Meski bulan puasa masih sekitar dua bulan lagi, namun rencana untuk papajar, atau munggahan atau istilah lainnya yang mengarah kepada acara menyambut datangnya bulan suci Ramadan sudah mulai dipikirkan.
Sejak pulang dari merantau, dua kali menyambut bulan puasa diisi dengan papajar makan bersama dengan keluarga besar di objek wisata air Jangari. Memancing, bakar ikan, belanja ikan buat oleh-oleh, dan jalan-jalan memakai rakit atau perahu, itu yang biasa dilakukan di Jangari sana.
Jelang bulan puasa kali ini, setelah ada Fahmi, ingin rasanya mencari suasana yang beda. Tapi main ke mana ya? Kalau ke luar Cianjur, rasanya belum mungkin mengingat Fahmi masih kecil dan di rumah ada ibu yang tengah sakit. Tapi kalau hanya main di objek wisata Cianjur saja, rasanya kok masa itu-itu saja?
Objek wisata di Cianjur memang belum dikelola secara optimal. Misalnya saja objek wisata yang sudah terkenal di utara Cianjur, Jangari. Meski lokasinya ada di jalur ramai, tapi tetap saja belum maksimal dalam sarana maupun prasarananya. Apalagi objek wisata yang ada di Cianjur Selatan? Curug Citambur, Pantai Apra, Sereg, dan Pantai Jayanti, bagaimana mau ada peningkatan sarana dan prasarana la wong jalan menuju ke sana saja masih dan tetap ancur-ancuran?
Jika Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur Tedy Artiawan mengatakan kalo pihaknya masih terus berupaya, hehe… Apanya yang terus diupayakan? Dari dulu gitu-gitu saja kok! Apanya yang ditata?
Kebanyakan upaya, kebanyakan pemikiran, tapi nyatanya dibangun tidak. Lalu anggarannya pada kemana tuh?
Kalo tahu fasilitas umum itu diperlukan, ga usah banyak gembar-gembor, segera saja jalankan. Nanti masyarakat sendiri juga bisa menilai. Mana yg benar-benar jalankan kerja, dan mana yang cuma omong doang…
Fasilitas yang sangat dibutuhkan sebagai penunjang pariwisata segera adakan. Jangan hanya bisa berdalih tidak ada biaya. Apa mau disumpahi rakyat jika biaya yang seharusnya dipakai untuk pembangunan tapi larinya malah ke kantong pribadi?
Terus saja bilang pihaknya akan mengupayakan supaya anggaran untuk pengelolalan objek wisata bisa kembali ditingkatkan. Setinggi apapun peningkatannya, kalau pejabatnya mata duitan alias maruk, uang pembangunan diembat terus, sampai kapan pun pembangunan tidak akan ada peningkatannya.
Sudah jadi rahasia umum kenapa Cianjur jauh tertinggal di banding Sukabumi dan Tasikmalaya, Garut dan atau Pangandaran. Padahal sama-sama punya potensi alam yang berbatasan dengan laut pantai selatan. Ya karena pejabatnya yang menilap uang anggaran pembangunan. Nanti dulu menyejahterakan rakyat, yang penting sendiri dulu kaya dan balik modal. (Ol)