Idola Relawan Bencana

Hujan terus mengguyur. Hawa dingin tidak bisa dihindari. Tapi tangan ini justru merasa panas dan keras. Efek dari kena air kotor mungkin, dan terus-terusan pegang air karena pasca banjir bandang Jumat 17 Desember lalu. Banyak banget barang yang harus saya cuci… menimbulkan kulit jadi kering, mengelupas, gatal dan sakit karena kulitnya pecah-pecah.

Tapi saya usahakan untuk terus bisa menyelesaikan artikel ini. Karena ada banyak idola yang ingin saya temui. Meski tidak banyak apa saja yang akan dilakukan jika bertemu, selain mengucapkan terima kasih dan mungkin mendoakan semoga kebaikan berlebih selalu melimpah kepada mereka.

Kamu harus tahu, idola saya bukan artis, musisi, atau bintang film. Idola saya saat ini adalah mereka para team relawan di Gempa Cianjur dan Banjir Bandang Sukanagara Cianjur Selatan.

Semua mungkin sudah tahu, jadi relawan itu sesungguhnya tidak mudah. Panggilan kemanusiaan tanpa imbalan dan jasa ini tidak bisa diikuti oleh sembarang orang. Hanya manusia terpilih yang punya keberanian tinggi dan keikhlasan yang mumpuni yang bisa melaluinya.

Padahal jadi relawan tidak memiliki upah layaknya bekerja pada umumnya. Yang ada, jadi relawan itu banyakan dukanya daripada sukanya.

Team relawan tidak hanya berjibaku dalam lingkup itu saja. Dalam masa tanggap darurat gempa Cianjur kemarin, relawan juga banyak yang mendirikan dapur umum, membantu proses pencarian orang hilang atau SAR, membantu menyalurkan logistik, trauma healing, hingga bantuan komunikasi.

Relawan pun mengumpulkan donasi dari pihak lain untuk membantu masyarakat terdampak gempa. Mulai bantuan logistik, pakaian baru dan bekas layak pakai, terpal, sembako, kasur, popok bayi, oba-obatan hingga susu bayi.

Cerita seorang relawan yang mengisahkan suka duka menjadi relawan di Gempa Cianjur. Menurutnya sukanya jadi relawan mungkin saat bisa membantu korban karena setelah itu ada kepuasan batin tersendiri. Karena relawan pada dasarnya bekerja tanpa imbalan. Jadi walaupun cape tapi terbayarkan dengan wajah gembira mereka yang merasa terbantu dengan adanya team relawan ini.

Berbanding terbalik dengan dukanya yang bila diabsen, ternyata cukup banyak juga. Masalah pribadi saja, mulai istirahat yang sebentar dan tempat jauh dari kata nyaman karena cuma di tenda, penghuninya banyakan, plus cuaca buruk sering dialami bikin tidur tidak maksimal.

Ada kisah duka juga dari soal makan yang dijatah dan sedapatnya bergantung dari kiriman dari relawan dapur umum, dan pakaian sendiri yang istilahnya dicuci karena air hujan, lalu kering saya dipakai melekat di badan.

Belum lagi duka dari kondisi di tempat gempa itu sendiri. Seperti kendala untuk menjangkau desa yang aksesnya sulit, padahal harus ke sana untuk mengantarkan bantuan. Team relawan pasti bingung untuk transport ke sana karena aksesnya tidak mudah.

Memang bukan hal mudah menjangkau pengungsi gempa Cianjur yang masih minim menerima bantuan baik berupa makanan atau kebutuhan darurat lainnya. Lokasi pengungsi yang tersebar dan minimnya akses jalan membuat pendistribusian logistik untuk penyintas gempa Cianjur mengalami kendala.

Bahkan relawan pun harus berjalan kaki cukup jauh untuk memberikan bantuan. Sampai akhirnya logistik pun gagal terkirim hari itu dan baru bisa sampa hari berikutnya. Bagaimana tidak sedih?

Selain jalan di lokasi bencana sempit, puing-puing rumah pun banyak yang menghalangi jalan sehingga akses transportasi menjadi tersendat.

Relawan gempa Cianjur tidak hanya identik dengan membantu mencari korban. Tapi ada juga para chef cantik karena mereka adalah perempuan-perempuan tangguh yang mau meluangkan waktu, keahlian dan tenaga demi kemanusiaan.

Ya, para relawan ini adalah juru masak yang notabene ibu-ibu senior dalam hal dunia memasak. Mereka pun ikut andil dari sisi meramu masakan menjadi makanan yang sehat dan bergizi bagi siapa pun khususnya para relawan lainnya.

Terharu mendengar kisah para ibu hebat ini. Mereka berani datang ke lokasi bencana yang saat itu masih sering terjadi gempa susulan. Dukungan dan doa dari keluarga pastinya selalu menyertai. Mereka bukan mengenyampingkan tanggung jawab terhadap keluarga, tapi panggilan ibu pertiwi membulatkan tekad untuk mengabdi.

Mereka para relawan dapur ini memperhitungkan nilai gizi agar para relawan yang bertugas mencari korban, membantu mengangkat puing-puing rumah yang roboh atau siapa pun yang menikmati makanan merasa kenyang, lezat, sehat dan nikmat.

Terima kasih juga ingin saya sampaikan kepada kakak relawan yang jadi idola anak-anak. Banyak kaum milenial yang tergerak hatinya untuk memberikan pemulihan terhadap para korban gempa Cianjur, khususnya anak-anak.

Meski banyak kakak relawan yang tidak memiliki bekal ataupun latar belakang ilmu psikologi yang mumpuni untuk membantu pemulihan mental korban gempa, tapi mereka tetap semangat mendampingi anak-anak korban gempa dengan tulus.

Berbekal niatan ingin ikut membantu trauma healing sebelum menuju lokasi pengungsian, banyak kakak relawan yang lebih dahulu menyiapkan segala perbekalan yang dibutuhkan. Mulai dari kertas gambar, krayon, mainan, hingga hadiah untuk anak-anak korban gempa. Semua inisiatif sendiri, hasil urunan relawan maupun para donatur yang ingin menitipkan bantuan.

Dalam menjalankan aksinya, para relawan sangat antusias mengajak bermain anak-anak di pengungsian. Mulai dari bernyanyi bersama, senam dan olahraga, menggambar hingga mewarnai, sampai permainan tradisional yang dilakukan dengan kekompakan. Tidak lupa menyisipkan ilmu peduli lingkungan supaya anak terbiasa sejak dini membuang sampah pada tempatnya dan tidak merusak lingkungan.

Semuanya dilakukan secara bergantian sesuai urutan hingga akhirnya ditutup dengan pembagian hadiah untuk masing-masing anak.

Wajah bahagia terpancar jelas ketika anak-anak sedang bermain dan bercanda di sekitar tenda pengungsian. Gelak tawa tak henti bersahutan selama agenda pemulihan.

Adanya program trauma healing ini berharap semua anak yang sempat sangat trauma pasca insiden gempa menjadi lebih bahagia dan memahami kondisi.

Banyak anak yang awalnya hanya menangis karena ketakutan kini mulai tersenyum dan ceria. Karenanya, siapa pun pasti ingin berterima kasih terhadap para relawan yang mau bersusah payah memulihkan trauma anak-anak korban gempa. Termasuk saya.

Tersebut hanya sebagian relawan yang saya bisa ceritakan. Karenanya, jika ada idola yang ingin saya temui, merekalah yang saya inginkan. Para relawan dari berbagai kalangan. Tidak banyak yang ingin saya lakukan, karena selain tak mampu melakukan apapun, saya hanya bisa mengucapkan terimakasih…

Terima kasih para relawan, idola di lokasi bencana untuk semua dedikasinya…

18 thoughts on “Idola Relawan Bencana”

  1. Alhamdulillah kemarin temen2 relawan dari kantor bisa ke Cianjur langsung menyampaikan amanah dari Jember untuk Cianjur.

    Suka dan duka menjadi bagian dari kehidupan relawan, but so far selalu suka, apalagi bisa menghadirkan kebahagiaan bagi pengungsi, khususnya adik-adik. Semoga semua bisa bangkit, dna negeri ini dijauhkan dari bencana. Aamiin. Semangat Teh Okti dna semuanya si Cianjur.

    Reply
  2. Nggk nyangka sih jadi relawan banyak banget kesulitannya, bahkan untuk membantu para pengungsi, relawan harus siap kapanpun, padahal mereka juga mungkin dalam kesulitan, seperti jalanan yg terjal dan lainnya. Semoga para relawan diberikan kesehatan dan mental yg kuat

    Reply
  3. Ya Allah. Aku terharu mendengar cerita para idola itu.

    Memang benar. Bukan hal mudah memutuskan untuk menjadi seorang relawan. Pekerjaan yang nggak mendapat bayaran.

    Tapi, panggilan kemanusiaan sungguh nggk bisa begitu saja diabaikan.

    Salut untuk para relawan.

    Reply
  4. Beneer kak jadi relawan itu berat banget lho. Sudah kerjanya gak dibayar, kudu kerja ini itu dan nolongin korban bencana. Beresiko juga kalo ada yang marah karena merasa bantuan yg diberikan masih kurang. Makanya salut Ama mereka yg jadi relawan dan mengorbankan waktu serta tenaga untuk menolong para korban bencana.

    Reply
  5. Semoga lekas pulih seperti sedia kala yaa Teh Okti. Saya doakan semuanya selalu sehat dan makin banyak relawan yang datang untuk membantu korban bencana.

    Panjang umur untuk para relawan yang telah berjuang

    Reply
  6. Semoga Cianjur lekas pulih.
    MashaAllah~
    Aku suka sekali dengan foto terakhir.
    Ekpresi nyata seorang anak di lokasi pengungsian.

    Semoga Allah limpahkan banyak kemudahan di balik kesulitan.
    Sehat selalu untuk teh Okti sekeluarga.

    Reply
  7. salut banget sama mereka yang mau menyisihkan waktu dan tenaganya untuk menjadi relawan di daerah bencana. pastinya kehadiran mereka menjadi anugerah tersendiri bagi para korban bencana dan juga menjadi catatan amal jariah nantinya

    Reply
  8. Terlepas dari cerita negatif bencana di Cianjur, relawan ini patut diapresiasi. Soalnya kerjaan mereka banyak dan memastikan bantuan bener2 diterima.

    Semoga Cianjur dan daerah lainnya yang terkena bencana bisa bangkit kembali. Kisah2 relawan pasti banyak dicari krn dari mereka kita bisa tahu kondisi di lapangan sebenernya.

    Reply
  9. salah satu sahabat saya aktif menjadi tim relawan di cilacap, bersama tim damkar kalo gak salah dan kemarin sempat juga jadi relawan di cianjur loh. saya selalu setia mantengin story dia di status whatsapp, subhanallah ya perjuangan banget. apalagi ini jaug dari cilacap. tapi memang betul, ada kepuasan batin ketika bergabung bersama tim relawan, begitu kata sahabat saya itu.

    Reply
  10. MasyaAllah.

    Semoga segala perjuangan yang dikerahkan oleh para relawan menjadikan beliau-beliau ini dilimpahi keberkahan hidup.

    Kebayang sih segala upaya yang mereka perjuangkan demi menguatkan saudara-sauadara yang menjadi korban bencana.

    Reply
  11. Dari dulu saya salut dgn relawan. Dia tidak hanya mampu menaklukkan diri sendiri, tp jg harus berusaha keras menaklukkan keluarga. Sebab relawan ini tanpa upah. Dan ini berat keluarga biasanya menerima. Semoga Allah membalas kebaikan belipat ganda bagi kalian wahai para relawan sejati

    Reply
  12. Selalu salut sama para relawan teh. Etapi ya Teh, untuk sebagian orang, bisa meringankan beban sesama adalah kebahagiaan tersendiri. Mungkin begitu pula dengan para relawan tersebut.
    Untuk Teh Okti dan warga lainnya, semoga Cianjur segera bangkit. Semangat selalu ya, Teh

    Reply
  13. Ibu-ibu hebat ya bisa jadi relawan masak untuk pengungsi bencana, bermanfaat bagi banyak orang, terlebih yang sedang mengalami kesusahan seperti masa tanggap darurat bencana Cianjur ya.

    Reply

Leave a Reply to lendyagassi Cancel reply

Verified by ExactMetrics