Pasar Tradisional Belum Modern Pagelaran Cianjur
Harga cabe menginjak di angka seratus ribu per kg. Begitu berita di TV sedang santer-santernya. Saya pikir kalau berita diharga seratus ribu, pada kenyataannya saat transaksi antara penjual dan pembeli bisa jadi lebih dari harga itu. Etapi ketika saya belanja cabe yang dimaksud di pasar tradisional Pasar Pagelaran yang jauh dari kata modern, ternyata harga cabe berada di kisaran Rp. 60ribu per kg nya. Lebih murah, ternyata ya.
Saya pikir apakah ini imbas dari tinggal di kampung yang alamnya masih bisa menyediakan segalanya, atau justru karena masih jauh dari kata modern sehingga tidak terpengaruhi pemberitaan apapun?
Tentunya saya bersyukur. Meski selisih harga sekitar 40 ribu, tapi bagi emak freelancer seperti saya, jangankan puluhan ribu, seribu dua ribu pérak saja selalu dipertahankan. Terlebih harga sembako dan kebutuhan rumah tangga yang naik dikit saja bikin para ibu rumah tangga menjerit.
Dengan adanya pasar tradisional ini tentu saja saya yang tinggal di pedesaan jauh dari keramaian kota sangat terbantu. Meski pada awalnya, saya sempat merasa heran dan tidak terbiasa dengan adanya pasar tradisional ini. Gimana tidak, pasar yang buka setiap dua hari dalam seminggu ini bikin saya harus bisa mengatur menu dan belanja sekaligus. Karena kalau tidak, pas pasar tidak buka, mau beli dimana?
Jadi Pasar Pagelaran ini memang adanya setiap hari Selasa dan Jumat saja. Lain itu tidak ad penjual yang berdagang. Karena itu saya ke pasar setiap Selasa atau Jumat membeli kebutuhan sayur mayur, lauk pauk dan kebutuhan lainnya sekaligus untuk 2 atau 3 hari.
Meski adanya hanya setiap Selasa dan Jumat, Pasar Pagelaran ini cukup lengkap bagi kami yang tinggal di pedesaan. Lauk pauk, sayur mayur, pakaian, perhiasan, alat rumah tangga, dan pertanian bisa dibilang tersedia. Khusus bagi lauk pauk dan sayur mayur, malah banyak warga setempat yang jadi penjual. Hasil menangkap ikan di sungai, hasil ternak, hasil ladang dan bahkan hasil kebun di pekarangan banyak yang menjual di hari pasar.
Dulu, pertama kali dibawa suami ke Pagelaran kondisi pasar masih teramat sederhana. Penjual hanya menggelar dagangannya di pinggir jalan dengan beralaskan bangku bambu, atau bahkna ada yang beralaskan tikar karung saja. Kini dua tahun terakhir ini pemerintah telah merenovasi kondisi pasar. Bagian depan mulai ditata menjadi kios yang menjual pakaian, perhiasan, dan alat rumah tangga. Sementara untuk sayur mayur dan lauk pauk berada di bagian belakang pasar.
Tempat parkir pun kini mulai ditata secara sistematis. Halaman pasar digunakan untuk parkir sepeda motor, sedangkan kendaraan roda empat banyak yang memarkirkan mobilnya di halaman Masjid Besar Nurussaadah Pagelaran.
Meski penjual di bagian belakang pasar Pagelaran ini masih menggelar dagangannya secara berpindah-pindah, namun sudah lebih baik karena terlindungi atap dan beralaskan semen. Sehingga saat musim hujan tidak begitu kotor. Kecuali ya pedagang di bagian pinggir.
Sama seperti pasar pada umumnya, pasar Pagelaran ramai dikunjungi pembeli pada hari-hari tertentu seperti jelang lebaran, jelang Agustusan, atau ada perayaan lain. Musim anak masuk sekolah kemarin, pasar hari Jumat penjual pakaian seragam sekolah dan alat tulis kantor yang kebagian membludak pengunjungnya. Secara bersamaan para orang tua dari berbagai daerah di wilayah kecamatan Pagelaran tumplek ke pasar Jumat itu, sebelum Senin anak masuk sekolah.
Pasar Tradisional Pagelaran mulai bersaing dengan pasar lain yang buka setiap hari. Kini setiap hari Minggu pun selalu ada para pedagang yang menjual berbagai kebutuhan. Meski tidak sebanyak hari Selasa dan atau Jumat namun keberadaan pasar hari Minggu tentu saja sangat membantu. Besar harapan saya, kedepannya meski tetap mempertahankan ciri khas sebagai Pasar Tradisional namun Pasar Pagelaran ini bisa buka setiap hari, alias beroperasi 7 hari dalam seminggu. Semoga…
Punya kesan tentang pasar tradisional? Dimana lokasi pasar yang sering dikunjungi itu berada?
Pasar Pagelaran Cianjur
Alamat Jln Raya Pagelaran, 43266
Kab. Cianjur Jawa Barat
Kalo jejalan aku lebih suka blusukan ke pasar kayak gini. Pasti banyak nemu harta karun, luar biasa pokoknya
Wah mba, Rp 40.000 itu banyak lhoooo bedanya, hehe lumayan banget ya mba bisa dapat harga lebih murah di pasar 😀 dengan uang seratus sudah bisa beli hampir 2kg cabe di pasar hehehe.
Paling seneng kalau hari minggu pagi abis olahraga ke pasar, pulang ke rumah bawa banyak ikan segar dan sayuran segar dengan harga murah, love pasar deh pokoknya
Di domisili saya pasar tradisional sudah kehilangan pamor, beberapa kios banyak yg tutup. Sedih sih liatnya.
Tapi itu unik juga ya Teh, bukanya hanya hari tertentu aja.
Aku biasanya ngikut ibuku mba (jadi pembawa belanjaan hehe) di tempatku pasar tradisional ukurannya kecil ketimbang yang modern, tapi Alhamdulillah masih ramai karena harganya murah. Yg kurang Kusuka dari pasar tradisional itu pengamennya yg kadang maksa…
Dekat rumahku juga ada pasar tradisional setiap pasaran Pon. Jadi setiap 5 hari sekali pergi ke pasar untuk kebutuhan sehari-hari 🙂
aduuh jadi inget punya beberapa konten hasil jalan jalan di pasar tradisional di Malang/batu. semoga bisa konsisten menulis
Pasarnya masih campur-campur gitu ya teh. Belom pake blok-blokan. Dan masih banyak yang belom permanen lapaknya. Jadi terkesan berantakan. Semoga ke depannya bisa dibangun blok-blokan gitu. Biar lebih teratur dan rapi. Etapi ketang, di aku pun pasar tradisionalnya masih banyak yang belom permanen juga. Pedagang semakin nambah. Jadinya nambahnya pake ruas jalan. Sering macet deh.
Kalau di bekasi pasar tradisional selalu buka setiap hari mulai pagi sampai pagi lagi. Karena kalau pagi-pagi banget semua harga kebutuhan dapur lumayan murah banget teteh. Tapi aku belanja seminggu sekali aja.