Ahad Wisata Keluarga Petualang: Berenang di Kolam Renang TerpanjangÂ
Sudah dua hari dari Sabtu kemarin cuaca cukup bersahabat. Cerah saat siang hari, terang karena bulan purnama saat malamnya. Sabtu kemarin kami hanya di rumah, karena kebetulan ada tamu. Beberapa orang murid suami datang menginap karena akan ikut Olimpiade Sains Nasional ke tingkat kabupaten.
Baru hari Minggu ini kami merasa ada waktu untuk kembali memanjakan Fahmi. Saat ditanya mau bermain ke mana, tidak kami sangka Fahmi menjawab mau main ke pantai lagi. ((Lagi))… emang kapan main ke pantai?
Oalah, yang dimaksud pantai oleh Fahmi adalah sungai Cijampang, yang mengalir alami sekitar 300 meter dari rumah. Ya, mungkin karena dua minggu lalu kami pernah mampir untuk cuci kaki sepulangnya dari kebun. Saat itu di pinggiran sungai ada endapan pasir yang membentang cukup luas dan Fahmi sempat bermain pasir serta airnya. Nah, mungkin itu yang dimaksud Fahmi pantai. Jadi bukan pantai sesungguhnya pertemuan antara laut dan darat.
Okelah, kami menyetujui bermain ke pantai ala-ala ini. Selain murah meriah, bersih juga dekat. Kami bisa punya sisa banyak waktu untuk melakukan hal lain karena pantai yang dimaksud Fahmi jaraknya masih di sekitar kampung. Pulang pergi tak sampai sepuluh menit. Tidak makan banyak waktu.
Tapi meski ini pantai ala-ala, namun saya mempersiapkan segala sesuatunya seperti mau ke pantai beneran saja. Mulai dari makanan, minuman, peralatan main pasir Fahmi, baju ganti, tikar dan payung sampai ponsel dan tongsis. Iyalah, ga ada dokumentasi entar gak seru dan dibilang hoax lagi 🙂
Lima menit kemudian kami sudah berada di pantai impian. Inilah pinggiran sungai Cijampang, sungai yang berada dan membelah Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur bagian selatan. Sungai yang aliran airnya cukup tenang, bersih dan masih alami. Kalau musim kemarau panjang datang, banyak warga sekitar yang menjadikan aliran sungai Cijampang ini sebagai pengganti air sumur yang kering untuk mandi, mencuci dan penggunaan lainnya.
Saat kami  bermain, kondisi sungai terlihat cukup bersih, tidak ada sampah. Namun ternyata bukan karena kesadaran warga yang sudah tahu betul untuk tidak membuang sampah ke sungai, karena saat kami bermain, di seberang sungai justru ada seorang perempuan yang rumahnya di pinggir jalan Raya Pagelaran membawa dua tas kresek dan melemparkannya begitu saja ke aliran sungai. Kami sangat prihatin melihatnya. Kami tahu pasti itu plastik yang dilempar nya adalah sampah-sampah yang dibuang. Duh semoga dia segera sadar bahwa membuang sampah plastik ke sungai adalah kesalahan besar.
Air sungai yang dingin, membuat kulit terasa segar manakala langsung terkena sengatan matahari pagi yang sedang hangat-hangatnya. Sambil tiduran, sambil main ciprat-cipratan selalu kami serukan kalimat: “Jangan takut hitam! Sinar matahari itu sehat…” Alhasil payung yang kami bawa hanya meneduhi tikar dan barang bawaan saja.
Meski keinginannya main ke “pantai” namun ia masih ketakutan untuk bermain air atau mandi di sungai. Saat saya ajak berendam, saat ayahnya menggendongnya untuk mencuci tangan setelah makan, Fahmi berontak keras dan menangis ketakutan. Maunya hanya bermain dan berlarian di pinggiran. Salah satu pemahaman terkait Fahmi buat kami bahwasanya ia perlu waktu adaptasi yang lama untuk bisa meyakinkannya.
Bermain istana pasir, bermain lempar kerikil ke air dan memancing bohong-bohongan jadi permainan yang disukainya tanpa diminta. Sempat belajar menulis dan tebak huruf di pasir basah namun tidak lama, ia keburu bosan sepertinya.
Banyak warga sekitar yang lewat di jembatan gantung melihat kami seperti aneh. Iyalah buat mereka sungai tidak terlalu istimewa. Mungkin mereka pikir apa asyiknya main di sungai? Tapi banyak juga anak-anak sekolah dan remaja yang nongkrong-nongkrong saja di atas jembatan dan sesekali melihat kami di bawah setelah diselingi foto-foto selfienya. Hari Minggu ternyata lokasi sarana wisata buat ABG di Pagelaran itu salah satunya jembatan gantung. Hehehe…
Puas berendam di air sungai, eh, berenang di kolam renang terpanjang maksudnya ding! Hahaha… Berasa cukup berjemur di bawah mentari pagi dan kenyang menghabiskan bekal, akhirnya kami memilih beres-beres semua peralatan dan cus pulang. Tidak sampai lima menit kami pun sampai di rumah. Bergegas bersih-bersih (lagi) mandi beneran di rumah dan merasa liburan ala-ala keluarga  petualang ini tidak kalah kualitasnya dibanding liburan jauh-jauh ke luar daerah.
Wah sepi ya mbak? Jadi serasa milik sendiri hehe
Kolam pribadi kayaknya nih:)
Ya ampun lucu banget sih mbak, sungai rasa pantai 😀
Seneng pastinya ya kecipuk2 main air di sana 😀
hahhaa…lucuuu bangeet gogoleran di pasir teeh..
Fahmi nunjuk apa sih? ada putri duyung di sungai?
Wah, seru ya teh..airnya juga bening trus dipinggir itu serasa main di pantai beneran yaa
kok keliatannya sepi ya mbak