Menangkap Hikmah dari Musibah

Kebetulan tema three days one post dari Tridop Ani Bertha kali ini bertepatan dengan kejadian bencana di Cianjur Selatan dan Sukabumi. Rabu kemarin (4 Desember) di sekitar tempat saya tinggal memang banyak terjadi bencana. Mulai longsor, banjir, sampai jalan amblas. Alhamdulillah saya dan keluarga masih ada dalam lindungan Tuhan, terhindar dari marabahaya.

Musibah bikin susah… (?)

Meski selamat, tapi dampak lain dari bencana itu saya dan keluarga ikut merasakan juga. Listrik sering mati, mungkin karena banyak jaringan yang rusak dan pihak PLN melakukan perbaikan sehingga meskipun tidak terkena bencana secara langsung, aliran listrik di rumah ikut mati. Karena satu gardu sementara dimatikan, demi keselamatan.

Internet juga timbul tenggelam. Dua hari berturut turut Kamis Jumat internet rumah mati. Eh Sabtu ada koneksi, Minggu nya mati lagi. Mengandalkan kuota ponsel yang juga loading lama butuh kesabaran ekstra banget.

Padahal anak juga sedang ulangan semester. Dan karena tim IT sekolah anak kejebak longsor, ditambah jaringan internet tidak stabil akhirnya ulangan semester dijadwal ulang.

Kebetulan tetangga dekat rumah ada yang kerja di telekomunikasi. Saat saya tanya apakah internet di rumahnya bagus, ternyata sama sedang gangguan. Katanya memang sedang ada perbaikan secara menyeluruh. Hadeuh, begitu repotnya ternyata tanpa listrik dan internet…

Jaringan internet terganggu bencana

Yang lebih parah perusahaan air daerah (PDAM) Sampai Selasa (enam hari pasca kejadian longsor) air masih mati. Malah beredar informasi air baru akan mengalir sekitar semingguan lagi. Ck…ck…ck… (Update: ternyata air PAM baru ngalir lagi dua minggu dari kejadian longsor, tepatnya 19 Desember)

Terus kami harus beli air bersih buat makan minum sampai kapan? Lah, walau air mati tapi PDAM tetap dibayar full, sementara dua mingguan ini untuk mencukupi kebutuhan air bersih kami mengeluarkan uang lagi. Pengeluaran jadi berkali lipat dong…

Kasihan itu mereka para tetangga yang tidak punya air sumur di rumahnya, saat PDAM tidak mengalir seperti sekarang ini, mereka sampai numpang mandi ke rumah yang memiliki air sumur.

Saya sendiri kalau untuk mandi dan nyuci menggunakan air sumur. Untuk makan minum beberapa hari ke belakang masih ada persediaan di bak dan toren di atas. Itu pun disambung beli air galon untuk minum dan air panas.

Kalau beneran sampai semingguan lagi air PDAM baru akan mengalir, fix, dana darurat bakalan keluar buat beli air galon lagi nih…

Air PAM mati

Bertepatan dengan gangguan internet kamis dan Jumat, ponsel saya juga mati tidak bisa di charge. Sepertinya karena aliran listrik yang tidak stabil itu, bukannya nambah daya, malah tekor sehingga ponsel panas. Beberapa bohlam lampu pun spaneng dan akhirnya mati. Sampai sekarang hp itu juga tidak bisa dibuka. Ke konter belum sempat dan cuaca juga kurang bersahabat.

Ketika saya pindahkan aplikasi WhatsApp ke ponsel lain, eh malah dianggap spam dan tidak bisa aktif. Waduh, jadilah lima hari ini saya tidak bisa akses WhatsApp. Secara harus melakukan peninjauan dan dari ponsel lain. Bukan ponsel yang ketika dipakai untuk WhatsApp malah dianggap spam ini.

Padahal banyak informasi terkait pekerjaan di aplikasi perpesanan tersebut. Bisa tertinggal dan kalau melewati batas tidak hanya jadi malu, tapi juga jadi utang, kan?

Beruntung ada Teh Lendy Agashi dan Bu Maria G Soemitro juga Mbak Dian Ravi dan Mom Icha yang mau saya repotkan. Saya hubungi mereka melalui sosial media dan telegram. Saat ada informasi penting di group saya minta tolong kepada mereka untuk share lagi informasi nya ke saya.

Paling tidak sampai nomor WhatsApp saya bisa diaktifkan lagi. Kalau tidak bisa, mungkin solusinya ya saya ganti nomor.

Nomor (akun) WhatsApp kena peringatan

Sedih banget pokoknya. Kok, perasaan ujian ini datang bertubi-tubi sekali. Tapi meskipun demikian ya dijalani aja. Tetap memaknai hidup meskipun segala serba terbatas.

Apa yang saya dapatkan ini tetap saya anggap sebagai suatu anugerah. Suka sepaket dengan duka dan rintangannya. Dan saya harus bisa menerima semuanya.

Tanpa ponsel ini ibaratnya saya ini kembali ke kondisi titik nol. Semua hilang, semua terputus, akses ke beberapa kegiatan mutung, lost kontak, semua jadi buntu.

Butuh kesabaran dan kesadaran tingkat tinggi untuk bisa menyikapi dan menjalani semua proses kekecewaan itu sehingga hati ini bisa menerima dengan penuh makna.

Saya tahu menghadapi kekecewaan dalam hidup adalah bagian dari perjalanan hidup yang tidak bisa dihindari.

Perbaikan listrik dampak bencana

Bagaimana Menyikapi Kekecewaan

Berikut beberapa langkah yang saya lakukan untuk mengatasi rasa kecewa atas kejadian yang tidak mengenakkan yang saya alami secara beruntun ini:

Menerima

Saya mengakui bahwa saat ini saya merasa sangat kecewa, sedih, marah dan kesal. Tapi menekan dan memendam emosi hanya akan memperburuk keadaan.

Maka saya biarkan diri ini ikut merasakan berbagai luapan emosi itu. Tetapi tentu saja sebatas kewajaran. Saya juga tidak akan membiarkan diri ini terjebak di dalamnya terlalu lama. Menerima sementara untuk bangkit dan menjadi lebih baik lagi…

Refleksi Diri

Saya melihat diri di depan cermin. Bertanya pada diri sendiri apa yang menyebabkan kekecewaan ini muncul?

Hingga berbagai spekulasi nampak. Karena harapan yang tidak realistis, karena kesalahan sendiri, juga karena faktor di luar kendali.

Ya sudah, bisa apa selain menerima?

Tidak Menyalahkan Diri Sendiri

Saya tidak menyalahkan diri, apalagi terlalu keras pada diri sendiri. Saya menyadari jika pada diri ini ada kekurangan karena pada dasarnya tidak ada yang sempurna dan semua orang pernah mengalami kegagalan.

Sebenarnya malu minta tolong ke teman karena nomor WhatsApp bermasalah disebabkan ponsel yang eror. Orang mungkin mencibir tinggal beli ponsel baru apa susah nya…

Ya, saya juga kepikiran itu. Andai semuanya mudah dilakukan seperti membalikkan telapak tangan…

Ambil Hikmah dan Pelajaran

Saya mencoba melihat permasalahan ini dari dua sisi. Sisi negatif dan juga sisi positif. Apa yang bisa saya pelajari agar lebih baik di masa depan?

Betul kalau ada pepatah yang mengatakan teman atau saudara sejati itu adalah yang tetap berada bersama kita, apapun keadaannya.

Speak up!

Curhat kepada teman, keluarga, atau bahkan seorang profesional bisa membantu meringankan beban emosional ini.

Seperti dulu akhir tahun 2022 waktu terjadi Gempa Cianjur yang merenggut ratusan orang meninggal dunia, ngobrol dengan psikologi saat sesi konseling di pengungsian itu memang bikin hati terasa lebih plong…

Berpikir Positif dan Tetap Bersyukur

Latih rasa syukur untuk hal-hal yang masih bisa kita terima dan rasakan dalam hidup ini. Semua itu bisa membantu bagaimana saya bisa melihat dunia dari perspektif yang lebih baik. Baik dalam keadaan suka maupun duka.

Akhir kata buat teman-teman yang sekiranya satu group WhatsApp job dengan saya mohon kiranya share informasi buat saya melalui sosial media, setidaknya sampai nomor WhatsApp saya bisa diakses lagi.

Terimakasih…

11 thoughts on “Menangkap Hikmah dari Musibah”

  1. Kadang “menerima” itu juga untuk banyak kasus sulit dan perlu proses dan waktu deh…meski pada akhirnya menerima tapi perjuangan untuk bisa menerima tuh kadang beradd nah setelah bs menerima akhirnya lebih ringan ke proses releasing

    Reply
  2. WA sekarang sensitif banget, teman ada yg jadi admin dan share link malah dikira spam. Paling penting nih kalau ada musibah, terima dulu dan harus yakin bisa melaluinya

    Reply
  3. Turut prihatin dengan musibah di Cianjur dan tempat lain juga. Terkadang Allah SWT menguji umatnya untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga diberikan kekuatan dan ketabahan untuk melewatinya. Semangat ya teh

    Reply
  4. Masya Allah, tulisan ini penuh makna dan inspirasi. Menangkap hikmah di balik musibah memang bukan hal mudah, tapi tulisan ini mengajak untuk terus bersyukur dan berusaha bangkit. Terima kasih atas pengingat berharganya.

    Reply
  5. Langkah pertama memang menerima, ya. Meskipun seringkali sulit. Tapi, kalau udah bisa menerima, biasanya akan lebih mudah ke langkah berikutnya. InsyaAllah setelah ini akan ada banyak kebaikan. Aamiin

    Reply
  6. duh kalau sekarang kayaknya sulit banget ya mbak kalau kita harus hidup tanpa handphone karena sekarang hp itu bisa membantu dalam berbagai urusan. musibah memang pastinya memberikan banyak pelajaran bagi kita ya untuk bisa menerima dan menyikapinya dengan bijak

    Reply
  7. Menerima memang bukan hal yang mudah, tetapi memang harus dijalani, dan semangat untuk melanjutkan hidup dengan baik, terlebih pastinya banyak dukungan dari orang terdekat dan keluarga

    Reply
  8. Ya Allah mba, turut prihatin sekali dengan situasi dan kondisi di sana. Kebayang betapa OVT nya saat harus mengalami listrik mati, internet gangguan bahkan air PAM pun terkena juga.

    Beneran titik nol, mode survival. Alhamdulillah mba sangat positive vibes sekali. Tetap bisa melihat semua hal ini dari sisi positif. Sehingga terselip rasa penerimaan, membuat hari berat terasa agak ringan. Semangat terus, semoga senantiasa diberikan keselamatan dan kesehatan .

    Reply
  9. Ya Allah, 2 minggu tanpa air bersih, susah internet, eh ini Whatsapp kenapa yak. Kebutuhan internet juga jadi kebutuhan sehari-hari. Kalau susah dihubungi nanti dikira mangkir atau apa. Alhamdulillah bisa mengambil hikmah dari sebuah musibah. Ini tuh jadi pengingat buatku bahwa manusia itu keciiil, ga ada apa-apanya dibanding Sang Pencipta.

    Reply
  10. Turut berduka citaaa, teh Oktii..
    Betul, rasanya ujian datang bertubi-tubi sampai kadang mikirnya jadi rusuh yaa..

    Senang sekali membaca optimisme teh Okti saat menghadapi ujian.
    Semoga Allah beri kemudahan demi kemudahan setelah ini yaa, teh.

    Tetap kuatkuat dan semangat.
    Barakallahu fiik, teh..

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics