Waktu masih kerja di Taiwan, bos saya pernah bilang kalau pulang ke Indonesia, segera buka usaha kuliner karena peluang untuk berbisnis sangat terbuka lebar.
Bos saya bekerja sebagai pramugara dan pramugari di maskapai penerbangan China Airline. Dalam sebulan paling sedikit dua sampai tiga kali mereka terbang ke Indonesia. Dan keduanya mengaku paling suka kalau bertugas ke Indonesia karena banyak kuliner yang unik dan khas yang bisa dicicipi.
Dari sana mungkin mereka bisa bilang peluang usaha kuliner Indonesia cukup menjanjikan?
βKalau kamu bisa berbisnis kuliner di Indonesia, bakalan cepat jadi laopan (juragan) lho!β Katanya berseloroh.
Setiap terbang ke Jakarta, Bali atau Surabaya, mereka terjadwal untuk nginap semalam dan terbang kembali keesokannya. Waktu untuk istirahat itu jarang dipakai untuk tidur, melainkan berkeliling untuk hunting kuliner yang khas dan unik.
Memang ya, negara kita ini memiliki beragam kuliner unik yang berasal dari berbagai daerah. Seperti tempoyak, fermentasi durian yang biasa dikonsumsi dengan nasi atau dijadikan bumbu masakan berasal dari Sumatera.
Ada bubur sagu bertekstur lengket yang biasanya disajikan dengan ikan kuah kuning dari Maluku dan Papua.
Ada kuliner khas Lawar dari Bali, berupa campuran daging cincang, parutan kelapa, dan bumbu rempah khas Bali lainnya (maaf, gak tahu sih halal atau enggak nya).
Ada Sate Klathak dari Yogyakarta. Yang bikin unik dan khas, sate daging kambing ini ditusuk dengan jeruji besi, bukan tusuk sate bambu pada umumnya.
Ada kuliner khas Sulawesi bernama Kidu-kidu. Kuliner berbahan dasar ulat sagu yang kaya protein dan biasanya digoreng atau ditumis.
Beberapa waktu terakhir saya pernah lihat para petualang bagaimana menangkap, memasak dan memakan ulat sagunya itu di tayangan sebuah televisi swasta nasional tanah air.
Masih berasal dari Sulawesi ada kuliner unik yang disebut Paniki (Sulawesi Utara). Bayangkan, kuliner ini adalah masakan berbahan dasar daging kelelawar dengan bumbunya yang begitu pedas!
Dan kuliner yang jadi favorit majikan saya kalau ke Indonesia, salah satunya adalah Rujak Cingur, kuliner khas Surabaya, Jawa Timur.
Majikan saya sangat menyukai salad khas Jawa Timur yang menggunakan irisan hidung sapi (cingur) dengan bumbu petis ini.
Pernah saat terbang ke Surabaya, malam-malam ia telepon saya melalui Skype (ketahuan kan jaman mana itu ya…) hanya untuk memperlihatkan sepiring rujak cingur, kuliner unik dan khas yang berhasil didapatkannya malam itu.
Saat itu saya sendiri malah belum tahu apa itu rujak cingur. Boro-boro memakannya, tahu namanya aja baru saat itu. Haha…
Malam itu depan majikan saya iya iya aja dan menganggap ah, gak aneh, lha kok hidangan itu (mirip) lotek. Salad masak yang juga kuliner khas dari Priangan alias tatar Sunda.
Memang pengetahuan saya soal kuliner tanah air khususnya Jawa Timur kalah jauh dibandingkan majikan. Blogger Surabaya saja sepertinya kalah kalau diajak berdiskusi soal kuliner setempat saking tingginya jam terbang majikan saya ngubek-ngubek Surabaya dan sekitarnya untuk hunting kuliner.
Saya sendiri baru bisa mencicipi rujak cingur sebagai kuliner Surabaya ini baru setahun lalu, setelah 13 tahun berpisah dari majikan di Taiwan! Alamak …
Bisa mencicipi rujak cingur ini pun tidak sengaja, ketika dalam perjalanan melakukan ziarah ke Makam sunan Ampel Februari 2024 lalu.

Sunan Ampel adalah salah satu dari Wali Songo, para ulama yang berperan dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa pada abad ke-15.
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, dan beliau adalah putra Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel juga dikenal sebagai pendiri Masjid Ampel, Surabaya yang hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia.
Ketika berjalan di kawasan Kampung Arab, Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, di pinggir jalan ada gerobak bertuliskan Rujak Cingur. Karena cuacanya sangat panas, entah kenapa suami langsung mampir dan memesan satu porsi.

Beruntung pesan satu porsi karena ternyata harga dua puluh ribu rupiah itu banyak banget! Suami saja sempat mengaku sudah kenyang bisa-bisa tidak habis makan. Dan meskipun saya juga ikut mencicipi tapi tetap belum habis akhirnya sisanya saya bungkus deh.
Fahmi anak saya tidak makan. Ia bilang geli mendengar cingur dimakan. Soal kuliner ia emang agak pemilih.
Rujak cingur yang dibeli suami ini terdiri dari campuran sayuran seperti kangkung, tauge, dan mentimun, serta buah-buahan seperti mangga muda, bengkuang, dan nanas.
Selain itu, ada juga lontong, tahu, tempe, dan tentu saja irisan cingur sapinya.
Semua bahan itu disiram dengan bumbu petis, yang terbuat dari petis udang, kacang tanah, gula merah, cabai, dan bawang.
Rasa rujak cingur cenderung gurih, manis, asin, dan sedikit pedas, menjadikannya hidangan yang kaya rasa.
Rujak cingur biasanya disantap dengan kerupuk udang dan dinikmati sebagai makanan khas yang kaya akan cita rasa tradisional.

Malam hari setelah istirahat dalam kendaraan yang menjadi sarana transportasi wisata religi yang saya lakukan saya mengontak majikan melalui Instagram.
Saya kirim foto dan mengaku setelah sekian lama pulang ke tanah air baru berkesempatan bisa merasakan bagaimana rasanya kuliner rujak cingur yang selalu dibanggakan nya dulu.
Majikan tidak langsung membalas. Mungkin sedang sibuk bersama keluarga. Karena menurut informasi yang dikirimnya beberapa tahun lalu, baik majikan laki-laki maupun majikan perempuan, sudah tidak mengambil jam terbang lagi.Mereka memilih bekerja di bagian ground staff yang memberlakukan jam kerja sebagaimana jam kantor pada umumnya, sehingga tidak sering meninggalkan keluarga seperti saat suka terbang seperti dulu.
Baru keesokan harinya majikan membalas pesan saya. Mengatakan begitu takjub dan mengejek, kok bisa saya yang orang Indonesia malah baru bisa mencicipi kuliner seenak itu. Itu pun tidak sengaja.
Haish, bos…bos saya kan bukan bekerja untuk makan seperti kamu lah… Kalau kamu punya uang buat dihamburkan, saya bekerja banting tulang ya supaya bisa punya uang biar bisa makan.
Walaupun saya tahu rujak cingur kuliner khas Surabaya, yang memiliki cita rasa unik menggunakan cingur (hidung sapi) sebagai salah satu bahan utamanya ya bukan berarti setiap punya uang saya harus memakan makanan unik tersebut.
Apalagi pada jamannya belum ada istilah pesan antar makanan.Tidak ada yang jualan rujak cingur di daerah tempat tinggal saya. Kalau harus ke Surabaya mana tahan? Beli beras dan sembako lainnya pasti itu dulu yang saya dahulukan.
Ini pun ke Surabaya kebetulan aja antar anak yang ikut acara untuk mengenal beberapa pondok di sana…

Orang Medan taunya rujak itu ya cuma rujak buah. Suatu hari saya main ke Surabaya thn 2016. Dengan pedenya pesen rujak di warung. Udah rindu makan rujak (rujak emang makanan kesukaan saya). Pertama dihidangkan kaget, kaget kirain abangnya salah ngasi pesenan. Kebetulan saya jalan sendiri jadi dengan polosnya komplen ke si abang “saya pesen rujak”.
Si abng bilang iyaa itu rujaknya (sambil nunjuk rujak versi surabaya) rupanya rujak yang dimaksud dalam menu adalah rujak cingur ini. Mana saya ngga doyan daging, hahaa
langsung ganti menu π
Teman saya yang orang Medan pernah main ke Madura. Dia juga ketawa pas kutawarin rujak dan ternyata yang muncul adalah rujak cingur.
Padahal yang dia mau rujak versi Medan. Hehehe
Jadi inget waktu SMP di Medan pernah bikin rujak party sama temen-temen dalam rangka kepengen ngerujak aja. Hehe… Sekarang di Bandung, sudah terbiasa dengan rujak buah dalam versi berbeda dengan Medan. Tapi kalo Kak Suci makan rujak di Bandung, dijamin nggak akan sesyok di Surabaya.
Beda soalnya rujaknya, kalau yang dimaksud mbak keknya rujak buah ya, kalau di Surabaya ini rujaknya dari sayuran. Paling kalau ada campuran buah tu dikasi mangga, bengkoang, atau kedondong. Kadang juga ada yang nyampur pakai mie dari lontong balap. Aku sih suka aja. Tapi kyk suamiku yang luar Jawa nganggepnya kek “makanan apa iniii” haha.
Teh Okti aja baru cicipin itu rujak, lah saya belum sama sekali dong wkwkwk.
Keren X bos nya Teh, ngasih ide yang kalo dipikirkan memang bagus ya peluang berbisnis kuliner di sini
Padahal mah Teeeh, bilang aja ke mantan majikan, saking banyaknya kuliner enak bin sedap di Indonesia, sedangkan mulut dan perut cuma satu, rujak cingur jadi kelewat terussss. Ngeles kitaaaa, ngelesss. Hihi….
Wkwkwk, bisa aja Kak Eno alasannya. Namun bener sih bin masuk akal, jadi lebih aman . Daku pun juga belum pernah nyobain padahal hihi
Orang luar pastinya juga banyak yang penasaran sama kuliner Indonesia, makanya mereka bela-belain untuk keliling Indonesia. Lah saya aja belum pernah nyobain rujak cingur. Malah baru tau kalo cingur itu idung sapi, wkwkwk …. Ih gimana rasanya ya itu idung dibikin rujak……
Saya aja belum pernah kok makan rujak cingur, Teh. Bukannya enggak tau, tapi emang ga bisa makannya. Geliii hihihii… mosok cingur dimakan yaaa..
Alhamdulillah akhirnya kesampaian ya Teh Okti makan rujak cingur. Kudu jauh-jauh ya nyampe Jawa Timur hehehe.. di Semarang sini ada beberapa penjual rujak cingur ini. Tapi ya itu tadi, saya ga pernah mampir untuk nyobain. π
Saya sudah tau lama tentang nama rujak cingur dan penasaran, tapi hingga hari ini saya belum kesampaian mencicipi rujak cingur.
Kalau ngelihat bahan-bahan umumnya memang menarik untuk diicip.
Alhamdulillah Teh Okti sudah kesampaian mengetahui rasa rujak cingur.
Daku juga belum kak Yeni. Penasaran dengan kuliner khas nusantara ini, karena sering denger dan lihat doang di tipi, tapi nyobainnya beluman wkwkwk
Saya pun baru mencoba rujak cingur ketika lulus kuliah
padahal sejak kecil udah wara wiri ke Surabaya (ada sepupu yang bestie di sana)
karena gak semua orang suka cingur dan bumbu rujak cingur yang agak “aneh” untuk lidah
Eniwei, ya ampun Fahmi udah gede banget. Mirip ayahnya ya?
Sebagai arek Suroboyo makanan kesukaanku ya rujak cingur ini. Sayang beberapa kali makan yang di Jakarta belum nemu rumah makan yang otentik, jadi kalau pas mudik aku pasti nyari makanan ini. Udah gitu aku makannya pasti pakai nasi dan minta sambelnya dipedesin haha.
Wah anaknya ada rencana mondok di mana teh? Di Surabaya atau kota2 deketnya?
Saya suka banget sama rujak. Tapi, saya tidak suka cingur. Jadi, kalau beli rujak, saya pilih yang tidak ada cingurnya.
Saya tuh kayak trauma gitu lho sama cingur.
Dulu waktu masih kecil, pernah makan cingur. Eh, gigiku copot.
Jadi, sampai sekarang saya tuh nggak mau makan cingur. Hehehe
paling aku suka. kalo nemu warung Jatim, yang dicari pertama pasti rujak cingur. apalagi yang komponennya lengkap: cingur + tempe/tahu + buah-buahan. sambelnya juga mesti pake pisang kluthuk. mantap bangeeet! jarang yang bisa lengkap gini.
Kyaaaa rujak cingur udah go international deh. Bangga dan karena emang seenak itu jadi pantas banyak yg sukayaaa
Rasanya kaya apabteh rujak cingur itu? Rasa rujak biasa atau bagaimana? Penasaraan
Dulu pas awal ke surabaya culture shock karena ada kepala kerbau diatas meja berjejer sama aneka sayuran… huwaghhh kaget banget aslinya sampe gajadi makan berasa horor ditongkrongin kepala kerbau..
Trus parahnya sebelum kejadian itu aku kena mental duluan karena yang namanya rujak cingur gada buah2an dwngan saus gula merah yang manis.. itu semacam pecel cuman pake daging moncong kerbau aihhhh kenapa rujak c namanya
Kuliner Indonesia memang gak ada duanya, ya. Rujak cingur itu salah satu favorit saya juga. Indonesia punya potensi besar di bisnis kuliner. Apalagi kalau bisa bikin makanan yang unik dan punya ciri khas. Pasti banyak yang cari!
Saya baru sekali nyobain rujak cingur. Itupun ketika di acara arisan keluarga besar suami. Salah satu hidangannya rujak cingur. Waktu itu sih saya langsung suka. Tapi, belum pernah cobain lagi karena gak tau kalau di sini belinya di mana
saya 10 tahun di surabaya mbak, tapi blom pernah mencicipi rujak cingur karena geli duluan sebelum makan sejak saya tahu kl cingur artinya hidung wkwkwk
Duh ngiler deh aku jadinya mbak Okti. Pengen makan rujak cingur deh. Di Kediri, hanya di kota utk bs menemukan kuliner nikmat khas Surabaya ini. Kalo di Kediri, ya rata2 jual rujak biasa, tanpa ada cingurnya.
Dulu aja pas di Jakarta jg susah bgt nemu yg jualan rujak cingur. Begitu jg rawon. Ada sih yg jual di kafe ternama. Seporsi sekitar 50rb an. Dan rasanya hambaaaarrrrr. Emg plg nikmat bs ketemu rujak cingur di daerah aslinya sih.
Rata-rata orang jadi mundur makan rujak cingur karena tau kalau cingur itu irisan hidung sapi. Yang gak tau mah, biasanya mau makannya. Kayak saya yang mau makan karena gak tau kalau itu hidung sapi. Eh, tapi setelah tau, saya tetap mau makan juga, kok, hehehe ….
Saya tetap penasaran ingin tau rasa rujak cingur ini mba,
karena udah tau lama tapi belum kesampaian hingga hari ini.
Apakah saya tim yang lidahnya tetap jatuh cinta dengan cita rasa rujak cingur atau udah tau ya udah.
Aduuh jadi pengen Teh, rujak adalah salah satu makanan favoritku. Waktu masih kecil dulu alm nenek juga jualan rujak, tapi minus cingur karena tinggal di desa. Kalau pakai cingur gak bisa jual murah hehehe..
Pertengahan bukan ini diminta untuk menemani Ibu ziarah Wali, semoga inget sama rujak cingur Sunan Ampel ini, fotonya memggoda sekali..
Saya sudah lama tahu soal rujak cingur ini, Mbak. Saya pun pernah ke Surabaya. Hanya, saya kok masih segan mencobanya karena terbayang hidung sapi hahaha. Saya malah lebih suka sate kloponya. Mungkin sama kayak saya ke Baturaden banyak yang jual sate kelinci. eh mau belli ga jadi. Saya membayangkan bobo kelinci yang dijadikan sate hahaha.
Peluang usaha kuliner memang sangat menjanjikan, Mbak. Apalagi kuliner Nusantara memang enak-enak. Buktinya bos Mbak Okti saja suka rujak cingur.
Jadi kalau Mbak Okti memang menguasai, buka saja usaha kuliner, Mbak.
Rujak cingur favoritku juga Teh, apalagi jika petis yang digunakan enak karena memang ada berbagai macam jenis petis yang bisa dipilih sih. Favoritku rujak cingur yang tanpa buah, istilahnya di sini rujak cingur matengan, jadi isinya hanya sayur, yahu, tempe, cingur dan lontong. Hmm so yummy, duh jadi kangen rujak cingur langganan nih
Aku belum pernah nyobain rujak cingur teh, kalau di Medan biasanya rujak buah jadi begitu nanya suami rujak cingur itu apa baru tau dari penjelasan suami aja tapi belum coba π
Saya yang gede di Surabaya kenal rujak cingur dari kecil karena itu favorit bunda dan kakakku. Tapi, ya sama juga belum pernah icip karena geli sama cingurnya
Aku juga kenal Rujak Cingur di Surabaya. Awalnya di kasih tahu, makanan favorit khas surabaya ini sama teman. ternyata rujak bukan hanya buah saja tetapi conggor sapi juga bisa di rujak. aku jadi kenal berbagai rujak seperti rujak petis, rujak buah, rujak kangkung dan bahkan kelakuan kita juga dirujak sama orang lho…hahaha.
Belum pernah nyoba rujak cingur khas surabaya nih mbak. Taunya ya rujak buah aja aku tuh.
Akhirnya aa Fahmi menetapkan pilihan di pondok mana, teh?
Penasaran, maaff.. soalnya aku juga orang Surabaya, jadi pingin tahu pondoknya ada di daerah mana.
Alhamdulillah, teh Okti, suami dan Fahmi betah sama panasnya kota Surabaya dan masih seneng hunting kuliner khas Surabaya.
Kalo orang bandung ke surabaya, biasanya nyerah sama vanassnyaa kota tersebuuutt.. huhuhu, iyas sii.. teriknya warbyassasakk~
wohh, rujak cingur, salah satu kuliner favorit yg kini mulai langka.. rujaknya sih masih banyak yang jual, tapi yg bikin langka kebanyakan gak pake cingur sapi asli, hahaha
wah, keliatan enak banget. jadi pengen coba π