi enggak tahu apa-apa karena hampir semua informasi yang saya butuhkan ada di ponsel itu.
Jadi begitulah pengalaman saya kurang lebih seminggu tanpa smartphone. Selain faktor media sosial, yang paling memberatkan dari kondisi ini adalah tanpa smartphone saya tidak bisa mencari kerja sampingan. Padahal itu sangat penting secara jadi sumber pemasukan kehidupan saya saat ini setelah tidak bekerja tetap lagi.
Ternyata bisa juga ya hidup tanpa hape dan koneksi internet di jaman sekarang yang hampir semua kegiatan sehari-hari membutuhkan peran smartphone. Meski seminggu tanpa benda itu saya harus mengakui kalau jadi agak renggang dengan teman dan saudara yang enggak bisa saya temui langsung atau ajak ngobrol lewat aplikasi selain WhatsApp.
Saya bisa mengatakan kalau saya bukan termasuk yang ketagihan atau kecanduan dari smartphone. Bagaimana dengan kamu? Pernah tak berhubungan dengan smartphone kuat berapa lama dan bagaimana kisahnya?
Yeaay, bisa berhasil seminggu ya Teh.
Saya belum pernah puasa tanpa smartphone nih, at least 10 tahun belakangan ini 😀
moga baterai HPnya awet ya Teh, dan job yang terlewat bisa dapat gantinya lebih banyak lagi, Aamiin 🙂
Waduh, saya nggak bisa tanpa hp beberapa jam saja huhuuu. Soalnya suami & anak sulung kerja di kota lain. Orangtua sudah sepuh & sakit2an di kota lain pula. Jadi kebutuhan utamanya memang untuk selalu terhubung dg keluarga. Kalau kerjaan sih enggak karena aku ibu rumah tangga.
Aku pernah teh 2 minggu tanpa smartphone karean handphoneku hilang. Untuk beli baru harus kumpulin uang dulu. Jujur aku ada yang kurang. Karena mobiltas kerjaku melalui itu. Contohnya ketika token listrik habis, biasanya aku tinggal pencek internet banking untuk beli token tapi karena tidak ada terpaksa aku ke ATM jauh dari rumah untuk mengisi
Aduuuuh kayaknya aku tipe orang yang susah jauh dari HP hahahaha 🙂 Kayak jadi sahabat aja tuh HP. Kalau lagi jalan2, wisata dll biasanya aku matikan mobile datanya karena biar hemat baterai, akibat terlalu banyak notifikasi hahaha 🙂 Sekalian biar bisa foto2 dengan tenang. Semoga baterainya bisa tahan lama ya teh. Salut sama teh Okti yang mencoba seminggu ga HP-an hihihi.
Beberapa tahun lalu aku pernah mencoba mengurangi pegang hp di jam2 keluarga. Aku, suami dan kedua anakku mengikhtiarkan, tapi ternyata belum bisa. Padahal waktu itu belum pandemi. Apalagi sekarang ya apa2 serba online hihihi…
Sepertinya saya juga perlu mbak, untuk lepas dari HP selama beberapa hari. Rasanya lebih fresh, mbak. Memang perlu sih, bagi saya untuk detoksifikasi dengan HP ini, soalnya kalau ketergantungan juga tak baik. Saya juga per hari biasanya saya batas-batasin, biar bisa lepas dari HP
Pernah Teh. Dulu kalau mudik, karena sinyal susah, selama di kampung, antara 10-14 hari biasanya saya nggak terkoneksi dengan internet. Hp saya hanya teronggok dan dipakai untuk main game sama ponakan.
Rasanya meikmati hidup itu, kita benar2 ada secara utuh. Kalau dgn smartphone isi kepala kemana-mana ya.
saya juga pernah hidup tanpa HP
waktu HP hilang dan tablet pecah oleh pencuri
untung waktu itu kerjaan masih jualan makanan belum jadi influencer dan blogger yang dapat paid post
hihihi gak dapat job kok untung 😀
Saya hidup tanpa smartphone itu, kalau di rumah mama saya dulunya.
Tapi sekarang udah nggak bisa sih, sinyal udah kuat karena barusan dibangun BTS dekat tempat tinggal mama saya 😀
Sebelum itu, sinyalnya, masha Allaaaaaahhh.
jangankan mau internetan, mau nelpon aja sinyal mati idup, hiks.
Tapi, enaknya, HP jadi istrahat, anak-anak bisa main muterin rumah neneknya, saya bisa tidurrr dan baca buku, hahaha
Kangen juga yah sama masa2 ngga ada HP, capek karena jalan2 dan baca buku. Padahal dulu kuat lho ngga ada HP. Sekarang berasa FOMO deh hahahaha.
keren mba bisa menjalani hidup tanpa HP. sebenarnya jika kita dihadapkan oleh pilihan seperti ini harusnya kita bisa ya.. saya jadi malu banyak gantungkan pekerjaan di HP..kalau HP ngga ada jadi rusuh hehehe
Horeeee! Ikut bahagia ya, teh. Seminggu tanpa ponsel.
Aku pernah teh, sebulan say bye dengan namanya ponsel. Sebulan yang membuat saya menjadwalkan untuk lebih intens bersama anak-anak. Mengurangi segala hal negatif diri saya (baca: emosi) kalau sudah capek, dll. Lebih mengenal diri sendiri saja. Menyelami setiap titik yang ada pada diri saya *euleeeeuh bahasanya
Waktu sebulan yang benar-benar stop dengan segala keinginan yang menggebu-gebu di sosial. Fokus ke anak. Itu sih teh.
Jadi pengen ikutan, etapi pegimana orang kerjanya ya pakai internet dan HP, hahaha.
Tapi pengen sebenarnya nih, kayak dulu pas mudik dan susah sinyal, jadi ga pegang HP 😀
Sependek yang kuingat, beberapa tahun ini aku udah nggak bisa tanpa hape, Teh. Paling-paling cuma mengurangi frekuensi dan durasinya. Prioritas pada pekerjaan dan yang penting aja, seperti ngintip lapak jualanku, WA, dan email.
Senengnya bisa detox sosmed secara tidak langsung teh.. Saya pengen juga sesekali terbebas dari sosmed meski hanya sehari
Memang ya mba, kita mesti punya waktu fokus dengan dunia nyata sesaat, jauh dari HP. Kalau aku setiap pergi sama suami atau anak-anak hape kami tinggal di rumah. Kaau misal kepaksa bawa hanya untuk cari lokasi yang kita tuju saja
Keren banget mbak, bisa seminggu tanpa hape. Tapi rasanya saya akan segera menyusul, tapi karena terpaksa, kumat vertigo. Ngapa-ngapain banyakan dunia muter kayak komodi putar di pasar malam :-))
Selamat beraktivitas rutin kembali
Aku pernah tanpa HP 2 hari karena rusak, aduh jujur gak nyaman tidur wkwk. Mungkin karena merasa ada hutang terhadap konsumen yang emang butuh dikirimkan paket. Untungnya dapat HP second, lumayan lah. Selamat yaa kamu berhasil melewati seminggu tanpa beban, keren
Sebenarnya memang bisa ya Teh, walau agak mengganggu sebenarnya bagi kita yang merupakan pekerja di bidang kreatif digital sebab harus selalu mudah dihubungi melalui ponsel. Aku pernah di masa yang ngecekin notifikasi terus sampai merasa lelah hati, dan sadar kalau mulai terserang nomophobia. Sekarang walau belum benar-benar bisa meninggalkan penggunaan smartphone, aku mulai menguranginya. Lebih tenang dan nyaman saja menjalani hari jadinya.
Aku berasa apa ya kalau seminggu tanpa smartphone. Pas bantu-bantu tetangga yang cuma beberapa jam saja rasanya sudah kepikiran. Berulang kali nengokin hape. Pingin pegang hape tapi kok ya nggak enak sama tetangga. Lagi kerja di dapur malah pegang hape. Duh, rasanya udah pingin cepat pulang. Apalagi kalau seminggu.
Tapi iya sih. Kalau nggak dicoba kita cuma akan berhenti pada nggak mungkin bisalah. Tapi kalau udah dijalanin ya mau nggak mau kan ya. Apalagi kalau smartphonenya emang terkendala.
Kayanya kalau saya agak susah berpisah dengan smartphone, jangankan seminggu, sehari saja kayanya kelabakan, karena smartphonenya sudah terkoneksi dengan pekerjaan, jadi memang susah sekali untuk terpisah
Kayanya kalau saya agak susah berpisah dengan smartphone, jangankan seminggu, sehari saja kayanya kelabakan, karena smartphonenya sudah terkoneksi dengan pekerjaan, jadi memang susah sekali untuk terpisah.
Salu sama teh Okti yang bisa bertahan dalam kondisi tanpa smartphone
Akhirnyaaaa….
Selamat ya Mba, ternyata bisa dan berbuah hikmah yaa..
Kalau saya rasanya belum bisa kalau tanpa smartphone. Tanpa main sosial media sih bisa dan pernah nyoba sekitar dua bulan tapi butuh smartphone untuk belanja atau baca buku digital..hehe
I feel you mba Okti, malahan saya sampai 3 bulan tanpa smartphone. awalnya memang rusak terus saya benerin lama ga selesai-selesai. selama menunggu selesai itu kayak feel happy aja tanpa smartphone, terus akhirnya saya beneran ga beli dulu HP sampai 3 bulan, nikmatin pekerjaan, jalan-jalan tanpa harus terganggu dengan notif sosial media, tenang banget rasanya. meski di satu sisi saya ketinggalan banyak informasi tapi ya memang ga terlalu berpengaruh dengan hidup saya
Sebagai seorang dokter anak, saya gak bisa jauh dari smartphone. Selama 24 jam (kecuali minggu, libur) harus siap konsuli, hehehe
Tapi kadang kalau capek banget, terpaksa aku silent
Makasih sharingnya… Menarik banget
Pernah, teh..
Aku merasa bersalah karena saat itu HP tuh 2 kali.
Pertama, kena air karena hujan-hujanan dan aku sama sekali gak aware kalau ada HP di tasku, sehingga terendam air dan sukses rusak kebakar sampai mesin-mesinnya.
Yang kedua, HP ku jatuh di jalan saat sedang mengantarkan anak ke sekolah.
Ya Allah..
Rasanya sungguh merasa bersalah sama suami. Mau minta beliin baru, gak tega. Karena aku tau juga kondisi keuangan lagi gak mefet.
Jadi untuk menghibur diri, aku jalan-jalan ke toko HP, teh..
Sendiri.
Dan cobain semua HP terbaru di sana sambil berdoa, “Ya Allah mudahkanlah kalau memang ada rejeki yang datang dari sana. Berkahilah.. Bismillah..”
Sudah.
Gitu aja dan hidup tanpa HP selama beberapa hari.
Lalu 3 atau 4 hari, HP yang jauh dari ekspektasiku ((lebih bagus dari yang aku pengenin di toko)) datang dari suami, teh..
MashaAllah~
Aku terharu..
Dan tentu saja memastikan kondisi keuangan kami apakah masih baik-baik saja setelah beli barang mahal.
Alhamdulillah,
Kata suami, ada rejeki yang bisa dialokasika untuk itu.
MashaAllah~
Allahu Akbar.
Yang penting memang selalu bersyukur di berbagai keadaan.
Semoga Allah mudahkan selalu teh Okti selalu.
Doa istri yang sholeha langsung diijabah melalui rezki lebih suami, plus karena diikuti dengan ‘puasa’ smartphone beberap hari yang tulus ya mba. Rezeki hp, rezeki baik2 saja tanpa uring2an tidak terkoneksi dengan internet.
Sharing pengalaman tanpa ponselnya juga keren mba.
Huhuu~
Agaknya masih belum pantas dikatakan begitu, kak Salma.
Tapi sebisa mungkin aku mengikuti alur mood suami.
Aku belum coba detox hp. Apalagi sekarang semenjak jadi admin usaha jadi malah ga bisa hinggalin hp di jam operasional. Luar biasa Teh bisa beberapa hari lepas dari HP ya. Sharing Teteh bisa jadi hikmah juga buat kita.
Jadi semacam rehat dahulu ya dari bisingnya HP. Tapi memang di jaman sekarang tuh bener ya kaya tangan udah gabisa lepas dari HP, di sisi lain sebagai yang mencari tambahan penghasilan di internet juga memang butuh 😀 kalau saya kdg ada momen offline kalau pas ujan, suka ilang sendiri tuh sinyal karena pakai paket data, rasanya jadi waktu lebih panjang dan lebih mengamati sekitar gitu. Menyenangkan juga sepertinya sebenarnya kalau dilakukan secara rutin dan terjadwal
Wah bisa hidup tnp hp krn batre hp rusak ya teh. Semisal nggak rusak, bisa nggak ya tnp hp? Hehe…
Aku pernah 4 hari tnp hp karena memang no signal. Pas itu lgi ngecamp di pantai yang jauh. Tapi ya gitu gelisah karena kuatir ada hal penting yg terlewatkan.
Keren banget mbak bisa hidup tanpa smartphone selama seminggu. Pengen juga menerapkan untuk mengurangi pemakaian gadget sehari-hari, tapi keinginanku untuk scrolling TikTok terkadang terlalu besar. Pas udah scrolling gatau waktu untuk berhenti wkwkwkwk.
Kalau tidak terpaksa karena hape rusak, kira-kira bisa nggak Teh puasa seminggu tanpa smartphone?
Masa kini memang susah sih hidup tanpa smartphone, karena benda kecil itu sudah menjadi “kantor dalam genggaman tangan” 🙂
Nah, iya kalau tidak terpaksa karena sikon mungkin lebih berat ya. Harus dengan kesadaran sendiri mah itu tapi ya zaman sekarang smartphone itu udah kayak jadi kebutuhan utama apalagi yg pekerjaannya bergelut di ranah digital
Biasanya pakai apps bisa diingatkan kalau jatah screen time sudah habis.
Tapi iya, sekali lagi itu komitmen ke diri sendiri dan masalah pekerjaan ya.. Kalau yang pekerjaannya bukan content creator, mungkin bisa lebih minim berinteraksi di dunia maya.
Beneran keren menurutku, ini beneran bisa bikin plong kali ya. bebas dari segala masalah apapun dan bebas dari informasi apapun. Jadi pengen nyobain juga mbak. Bisa ngga ya huhuhuhu
Hebat banget nih, seminggu tanpa HP. Tapi kayaknya aku gak bisa. Kalau gak bermain medsos mungkin bisa, tapi urusan kerja di kantor gak bisa aku lewatin. Pasti ada pesan yang masuk mengenai kerjaan.
Ternyata bisa ya kita lepas dari smartphone, hanya memang akan terasa ada yang kurang lengkap. Karna smartphone zaman sekarang jadi salah satu kebutuhan. Selain untuk komunikasi, informasi juga untuk menambah “penghasilan”
wah juara nih bisa tahan sampai seminggu ya tanpa ponsel 🙂 sekarang ini, tahan sejam gak liat ponsel aja udah hebat lho hihi.. kayanya memang kudu sering-sering puasa ponsel biar lebih ‘waras’ ya hihi
Pengalaman menarik. Tapi belum bisa dipraktikkan karena kerjaan banyak infonya d wa, bahkan di hari libur. Huft
Pengalaman yang luar biasa ini teh, mengingat zaman sekarang hidup sehari saja tanpa internet hambar dan bisa bikin kepala pusing tujuh keliling, apalagi sampai sepekan. Du, gak bisa saya bayangkan, Teh,hehe. Tapi kalau dulu aja kita bisa hidup tanpa internet mengapa sekarang tidak? Pasti bisa ya seperti yang sudah Mbak praktikkan sendiri. Yang penting dari awal memang udah niat dan punya komitmen yang kuat untuk ini.
Pengalaman yang luar biasa ini teh, mengingat zaman sekarang hidup sehari saja tanpa smartphone hambar dan bisa bikin kepala pusing tujuh keliling, apalagi sampai sepekan. Du, gak bisa saya bayangkan, Teh,hehe. Tapi kalau dulu aja kita bisa hidup tanpa smartphone. mengapa sekarang tidak? Pasti bisa ya seperti yang sudah Mbak praktikkan sendiri. Yang penting dari awal memang udah niat dan punya komitmen yang kuat untuk ini.
Kalau sampai seminggu belum pernah Teh.
Namun baru tinggal beberapa jam, notifikasi udah penuh, sampai mulai heng ponselnya haha.
Yang penting sih bisa tanpa hape terutama tak ada utang list memang hihi
Saya pernah 5 hari tanpa hape. Mau tenang juga susah soalnya ada campaign yg lg jalan. Brief ada di wa sementara saya nggak bisa web whatsappp. Alhamdulillah bisa hapenya tp jadi telat deadlinenya. Hikz.
aku juga ngalamin hp rusak akhir bulan kemarin. beberapa hari tanpa HP. untungnya sekarang WhatsApp tetep bisa aktif walau HP mati. tapi kayaknya kalau aku posisinya resah mbak, soale internetan selama ini pakai HP hahaha. alhamdulillah karena itu jadi beli modem :’D
wahhhh, ada plus minusnya ya teh seminggu tanpa hape. Bersyukur banget ya, sodara bener2 perhatian, hape mati langsung dikunjungi, jadi pendorong silaturahmi juga
Seminggu tanpa smartphone ternyata memang bisa dijalani ya,Mba. Hanya saja pastinya ada informasi-informasi yang terlewatkan. Sebelumnya saya pernah coba hanya 3 hari tapi masih belum bisa gak buka info terkini di mesin pencari.
Wah, hebat banget mbak. Aku belum pernah nih seminggu tanpa hape, sehari tanpa hape aja keknya belum pernah. Tapi tetap ada jam2 tertentu dalam sehari aku tidak pegang hp dan hanya fokus berkumpul sama keluarga. 🙂
Karena pekerjaanku online, jujur si gak bisa lepas dari handphone. Karena, takut ada info yang terlewat. Apalagi kalau ada yang order artikel. Kaya kemarin, aku tinggal seharian saja ada yang minta order sampe dihubungi berkali-kali.
Tapi kalau di kampung jarang banget buka hp karena susah sinyal. Hehe
Lama-lama jadi terbiasa ya teh hehehe, tapi kalau aku gimana ya ga ada hp. Kerjaan di kantor juga disitu semua, jadi pasti langsung cuss harus ada gantinya. Atau laptop on terus~
Alhamdulillah ya Teh hapenya sudah sehat lagi. Tapi hebat lho seminggu tanpa hape. Saya biasanya paling kuat satu hari, itupun karena hape ketinggalan dan biasanya akses medsos tetep jalan pakai perangkat yang lain.
Sebelum lebaran hape saya juga sempat rusak karena jatuh. LCDnya menganga sedikit. Tapi bukannya dibetulkan malah dipaksa tetap dipakai, karena ya itu malas berpisah sama hapenya. Padahal kalau dibetulkan kayaknya masih bisa diselamatkan. Akhirnya hapenya beneran rusak dan tidak mungkin lagi diselamatkan.
Semoga kini samrtphone-nya sudah oke ya Teh Okti
Ada senangnya juga tanpa HP, sodara nengokin ngira ada apa-apa kwkw. Semoga nanti seterusnya sehat semua termasuk HPnya juga
Saya pernah pas HP dicopet di sebuah event blogger tahun 2018, akhirnya enggak punya HP..ada 4 harian tanpa HP dan akhirnya beli baru. Wadiwaa bener sih rasanya haha.
Untuk hari ini aku belum bisa tanpa HP. Secara ngurusin sekolah anak anak pakai Hp dan aku mulai rajin nulis blog. Tapi kepingin juga sih suatu masa nanti hidup tenang tanpa HP android. Pakai yang GSM aja, tinggal di desa, ga kejebak macetnya Jakarta, kayak nya enak. Tapi kata suamiku, dia meragukan cita-citaku, xixixi.
Keren Mba bisa tanpa hp selama itu. Kalau saya paling baru bisanha sehari aja tanpa hp. Pengalaman seru yaaa.
Bisa yaa puasa gadget. Meskipun tetep kepikiran pasti bakal melewatkan update apa aja ya dari dunia maya. Hoho.
mantap teh seminggu tanpa HP, yang pernah saya coba, seringnya sih saat ada agenda bersama keluarga entah akhir minggu atau liburan. Berasa hidup lebih tenang aja ga ada HP hehe. Beda lagi kalau saya pas ada tugas, tapi ya hanya untuk mengerjakan tugas aja, selebihnya HP mati, seakan saya ingin menyendiri dari keriuhan dunia maya
mAsya Allah keren teh okti. Cerita detox sosmed pun bisa jadi tulisan…seneng baca personal Story kaya gini. Jadi berasa kenalan juga sama teh okti. Semoga berkah batre barunya dan mendatang rezeki yg halal dan Toyib buat keluarga…aamiin
Ngga tau deh teh kalau aku bisa apa ngga. Bukannya kecanduan sih tapi kebutuhan wkwkw. Apalagi info kegatan sekolah anak, komunikasi dengan suami yang LDR, sampai email buat job semua dari hp wkwkwk. Kalau sehari mungkin masih bisa sih.
Hwaaa keren mbaaa, seminggu itu lama banget euy! wwkwk aku jg pengen deh bikin jadwal kayak gitu, pegang hape pas ada perlu pekerjaan aja gimana? hihi..
Belum pernah coba sih, sekarang kalau sampai kelamaan balas pesan suami saja sudah diprotes soalnya sih. Lagipula kerjaan di hp semua teh. Keren teh bisa seminggu tanpa hp
Kayaknya perlu dicoba deh tantangan ini wkwkwk
Aku ketergantungan gadget sampe kadang ditegur suami
Saya bulan kemarin juga di posisi tak ada ponsel. Dibuat anak mainan dan diterbangkan, bisa diservice tapi fungsi sudah abnormal. Malah tambah menjadi. Jadilah beberapa hari tanpa ponsel. Apalagi belum ada rezeki untuk beli baru.
Awal-awal memang kepikiran, ih bagaimana kalau ada pesan penting dll. Lama kelamaan malah bisa santai ternyata. Hikmah di balik ndak ada ponsel.
Hebat banget teh okti, bisa tanpa smartphone selama seminggu, aku bisa tidak bergantung kalau lagi mudik ke mertua karena masalah sinyal. Sepertinya bisa nih dicoba sesekali
Wah seminggu tanpa hape bisa dilewati ya. Kalau sekarang, aku mungkin belum bisa jauh dari hape, hape (internet juga) tapi berusaha aku kurangi tiap harinya, biar gak sebentar-sebentar liat hape. Perlunya sih ya WA dengan anak-anak yang di luar kota. Memang kalau dipikir-pikir harusnya bisa ya, dulu aja sebelum ada hape juga bisa 😀
Ketika dalam kondisi terpaksa, seminggu tanpa HP bisa juga ya, Teh. Jadi latihan menahan diri, latihan bersabar juga. Semoga setelah ini, HP-nya masih lama bertahan.
hebat banget ih teteh bisa lulus seminggu tanpa smartphone dan lancar aja gitu gak kayak panik atau risih atau merasa kehilangan
Pernah ngilang dari dunia sosmed, lagi healing emang habis pulang dari RS. Rasanya pengen cek aja hpnya tapi memang sesekali butuh detoks sih sebenarnya. Meski ada kerjaan online kadang butuh juga jeda. Ini kalau saya ya
Saya tuh juga gakMau tidur bisa lepas dari smarphone di kehidupan sehari-hari. Mau tidur, bangun tidur bahkan saat tersentak bangun di malam hari, carinya ya HP. Gak selalu ngintip sosial media. Selain pekerjaan, saya sekarang lebih banyak beli e-book ketimbang buku kertas. Jadi kalau malam-malam ke bangun, biasanya saya akan membaca sampai kantuk datang lagi. Jadi gak kebayang juga kalau harus puasa pegang ponsel selama seminggu. Kayaknya bisa berantakan hidup saya hahaha
Waaa hebaaatt, berhasil yaaa….
Memang harus dipaksa kondisi ya kaya gini tuh, selama ngga ada masalah dan hape masih dalam jangkauan tangan, ya kesitu lagi kesitu lagi.
Aku pernah banget, rasanya ya gitu deh ahaha…tapi untungnya juga waktu itu saya sudah tidak bekerja lagi jadi paling kalau mau ngecek email ya ke warnet ahaha.
Kebayang rasanya setelah hp baikan, WA numpuk…dan bahagianya fee pada cair ya mbak,assik
Hebat banget teh Okti, saya mah sigana moal bisa da, yang dicari hape wae huhuhuh. Nyoba ah tar mah
Wah ada hikmahnya juga ya seminggu tanpa smartphone jadi bisa me time dengan diri tanpa terganggu smartphone
Wa, keren! Aku seminggu gak buka sosmed kayanya bisa, tapi kalau gak buka HP ya sekarang agak mikir. Sama kaya Mbak, soal kerjaan ini. Nama kerja pakai internet lah ya
Wa, keren! Aku seminggu gak buka sosmed kayanya bisa, tapi kalau gak buka HP ya sekarang agak mikir. Sama kaya Mbak, soal kerjaan ini. Nama kerja pakai internet kan
Apa? Seminggu tanpa hp? Keren teh! Bisa bertahan selama itu
Kalau aku, sehari tanpa hp aja sudah panik nggak karuan
Aku mau banget seminggu tanpa smartphone, tapi belum tentu bisa haha. Pasti aku gelisah, mikirin jangan-jangan ada email masuk nih penawaran kerja sama ya kaan. Dan takut juga kalau ada pengumuman apa gitu dari sekolah anakku, bisa-bisa ketinggalan informasi. Hehe.
Tapi patut dicoba sih, nggak pakai hape seminggu kecuali ngecek email dan whatsapp grup anak sekolah.
Btw, baca blog ini aku rasanya kayak lagi nonton film, di mana pemeran utamanya lagi melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hape yang biasa dipegangnya.
Pernaah semingguan juga karena berada di pulau dimana sinyal Indosat tidak ada sama sekali. Bener bener jadi menikmati liburan
wkwkwk deg-degan sama bw yaaaa mba takut hutaaang wkwkw. untunglah ya mba dah seperti biassa lagi. aku kalau megang hape ga kecanduan yang kecanduan kalau megang laptop xixiixi
Memang buat yang hidup skrng yang namanya HP tuh candu yaa.
Terus terang aku pribadi juga kalau HP gak rusak juga gak mungkin stop liat HP hehe, soalnya kerjaan juga banyakan berkomunikasinya lewat HP.
Sesekali kyknya detoks gak lihat HP boleh juga tuh, biasanya sih kalau dah bepergian sama keluarga aku off-in gtu biar konsen sama yg diajak bepergian 😀
Memang buat yang hidup skrng yang namanya HP tuh candu yaa.
Terus terang aku pribadi juga kalau HP gak rusak juga gak mungkin stop liat HP hehe, soalnya kerjaan juga banyakan berkomunikasinya lewat HP.
Sesekali kyknya detoks gak lihat HP boleh juga tuh, biasanya sih kalau dah bepergian sama keluarga aku off-in gtu biar konsen sama yg diajak bepergian 😀
.
Keren banget bisa detox sosmed dan HP selama seminggu kalau aku entah nih bisa apa enggak ya Karena sekarang kita tergantung banget sama HP apalagi sudah jadi hal penting dalam kebutuhan komunikasi sehari-hari
Aku kemarin sempat rusak hapenya duh teh repot nian soalnya lagi musim ujian kuliah. Harus berkali-kali nyari info ke kawan lain. Untungnya sekarang sudah ganti hape
Alhamdulillah, akhirnya bisa digunakan lagi ya ponselnya Teh aku kalau ngga ada hape pasti bingung juga tapi lama-lama terbiasa ya paling khawatir kalau ada info pekerjaan yang terlewat..semoga ponselnya sehat selalu ya dan bisa lancar .digunakan untuk kerja
Wah kuatan Mak Okti, sy puasa medsos kalau lagi jalan2 aja biasanya, smartphone cuma buat foto sm intip wa, kalau total belum pernah. Boleh dicoba sih biar ga toxic ya
Kalau saya sih terus terang termasuk yang dikit-dikit ngecek smartphone mba. Saya tipe yang ga bisa ninggalin aplikasi pesan kayak WA gitu ada notif yang belum terbaca hehehe… Padahal ya ga penting2 amat deh. Mau niruin dirimu yang bisa woles meski tidak pegang hape dalam waktu agak panjang gitu. Kuat nggak yaaa… :))
Bener banget mbak. Orang yang suka buka hp karena ga berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata. Contohnya ya aku. Kalau ada aktivitas di dunia nyata, otomatis jarang lihat hp lah. Tapi kalau sekarang kayaknya aq ga bisa seharian tanpa hp. Misal malamnya tetep cek lah. Karena pekerjaan ku skrg pakai hp. Smua transaksi, jadwal pekerjaan, laporan dll via hp
Mungkin kalau kejadiannya karena hp rusak dannggak ada hp lagi, saya bisa hidup tanpa hp dalam beberapa lama waktu. Sesegera mungkin saya hidupkan hp buat beberapa kerjaan, bukan cuma stalking media sosial.
Yeee Teteh keren ih udah bisa tanpa hape. Aku belom teh tapi kayaknya aku sudah pas awal2 hamil fase mual murah parah jarang buka hape karena lemes terus. Lebih tenang tanpa hape tuh hehehhe
Wah pengen sih ngejajal seminggu aja ga pegang hp. Tapi kayaknya 2 hari aja blingsatan ya.. Beneree2 pengen menjauh dr dunia maya sesaat. Seperti apa rasanya
itu seminggu mending,ni gara2 ic cpu rusak lagi ga ada duit sampe 2bulan lebih ga pegang hp rasa udah mau gila. Ikut nongkrong maksut biar ada temen ngobrol malah jadi kek nyamuk gua mereka pada mabar gua yg ga ada hp bukannya dpt temen ngobrol malah beneran jadi nyamuk
aku pernah 1 bulan ga pegang hp karna rusak :D, tapi hidup lebih natural kaya inget jaman dulu lebih asik ngobrol sama rekan rekan atau keluarga