Keluarga Bringka

Keluarga Bringka

Mulai tanggal 1 sampai 7 Maret, Fahmi diajak ayahnya ikut pendidikan dasar kilat mengenai ngaji kitab kuning (amsilati) secara pasaran. Dalam arti sistem pembelajarannya terbuka, diikuti oleh umum, tidak hanya kalangan santri yang mondok di pesantren.

Seharusnya Diklat Amsilati ini dilakukan bulan Syaban, atau Romadon. Tapi karena ustadz pengajarnya ada halangan, jadi jadwal diklat dimajukan. Perlu diketahui, metode baca kitab kuning secara amsilati ini hanya dimiliki oleh pondok pesantren tertentu dan pengajarnya juga terbatas.

Tapi hal ini ibarat jadi kesempatan baik untuk Fahmi dan ayahnya. Secara minggu pertama Maret ini kan ada beberapa hari yang bertepatan dengan tanggal merah, jadi bisa dibuat sebagai kegiatan pembelajaran pengisi liburan. Soalnya kalau bukan hari libur nasional, mana bisa bolos sekolah atau kerja.

Seharusnya Fahmi dan ayahnya mondok. Tapi setelah melihat jarak pesantren dengan rumah kami di Karangtengah Cianjur juga jam jadwal pembelajaran yang bisa diikuti, maka ayah Fahmi memutuskan untuk tidak menginap di pondok.

“Selama ikut diklat kita pulang pergi dari rumah saja, soalnya bisa mengejar waktu dan kita bisa mengerjakan hal lain di rumah,” jelas pak suami.

Okelah, itu dalam arti, saya harus ikut ke rumah yang di Cianjur kota. Sekitar 2,5 jam kendaraan dari rumah kami di Pagelaran Cianjur Selatan. Untuk apa? Ya menemani mereka yang mau ikut diklat amsilati.

Padahal kalau dilihat dari kepentingannya, sebenarnya saya “tidak ada urusan”. Toh saya tidak ikut diklat, saya pun bisa mengerjakan hal lain di rumah di Pagelaran ini. Tapi saya mengerti, peran saya disini sangat diperlukan oleh anak dan suami.

Jika ada yang mengenal saya secara offline, mungkin pernah atau bahkan sering melihat jika ada acara, baik yang berkepentingan saya saja, atau suami saja, tapi kami selalu berangkat bareng-bareng. Bahkan anakpun jika boleh, selalu dibawa.

Tidak aneh kalau kami dijuluki Keluarga Bringka kependekan dari keluarga yang suka bring kaditu bring kadieu (bahasa Sunda, yang artinya kira-kira kemana saja pergi selalu bersama).

Keluarga Bringka
Sebagian kebersamaan keluarga bringka

Orang mungkin berpikir ini istrinya kok ngintilin suami terus ya, atau merasa heran kok suaminya kaya gak percaya sama istri, selalu saja mengantar dan mendampingi.

Hallow, sebenarnya jika ada yang berpikiran demikian, saya pikir mungkin ilmu keislamannya belum sampai. Kenapa begitu? Ya karena dalam Islam bukankah diajarkan suami istri itu ada untuk saling melengkapi, saling menjaga dan berperan penting untuk satu sama lain?

Ketika suami saya ada kegiatan, saya pasti menawarkan diri, apakah saya harus ikut? Jika suami membutuhkan, ia pasti akan dengan senang hati bersedia ditemani. Tapi jika suami merasa mampu dan lebih baik sendiri, saya pun dengan taat mengikuti sarannya. Tidak ngotot memaksakan diri.

Begitu juga sebaliknya jika saya ada acara, saya berusaha untuk tahu diri bahwa saya akan merasa lebih baik jika didampingi suami (atau mahram) makanya sebisa mungkin jika ada keperluan, kalau bisa yang bisa diikuti suami. Atau paling tidak jika suami bisa, beliau yang mengantar dan menjemput saya. Jadi apapun yang kami lakukan, saya dan suami satu sama lain saling tahu, mengerti dan memahami. Jelas, tidak ada hal sedikitpun yang disembunyikan.

Tapi masyarakat kita mungkin belum sampai ke sana pemahamannya. Makanya ketika saya atau suami selalu bersama kesana kemari, masih ada yang rajin ngomongin.

Lah, padahal kenapa harus digunjingkan ya, sementara kami ini pasangan halal dan bahkan kewajibannya (suami menjaga istri dan istri taat pada suami). Kalau saya pergi dengan suami orang lain, atau suami saya ngantar-ngantar istri orang, itu baru wajar dipertanyakan. Kalau suami istri kesana kemari selalu berusaha bersama, bukannya itu adalah hal yang sepatutnya?

Sebenarnya, nilai yang terkandung dari kebersamaan kami, adalah menjaga sikap dan perasaan jika satu sama lain sebenarnya memang berperan penting dan dibutuhkan.

Saya sangat bersyukur jika kemanapun suami dan anak pergi, peran saya sangat dibutuhkan. Di luar sana bukankah banyak yang merasa tidak berarti karena pasangannya sudah tidak peduli lagi? Atau anak yang justru lebih nyaman mencari perhatian di luar daripada curhat ke orang tuanya sendiri?

Karena itu seminggu ini saya dengan senang hati menemui anak dan suami mempelajari metode membaca kitab kuning meski saya sendiri bukan peserta. Saya bukan istri yang hebat atau sempurna sehingga selalu ada untuk anak dan suami. Saya hanya seorang perempuan yang justru tidak cukup pendidikan, tak mampu pula dalam hal keduniawian.

Saya hanya mencoba memahami jika peran saya di luaran tidak ada seujung kukunya teman-teman. Tapi peran saya sebagai istri sekaligus seorang ibu ternyata sangat penting dan dibutuhkan paling tidak oleh suami dan putra saya sendiri.

Sesederhana dan sereceh itu peran saya dalam kehidupan sehari-hari tapi saya yakin tidak semua keluarga bisa menjalankannya.

 

48 thoughts on “Keluarga Bringka”

  1. hahaha teh okti, bisaan aja ih sebutannya, keluarga bringka, seru atuh ya ngabring kesana kemari, keren mba fahmi welcome yaa belajar hal-hal baru mau ikutan belajar sama ayahnya

    Reply
  2. Saya termasuk sering ke mana-mana bersama keluarga. Gak tau juga sih sampai diomongin atau enggak. Tapi, saya mah cuek aja, lah. Selama suami dan anak-anak seneng dengan kebersamaannya. Biarkan aja dengan sikap orang lain. Kan, gak menyakiti hati mereka juga 😀

    Reply
  3. hihihi ternyata Keluarga Bringka kependekan dari keluarga yang suka bring kaditu bring kadieu

    karena saya mengenal keluarga Teh Okti sejak Fahmi masih bayi, ketika ortunya sedang ikut workshop, Fahmi jalan kesana kesini, lucu pisan

    semoga selalu sehat ya Teh, agar selalu bringka

    Reply
  4. Tadinya saya kira artikel ini review film atau drakor baru yang judulnya “Keluarga Brinka”, ternyata BRINKA artinya sekeluarga yang selalu bersama. Dalem banget maknanya…
    Semoga selalu bersama hingga ke jannah ya…

    Reply
  5. Udah pasangan yang sah di mata hukum manapun masih juga diomongin Teh jalan berdua?
    Haddeh, piye toh, lah ada udah halal mah biarin aja haha.. malah kan bagus jalan dengan mahramnya

    Reply
  6. Pertama baca judul, Keluarga Bringka. AKu kira siapa. Mungkin temen atau saudara Teh Okti. WKwkwkkw… ternyata keluarga bring ka ditu, bring ka dieu. Keren. Kompak. Aku kepengen deh bisa begitu lagi. Ke mana-mana bareng-bareng terus. Tapi kayaknya sekarang mah gak mungkin. 2 anak yang gede udah pada gak mau diajak-ajak. Jadinya paling 2 bocil yang ikut. Seru ya bisa ke mana-mana bareng. Btw, keren deh Fahmi. Ilmu agamanya semakin nambah. Mugia soleh sareng pinter, Fahmi. 🙂

    Reply
  7. Peran kita di mata anak dan suami pasti selalu besar, Mba, karena istri adalah pemberi kebahagiaan dalam rumah tangga, makanya penting banget tuh memikirkan kebahagiaan istri agar rumah tangga juga bahagia

    Reply
  8. Paling suka aku kalo suami ada tugas luar ikut ngintilin juga, bukan kepo atau apa sih, tapi suami yang menawarkan dan akunya juga senang ikut hihi.. kan kalo istri happy rejeki suami ngalir terus yaa, nah salah satu yang bikin aku happy ya jalan-jalan

    Reply
  9. Kalau enggak baca ini enggak ngeh kalau bringka itu adalah singkatan. Apalagi bahasa Sunda pula. Tapi emang bener sih semakin sering bersama semakin bahagia dan semakin bagus kualitas hidup keluarga.

    Reply
    • Bener juga kak Nisa.
      Jadinya bisa sekalian quality time bareng, karena kan memang momennya pas dan suasana juga makin cair

      Reply
  10. Lucu juga nih Bringka. Kirain ini nama keluarga gitu. Ternyata dari bahasa Sunda. Hehe..

    Jujur, lingkunganku pesantren semua dari semua arah. Bahkan Pondok Gontor Putri 5 juga ga jauh dr rumah. Ayah jg anak pesantren. Tp anak2nya malah ngga ada yg diajarin dan dipondokin. Pernah sih adek dipondokin. Tapi hanya bertahan sehari. Lgsg dia pulang jalan kaki krn emg ga jauh dr rumah. Dia ngga betah.

    Kalo aku sih emg ga pernah dipondokin dr awal. Ngga tahu kenapa. Wkwk. Malah sejak awal disekolahin di sekolah umum. Kalo adek msh di madrasah.

    Aku sih masih bisa ngaji kitab kuning krn dulu pas ngaji di TPA prnah diajarin meski ngga lama. Jd cuma sekadar bs aja. Blm lengkap full satu kitab sih.

    Reply
  11. Wkwkwk.. kirain tadi apa Keluarga Bringka itu ternyata oh ternyata kami juga termasuk. Suamiku mau kemana aja selalu boyong kami sekeluarga mbak. Katanya males kalau keluar sendiri. Jadi semenjak menikah bisa dihitung dia jalan sendiri (kecuali saat ngantor).

    Reply
  12. Wkwkwk.. kirain tadi apa Keluarga Bringka itu ternyata oh ternyata kami juga termasuk. Suamiku mau kemana aja selalu boyong kami sekeluarga mbak. Katanya males kalau keluar sendiri. Jadi semenjak menikah bisa dihitung dia jalan sendiri (kecuali saat ngantor)..

    Reply
  13. Lha iya kan emang sebagai perempuan kalau safar harus ditemani mahram. Kalau belum bersuami bisa ditemani ayah atau saudara kandung laki2. Tapi ada plus minusnya juga sih kalau ikut semua wkwkwk. Aku sendiri sedang LDR sama suami, jadi ada sikon tertentu yang ngga bisa ditemani suami hehe.

    Reply
  14. Teh Okti, aku pas baca judul postingan ini tadinya mikir Bringka teh naon. Oh ternyata bring kaditu, bring kadieu.
    Abaikan aja Teh lamun aya komen2 teu enak mah. Mungkin yg komen gitu teh ngiri aja mereun liat kompaknya keluarga Teteh.

    Aku malahan lihatnya seru loh, Teh. Kalo bisa saling mendukung dan menemani. Jadi ke mana-mana kompak bareng. Apalagi bisa bikin masing2 merasa dibutuhkan perannya.

    Reply
  15. Kadang orang-orang hanya melihat kepraktisan. Katanya ya sudah sih kalau suami ada kerjaan ya istri di rumah saja. Ngapain ikut?

    Padahal kalau berpendapat, kalau bisa ikut kenapa harus tinggal? Kan lebih nyaman ya. Lagian udah pasangan halal ini. Hehehe

    Reply
  16. Kadang orang-orang hanya melihat kepraktisan. Katanya ya sudah sih kalau suami ada kerjaan ya istri di rumah saja. Ngapain ikut?

    Padahal kalau berpendapat, kalau bisa ikut kenapa harus tinggal? Kan lebih nyaman ya. Lagian udah pasangan halal ini.

    Reply
  17. Saya baru tahu ada kitab kuning, Mbak. Mungkin karena hanya pesantren tertentu yang khusus ada pengajarannya. Bahkan hanya orang tertentu yang bisa mengajar.
    Keluarga Bringka ini seru. Malah kalau ke mana-mana bersama, bisa menambah keeratan keluarga.

    Reply
  18. Saya baru tahu ada kitab kuning, Mbak. Mungkin karena hanya pesantren tertentu yang khusus ada pengajarannya. Bahkan hanya orang tertentu yang bisa mengajar.
    Keluarga Bringka ini seru. Malah kalau ke mana-mana bersama, bisa menambah keeratan keluarga.Pasti saling dukung dan membantu.

    Reply
  19. perasaan bersyukur atau sikap bersyukur semoga selalu ada diantara kita ya mbak, nengok sosmed ngeliat status sosmed org yang terkesan tdk bersyukur punya suami dan anak. hahaha, ada lho….adaaa

    Reply
  20. Sebutannya keren teh, Keluarga Bringka.
    Keren kegiatan Fahmi dan ayahnya, mempelajari kitab kuning yang tidak semua orang mempunyai kesempatan.
    Kompak2 selalu sekeluarga.

    Reply
  21. Kalimat terakhir :)) Aku termasuk yang nggak bisa menjalankan ngabring kaditu kadieu. Da teu boga suami :)) Semoga lancar ya belajar kitab kuningnya. Keren! Masya Allah.

    Reply
  22. huwaaa udah lama banget aku ga denger soal belajar kitab kuning, aku tau soal ini pas jaman dulu selagi sekolah TPA, TPQ / sekolah sore madrasah sama ngaji-ngaji di masjid tiap bulan ramadhan, ternyata emang pengajarnya terbatas nya

    Reply
  23. wah udah mulai kegiatan amtsilati ya rojab ini, keren ih.. di tempatku nggak ada, paling ngaji quran biasa aja dii tpqnyaa..

    Keluarga Bringka suganmah nama semacam bani bani gitu teh.. hihi… bring kaditu bring kadieu ternyata, hho

    Reply
  24. Sampai naik gunung pun perginya bareng sekeluarga ya. Anak pun tak ketinggalan. Jadi keluarga emang harusnya gini, saling melengkapi gitu.

    Btw saya juga semenjak nikah nyaris gak pernah pergi sendirian. Kemana pun ada suami yang mengantar. Semenjak ada anak2 juga gitu bahkan ke pasar pun perginya satu keluarga, hehe

    Reply
  25. Barakallahu fiikum, teteh..
    karena sesungguhnya gak semua keluarga mendapatkan kesempatan bisa bersama selalu.

    Kemarin, aku pun ngobrol ringan dengan sahabat dan beliau mengkau sering kemana-mana bareng dengan anak istrinya. Mau urusan bisnis, urusan gak bisnis, pokoknya bersama selalu.
    Lalu sang istri bilang “Ya kan beda sama mbak Lendy, suamiku sakit. Jadi ada masa sesekali pas di jalan tuh bener-bener lemes gak bisa ngapa-ngapain. Jadi nyetirnya kudu diganti sama aku atau anakku, mbak..”

    Nah,
    Dari sini aku sadar…bahwa setiap keluarga punya kondisinya masing-masing.
    Gak perlu meng-iri atau judging.

    Reply
  26. Awalnya pas judul, saya bingung. Bringka tu apaan ya? Oalah ternyata singkatan ya. Hehehe… Jujur, saya malah salut Teh bisa kompakan gitu terus. Lha saya sama suami malah sama-sama punya kegiatan beda yang susah ada buat ke mana-mana bersama.

    Reply
  27. Awalnya pas baca judul, saya bingung. Bringka tu apaan ya? Oalah ternyata singkatan ya. Hehehe… Jujur, saya malah salut Teh bisa kompakan gitu terus. Lha saya sama suami malah sama-sama punya kegiatan beda yang susah ada buat ke mana-mana bersama.

    Reply
  28. Setuju sekaliii, kebersamaan keluarga tuh penting banget yaa Kak.. selain bisa mempererat bondong juga bisa bikin makin kompak yaaaa

    Reply
  29. aduh teteh saya ngakak pas baca apa itu singkatan bringka, bring kaditu bring kadieu ternyata! wkwkwkwk. toss dulu atuh, kami sekeluarga juga begitu, kaditu kadieu pasti barengan, bahkan itu cuman ke yomart atau alfamart yang jaraknya gak nyampe 1 km! hihihi. tapi memang kebersamaan itu yang nikmat, bukan kemana perginya atau se mewah apa event keluarganya. kesalingan dalam keluarga juga kuncinya

    Reply
  30. rajin diomongin hahahaha duh emang deh mulut tetangga mana bisa di kontrol tapi biarlah kita yang tahu bagaimanaperan kita ya teh .. tapi keren sih teh kamu sudah tahu goals kamu untuk berdaya mantap dah

    Reply
  31. MashaAllah Tek Okti menjalankan peran sebagai istri sekaligus orang tua yang baik di keluarga. Aku harus belajar banyak ini dari teteh. Biasanya aku suka ngotot pengen ikut suami kemana-mana. Maklum teh, manten baru. Hehehehe

    Reply

Leave a Reply to tetehokti Cancel reply

Verified by ExactMetrics