Membahagiakan Buah Hati: Kecil Tampaknya Besar Maknanya
Yang saya lakukan ini mungkin bernilai kecil dimata orang lain. Bahkan mungkin tidak ada nilainya sama sekali. Tapi ketika mengetahui betapa sorot mata menandakan betapa senangnya anak saya, hati ini merasa senang luar biasa. Sungguh perjuangan selama ini telah mengantarkan sebuah kemenangan yang terasa manis. Tidak ada yang sia-sia.
Senyum terpancar dari bibirnya yang mungil. Matanya mengerjap lucu. Tingkahnya jadi semakin agresif tidak mau diam. Tidak terkecuali ketika pramugari memberitahukan bahwa sabuk pengaman harus dikenakan dan penumpang diharap duduk tenang. Fahmi tetap saja pecicilan.
Sabuk pengaman dibuka dan dipasang berkali-kali setelah terlebih dulu kami ajarkan bagaimana caranya. Meja di depan kursi tidak luput dari percobaannya juga, dibuka dan dilipat lagi, berkali-kali. Bahkan tirai kaca jendela yang agak seret sekuat tenaga ditutup dan dibuka menimbulkan suara bising. Penumpang di belakang nya, seorang ibu-ibu tampak terganggu dan memasang muka agak masam.
Orang yang melihat mungkin tersenyum nyinyir. Anak desa masuk pesawat begitulah kelakuannya. Bikin suasana tidak nyaman. Tapi menurut saya masih wajar, karena ada serombongan anak remaja duduk dua baris di belakang saya, kelakuan mereka justru membuat kegaduhan melebihi yang anakku lakukan. Suara tawa dan obrolan mereka keras bikin berisik di telinga.
Tapi meski begitu saya tentu saja tidak membiarkan Fahmi berbuat sesuka hati. Bagaimanapun dia harus diberitahu. Dengan lemah lembut saya terus ingatkan. Tapi itulah Fahmi. Kelakuan anak-anaknya sama sekali tidak lantas berhenti manakala kami sampaikan bagaimana seharusnya duduk tenang ketika memasuki pesawat apalagi sebentar lagi pesawat akan terbang.
Dia sudah terlalu gembira dengan kenyataan yang dialaminya. Naik pesawat adalah keinginan yang sering diutarakan nya kepada kami. Bahkan sampai merengek menangis-nangis.
Jadi ketika apa yang selama ini dimimpikannya terbukti, dia pun dengan polosnya mengekspresikan semua itu dengan kelakukan kekanak-kanakannya. Kebahagiaan seorang anak ketika permintaan nya terpenuhi.
“Bu, kita teh ini naik pesawat?” tanyanya seolah membuktikan jika apa yang dialami nya bukan mimpi.
“Iya. Ini kita naik pesawat. Ami duduk yang baik, jangan ribut nanti mengganggu orang lain. Ami mau naik pesawat kan? Ini sudah naik…”
“Hore… Ami naik pesawat…!” teriaknya tertahan, girang.
“Sttt!”
Setelah berkali menasihati akhirnya bocah yang sebentar lagi memasuki usianya yang ke lima tahun ini bisa duduk tenang. Tapi dengan syarat katanya lampu di atas kursinya harus dinyalakan.
Kami berdoa meminta keselamatan dan kelancaran selama perjalanan yang akan kami lakukan. Bismillah…
Rasa syukur ini tidak terkira. Setelah penuh drama dan perjuangan yang berdarah-darah akhirnya putraku, Fahmi bisa kesampaian juga naik pesawat.
Mungkin kalian anggap halah, naik pesawat aja pake dibesar-besarkan. Tapi bagi kami hal itu memang harus diperjuangkan. Menabung dengan ketat, bekerja keras demi tercapai suatu niat, ditambah dukungan moral maupun spiritual manakala terlambat boarding saat mau naik pesawat itu sesuatu banget pokoknya. Sebuah perjuangan kecil tapi bermakna besar. Drama kepanikan yang berbuah kebahagiaan.
Apa hikmah yang bisa kami petik dari hal tersebut?
Selain rasa syukur tentu saja semangat kerja keras dan kegigihan yang harus diperjuangkan manakala kita punya keinginan. Tidak melulu kepada anak, orang tua atau keluarga tetapi kepada siapapun dan hal apapun.
Maka segala perjuangan dan upaya terasa terbayar sudah manakala menyaksikan hasilnya bisa dinikmati dan membahagiakan orang dekat yang kita sayangi.
hehe semua anak2 pasti happy nyobain pertama kali naik pesawat, anakku belum pernah naik pesawat, lagi nabung juga teh biar bisa ajak anakku nyobain kereta bandara trus naik pesawat … enggg akhir2 ini anakku minta ke singapore gara2 iklan tv, semoga bisa wussss ke sana
Wah semoga tercapai ya mbak…
Salam sayang buat anaknya 🙂