Pancasila dan Balita

Pancasila dan Balita 

Pertama kali melihat burung garuda sebagai lambang negara bagi Fahmi kalau tidak salah saat di Yogyakarta, saat ikut acara Indonesian Community Day bareng Kompasiana, tengah Mei 2017 lalu. Di perumahan tempat homestay kami menginap memang luar biasa, di salah satu persimpangan jalannya berdiri lambang dasar negara itu dengan gagahnya.

“Mi, lihat itu burung garuda. Biasanya kita menyebutnya sebagai Pancasila.” Ucap saya merasa terkejut bisa jumpa patung burung garuda dengan sayap terkibar dan lima perisai gambar sila Pancasila menempel di bagian dadanya.

Sumber wikipedia

Fahmi putra kami yang masih balita hanya melongo. Sedikit termenung dan meraba-raba sayap patung burung garuda dengan posisi agak lebih tinggi dari tinggi badannya.

“Burung ini sayapnya warna kuning ya?” Celotehnya seperti pada diri sendiri.

“Nanti kalau sekolah akan diajarkan apa itu Pancasila. Nanti di rumah ibu ajarkan juga sedikit supaya Fahmi tahu ya?”

Fahmi tidak merespon. Saat diminta berfoto dengan patung garuda itu pun enggan dan hampir nangis. Mungkin karena masih capek setelah melakukan perjalanan lama dari Jakarta. Fahmi jadi tidak antusias.

Keesokan harinya ketika kami akan berangkat untuk eksplorasi Yogyakarta dan kembali melewati patung burung garuda itu saya mencoba membujuk Fahmi untuk foto di sampingnya. Namun sayang balita ini tetap keukeuh menjauh gak mau berfoto.

Begitu juga saat pulang malam harinya. Turun dari bus rombongan kami jalan kaki menuju homestay dan kembali melewati patung Burung Garuda itu. Namun Fahmi tetap tidak tertarik.

Padahal selama ini jika sedang main atau jalan-jalan dia suka tertarik dengan gambar atau bentuk aneh atau lucu apalagi terkait binatang dan robot. Kok dengan patung dasar negara Pancasila ini tidak?

Sebelum tidur di homestay saya mengunduh berbagai gambar burung garuda dan lambang negara Pancasila untuk dilihatnya. Iseng saya hubung-hubungkan dengan patung burung garuda di persimpangan jalan depan perumahan.

“Ami mah ga suka patung burung garuda yang di jalan itu,” katanya mulai terpancing.

“Emang kenapa?”

“Masa gak punya rumah. Karunya... Nanti hujan jadi basah. Kalau siang dia haus mau minum bagaimana, tidak ada botol minumnya ya?” ucapnya penuh iba.

Glek! Itu rupanya masalahnya. Hihihi… Dasar balita ada-ada aja. Patung aja kudu punya rumah dan tempat berlindung dari panas dan hujan. Itu mungkin yang diinginkan Fahmi. Dia gak setuju dan melakukan perlawanan dengan tidak mau berfoto dengan patung burung garuda tersebut.

Baiklah, Nak. Kalau itu alasannya.

Hari ini 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Negara memperhatikan dengan serius dan menjadikan 1 Juni sebagai Hari Libur Nasional.

Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 lalu telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.

Sumber wikipedia

Di mana-mana eh di mendsos tepatnya ding! Soalnya saya gak kemana-mana dan tidak melihat tv juga hahaha! cuma buka hape dan hastag #sayapancasila #pancasiladasarnegara dan lainnya banyak jadi trending topik.

Banyak netizen menggaungkan keluhuran nilai Pancasila sebagai dasar negara. Meski tidak sedikit juga yang cuma komplain kok penanggalan di kalendernya tidak merah? Tapi tetap kebagian liburnya kan ya…

Saya kembali mengingatkan dan mengenalkan kepada Fahmi. Kalau hari ini hari libur nasional untuk memperingati Hari Pancasila. Kalau Hari Kesaktian Pancasila nya diperingati setiap tanggal 1 Oktober.

“Pancasila Fahmi masih ingat kan? Itu lho yang lambangnya burung garuda…”

“Iya tahu.” Katanya tetap cuek.

“Jadi 1 Juni adalah hari libur memperingati apa?” Tanya saya.

Fahmi merenung sejenak. Belum ngerti benar mungkin dengan pertanyaan saya.

“1 Juni adalah Hari Libur Nasional. Kenapa sekolah dan tempat kerja diliburkan?”

Tidak lama dia jawab: “Kan lagi peringatan Hari Burung…”

Glek!

2 thoughts on “Pancasila dan Balita”

  1. Karunya …
    (saya tersenyum mendengar alasannya)
    Pemikiran sederhana anak-anak. Kadang mengagetkan ya Bu …
    Tapi ini artinya Fahmi sudah ada jiwa welas asih. Punya rasa kasihan pada mahluk lain.

    “Ayo Mi … kita beli botol minum buat Burung Garuda tuk!”

    Salam saya Teh

    Reply

Leave a Reply to nh18 Cancel reply

Verified by ExactMetrics