Jadi tukang foto istilah itu sempat saya sandang beberapa tahun lamanya. Namun sungguh jadi sebuah pekerjaan berat rasanya ketika diminta foto kafe favorit.
Bagaimana tidak berat? Di kampung mana ada kafe? Kalau warung kopi plus gorengan, toko kelontong atau pasar kaget ya lumayan banyak. Jadi bagaimana kalau saya sama sekali tidak punya kafe favorit?
Ke tempat nongkrong yang namanya kafe itu saja saya sudah lupa pernah masuk atau belum, ya? Sepertinya dulu, waktu masih kerja dan bepergian ke ibu kota, mungkin pernah masuk ke dalamnya. Tapi karena sesekali, dan malah sudah lupa, bagaimana bisa jadi favorit?
Ke kafe itu biasanya minum kopi kan ya? Lah, saya sendiri malah tidak minum kopi. Ya kalau sekadar minum teh atau juice ya gak masalah. Tapi ya gak sampai favorit juga. Jujur, yang bikin berat minum di kafe itu buat saya ya harganya. Lebih hemat minum teh atau juice di rumah saja. Haha…
Jadi pas ada “tugas” foto dan ceritakan kafe favorit tempat bersantai atau mengais inspirasi atau kenangan tak terlupakan, rasanya tuh berat bingit…
Tapi tak ada rotan akar pun jadi. Gak ada kafe, adanya warung nasi, kalau jadi favorit, bisa masuk kategori, bukan? Pun meski bukan favorit saya, melainkan favoritnya anak.
Entah kenapa setiap pulang pergi dari Cianjur ke Pagelaran, Fahmi selalu suka banget makan di Ayam Bakar Sederhana khas Solo yang berada di Mayak Cibeber. Mungkin karena rasa ayamnya yang empuk?
Satu porsi ayam bakar disini tuh terdiri dari satu potong ayam bisa paha atau dada, satu nasi cetakan satu mangkuk diameter sekitar tujuh cm, sambal dan lalapan yang biasanya terdiri dari kol, mentimun, semanggi dan selada. Minuman gratis ada air teh panas, atau air putih. Bisa juga memesan minuman kesukaan lain seperti juice, sop buah, atau es campur.
Biasanya Fahmi hanya memakan nasi dan ayamnya saja. Dulu malah tidak pernah habis. Tapi setelah pandemi, Fahmi kuat makan sampai habis.
Dulu, saya dan suami pun ikut makan jika mampir ke sana. Tapi setelah beberapa bulan hampir setiap Minggu kami mampir ke sana, saya dan suami kok jadi merasa bosan sampai bisa tingkat tinggi alias mencium bau nya saja udah merasa eneg. Tapi kalau Fahmi keukeuh tetap selalu mau makan di sana. Sampai sekarang. Jadinya kami mengalah tetap ke sana demi makanan favorit anak.
Akhirnya kami ya mampir antar Fahmi makan di sana setiap pulang atau pergi lewat Cibeber tapi kami pesan satu porsi saja untuk Fahmi. Saya dan suami memesan makanan lain, karena di sana juga ada jual bakso dan mie ayam ditambah minumannya. Itu yang masih “satu perusahaan”. Kuliner tetangganya juga banyak, ada sate, nasi Padang, dan jajanan lain. Tapi tentu saja sungkan untuk beli dan dibawa makan di lokasi ayam bakar. Hehehe.
Kadang biar gak merasa malu-maluin, istirahat di sana bertiga tapi yang makan cuma satu, saya suka beli ayam bakar tanpa nasi dibungkus buat ibu. Sekaligus oleh-oleh maksudnya.
Biasanya sambil nunggu anak makan, suami suka rebahan atau tiduran sekadar meluruskan pinggang. Saya sendiri kadang buka hape, lalu cek group dan membalas chat atau isi form job yang biasanya suka rebutan atau cepat-cepatan.
Harga satu porsi nasi ayam bakar di Ayam Bakar Sederhana khas Solo ini Rp 19.000. sementara harga bakso sekitar Rp 14.000 untuk bakso original dan Rp 19.000 untuk bakso tulang iga. Harga juice dan es campur sepuluh ribu. Es jeruk lima ribuan.
Lokasi cukup nyaman. Pinggir jalan raya Cibeber dan dilengkapi fasilitas cuci tangan, toilet, dan mushola. Di halaman bagian jalan, ada petugas parkir. Padahal secara saya pribadi, tanpa tukang parkir pun bisa saja. Karena saat ini sekali parkir 2000, jadi anggap saja hrgayayam bakar bukan 19K lagi melainkan 21K.
Entah sampai kapan anak saya masih bertahan betah makan di sana. Kita lihat saja seberapa lama Ayam Bakar Solo bertahan di sana…
Baca tulisan ayam bakar di saat aku mau bikin ayam bakar juga. Jadi ngilernya terobati walau bumbunya mungkin beda. Ahahaha
Teteh, kalau anak suka lahap makan ayam gini, senang juga kita sebagai orangtua lihatnya. Dari fotonya tampak dia menikmati sekali. Semoga semakin lancar rejeki dan bisa makin puas makan ayam bakar disini ya 🙂
Melihatnya nikmat nih Teh.
Harganya pun terjangkau, apalagi melihat ayam bakarnya, wuah bisa nambah-nambah nih
Lha kok jadi pengen makan ayam bakar juga, hehehe. Makanan pinggir jalan biasanya aman di kantong atau paling gak, cukuplah ya. Jadi gak nangis-nangis amat dan bikin nagih
Udah beberapa minggu ini aku pengin banget ayam bakar belum kesampaian. Jadi ngiler ini, Teh. Fahmi kayanya suka banget sama Ayam Bakar Sederhana Khas Solo ini. Makannya jadi lahap, ya, Teh.
Nasi ayam bakar 19ribu itu cukup murah. Yah kalau di Bandar Lampung sini sih tergantung makannya di mana. Kalau di tempat yang lebih besar memang 20ribu itu baru ayamnya saja dan belum termasuk nasi dan pajak. Jadi 22ribu ayam, 7.700 nasi. Dapat sambal terasi yang enak banget plus lalapan yang cukup banyak. Kalau air putih sih gratis ya.
Ayam bakar emang istimewa, Teh. Makanya Fahmi masih terus suka makan di situ yaaa… Saya juga suka ayam bakar, terutama yang dikasih bumbu kayak bumbu bali gitu. Trus dikasih kemangi, uwuwwww jadi ngiler sendiri deh ngebayangin.
inget saat masih di Jakarta ataulagi mengunjungi Lampung, aku juga sukamampir makan ayam bakar Solo mba. Rasanya enak dan gurih memang ya
Pas lagi mikir mau makan apa, eh baca tulisan tentang ayam bakar. Mendadak jadi pengen makan ayam bakar juga. Sayangnya Ayam Bakar Sederhana khas Solo di tulisan ini lumayan jauh dari rumahku. Jadilah beli ayam bakar dekat sini saja.