Dahsyatnya Keridhoan Batita
Sempat gundah saat aku bangun justru terbangunkan oleh Fahmi.
Pagi kemarin 15 Desember aku berencana berangkat sepagi mungkin dari Sukanagara menuju ke Indramayu untuk selanjutnya melakukan perjalanan malam ke Ponorogo Jawa Timur.
Duh, pasti bakal sulit berangkat, secara Fahmi seolah tahu mau ditinggalkan. Nempel terus ikut kemana aku jalan. Ke kamar mandi, solat, sampai berganti baju Fahmi gak mau jauh- jauh.
Tapi tetap yakin, pasti semua ada hikmahnya. Toh aku keluar rumah jam 4 juga belum tentu ada mobilnya. Jadi ya sedikit sabar nunggu ridhonya batitaku ini.
Dibujuk neneknya lihat sapi, diikuti aku yang seolah mau ikut juga akhirnya Fahmi “terlepas” dariku. Aku langsung menyambar tas yang sudah disiapkan sejak semalam dan berganti sandal. Sekitar pukul lima pagi aku baru keluar rumah.
Alhamdulillah perjalanan lancar. Mulai dari Sukanagara langsung naik elf Ciogong. Boleh turun sebelum terminal Pasir Hayam. Padahal biasanya kan harus di dalam terminal saja.
Di Jebrod lewat bus Bineka. Aku lari-lari nyebrang tapi tidak keburu. Pas duduk, eh Bis MGI lewat. Kosong lagi. Langsung dech naik menuju Bandung. Tidak pakai lama.
Di jalan baru banyak dapat gambar bagus. Padahal cuma moto pake hp. Dari dalam bus yang lagi jalan lagi. Senang dapat momen yang jarang bisa aku dapat.
Niat pake Bus MGI tuh biar nyaman, dam cepet. Secara saat minggu kemarin ke Unpas di Cipatat Bandung Barat ada jalan amblas dan diperbaiki. Bikin macet karena lalin dibuat satu arah. Alhamdulillah pas tadi pagi lancar jaya. Jalan yang amblas sudah dipasang jembatan besi dan bus pun bisa melewatinya.
Lanjut ke Leuwi Panjang tidak begitu macet juga. Jam sembilan pas nyampe dan langsung naik Damri Leuwi Panjang Cicaheum. Jamnya macet sempat ketar ketir juga jangan jangan terlambat dan ketinggalan bis Damri ke Indramayunya. Tapi aku terus berdoa dan yakin akan keridhoan anak serta suami yang ditinggalkan.
Sampai Cicaheum jam 10. Bus blm datang. Aku duduk di bangku yang strategis. Tumben gak penuh. Biasanya banyak yang duduk di situ karena tidak panas dan suasananya nyaman. Aku jadi asyik punya waktu untuk sedikit bernafas. Pas di dekat bangku itu juga ada ibu penjual bakso. Aku memilih memesannya sebagai menu sarapan. Seger lagi bangun tidur nyantap yang panas dan pedes.
Selesai makan dan minum Bus Indramayu datang dengan tepatnya. Alhamdulillah masih keburu ternyata. Bus ini yang aku khawatirkan tidak keburu. Secara ke Indramayu buanya hanya ada beberapa saja dan diwaktu. Kalau aku ketinggalan yang pagi ini, itu artinya harus nunggu yang nanti siang, atau naik bus lain yang tidak tepat langsung ke tujuan.
Di perjalanan melewati Sumedang tidak terjebak macet juga. Padahal biasanya di Jatinangor, Tanjungsari, dan Cadas Pangeran itu suka banget pake macet berkepanjangan. Ini hanya sedikit macet saat di Tomo ada razia gabungan DLLAJR dan polisi. Banyak kendaraan menepi menunggu pemeriksaan selesai membuat jalan sempit dan tersendat.
Kondisi jalan pun sudah bagus. Tidak ada lagi lubang atau jalan berbatu. Hampir sepanjangnya sudah mulus dan hotmix. Sebagian malah masih baru dan sedang dikerjakan. Sangat bersyukur akhirnya bisa ketemu dengan kawan-kawan yang akan bareng berangkat ke Ponorogo sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Terimakasih atas keridhoan suami, anak, ibuku dan keluargaku hingga perjalananku menuju Ponorogo berjalan lancar
beruntung kka keluarga mendukung ya
Iya, alhmdulillah Mbak Winny 🙂