Three Days One Post (Tridop) gagasan Ani Bertha kali ini temanya Membuat Draft Buku.
Seorang penulis atau blogger pasti berkeinginan memiliki buku hasil tulisan sendiri kan? Nah, semua peserta ditantang untuk membuat draft buku yang ingin diterbitkan. Bebas menulis buku apa saja. Dengan draft singkat, siapa tahu bisa berlanjut. Walau tidak lanjut setidaknya punya bahan dasar.
Saya jadi teringat masa-masa ketika pertama kali mendaki gunung. Pengantin baru naik gunung saat itu jadi perbincangan yang panas diantara teman dan saudara.
Bagaimana tidak, bayangkan hari Rabu menikah, hari kamis diboyong ke rumah mertua, hari Jumat nya saya dan suami juga teman-teman dari milis (saat itu dari Yahoo) berangkat mendaki gunung Gede. Pulang Minggu malam, sampai rumah Senin pagi. Uwow…
Teman mendaki semuanya 7 orang laki-laki. Kocak dan konyol bikin perjalanan dibarengi tawa canda. Mereka dibawa oleh Mas Ari, teman yang saya kenal melalui milis. Mas Ari dan kawan-kawan tidak tahu kalau saya dan suami baru menikah dua hari ketika bertemu mereka untuk pertama kali di basecamp Gunung Putri Cipanas.
Sepulangnya dari mendaki Mas Ari dan temannya yang akhirnya tahu kalau kami pengantin baru bilang pengalaman mendakinya coba dibukukan. Paling tidak untuk kenangan sendiri.
Saya jawab insyaallah saja. Belum kepikiran untuk buat buku berdasarkan pengalaman karena meskipun saat itu buku saya yang berjudul Kinanti (novel) udah diterbitkan oleh Leutika Prio tapi itu kan fiksi.
Tersentil oleh tema Tridop Ani Bertha kali ini lah, seolah diingatkan saya jadi kepikiran benar juga ya, apa yang dibilang Mas Ari dkk, kenapa tidak pengalaman mendakinya dibuat draft buku? Walau awalnya hanya untuk memenuhi tema Tridop, tapi saya membuatnya tentu saja tidak asal-asalan.
Draft Buku Keluarga Pendaki
Judul Buku
Keluarga Pendaki: Petualangan dan Nilai Kehidupan dari Rumah ke Gunung
Sinopsis
Keluarga Pendaki mengisahkan perjalanan saya dan suami yang memulai bahtera rumah tangga hingga memiliki seorang anak –sebuah keluarga– yang menjadikan gunung sebagai bagian dari kehidupan.
Ayah, ibu, dan anak kami Fahmi menjadikan menjelajahi gunung di tanah air bukan hanya untuk mencari keindahan alam, tetapi juga untuk membangun kebersamaan, menanamkan nilai-nilai kehidupan, dan menghadapi tantangan bersama.
Melalui kisah ini, pembaca akan diajak untuk menyelami petualangan seru, momen-momen haru, hingga refleksi mendalam tentang arti keluarga dan alam.
Ada juga ilmu parenting yang dipraktekkan langsung di alam yang hasilnya justru diingat kuat oleh anak.
Daftar Isi
Bab 1: Langkah Pertama ke Puncak
Kisah awal saya dan suami bulan madu ke gunung dan mengenal dunia pendakian.
Bagaimana saya dan suami menemukan cinta (kami menikah tanpa pacaran) hingga menemukan kecintaan terhadap alam dan petualangan.
Bab 2: Gunung dan Tantangan Pertama
Pendakian pertama bersama sebagai pengantin baru dan keluarga.
Suami istri yang masih canggung satu sama lain tapi harus tidur satu tenda di Kandang Badak dengan segala kondisi.
Pelajaran tentang kerja sama, kesabaran, dan keberanian di saat rasa egois dan merasa diri benar masih kuat satu sama lain
Bab 3: Puncak Kebersamaan
Makna mendaki bersama sebagai sebuah keluarga.
Mendaki Gunung Rinjani saat usia kehamilan 3 bulan
Mendaki Gunung Semeru saat usia kehamilan 7 bulan
Bagaimana ibu hamil menemukan pengalaman dan kekuatan dalam pendakian
Bagaimana suami siaga mendampingi ibu hamil mendaki gunung
Bab 4: Pelajaran dari Alam
Pertama kali bawa anak usia 3.5 tahun naik Gunung Slamet
Kisah tentang nilai-nilai kehidupan yang dipelajari dari gunung bersama anak
Pentingnya mendidik anak melestarikan alam dan menghormati kehidupan.
Bab 5: Kejadian Tak Terduga
Ketegangan saat menghadapi badai di tengah pendakian di puncak Rinjani
Mimpi Unik di Ranu Pani
Kesukaan ibu hamil menaklukan Tanjakan Cinta
Tersesat di Gunung Pangrango
Bagaimana kami saling menguatkan dan mengatasi krisis bersama.
Bab 6: Gunung dan Keindahan
Keindahan yang didapat dari petualangan di gunung
Budaya lokal yang mengajarkan makna keberagaman
Bab 7: Puncak yang Tak Selalu Indah
Menghadapi kegagalan mencapai puncak
Pelajaran tentang menghargai proses, bukan hanya hasil
Mendidik anak pendaki
Pemahaman Puncak bukan segalanya
Bab 8: Keluarga Pendaki Sejati
Refleksi perjalanan keluarga. Bagaimana gunung telah membentuk kami menjadi keluarga yang kuat, kompak, dan penuh cinta. Mulai dari awal mengenalkan, membawa anak mendaki hingga mengantarkan anak ke puncak gunung api tertinggi di Indonesia.
9. Epilog: Pendakian Adalah Kehidupan
Makna gunung bagi kehidupan dan pesan untuk pembaca.
Kata tambahan dari teman team pendakian dari seluruh Indonesia
Contoh Isi Bab
Bab 5: Mimpi Unik di Ranu Pani
“… Lewat tengah malam saya masih belum bisa tidur. Hujan terus mengguyur. Suami juga tidak bisa tidur karena selalu menemani saya. Team mendaki menyarankan saya untuk tidur di masjid…
Pendaki lain memberikan ruang untuk saya ketika suami bilang kalau saya sedang hamil tiga bulan…
Berbagai reaksi saya terima. Ada kekaguman ada juga nyinyiran…
Dalam tidur saya mendengar begitu jelas ada suara tangis bayi. Saya bangunkan suami, tapi ternyata saya hanya mimpi. Melihat jam dinding di dekat mimbar jarum pendek menunjukkan pukul satu malam…
Tiba-tiba saya kembali mendengar suara tangis bayi begitu dekat. Lagi-lagi saya membangunkan suami. Tapi mana ada bayi di jam dua dini hari begitu apalagi di Ranu Pani ini sejak siang semua peserta adalah pendaki dewasa, tidak ada yang bawa bayi…
Sampai mimpi yang sama terjadi untuk ketiga kalinya di jam tiga pagi! Suara bayi menangis dan diakhiri tawa begitu riang sangat jelas saya dengar. Suami menyarankan saya untuk tidak tidur lagi tapi langsung mengambil air wudhu dan melakukan solat malam…”
Target Pembaca:
Keluarga yang ingin menjelajahi aktivitas outdoor.
Penggemar petualangan dan pendakian.
Pembaca yang mencari inspirasi tentang kebersamaan dan nilai-nilai keluarga.
Peminat dunia parenting dan praktek langsung di alam terbuka.
Nah, untuk sementara, sederhananya itu saja dulu draft buku Keluarga Pendaki yang saya konsep. Bagaimana nih manteman apakah ada bagian yang perlu dikembangkan lebih lanjut? Atau tambahan ide lainnya untuk memperkaya (draft) buku ini? Ditunggu masukannya ya…
Ini draft untuk buku terbaru Teh Okti? Wah semangat ya Teh, semoga bisa segera publish deh dan dapat sambutan positif dari masyarakat. Sukses selalu!
Waduh bulan madu di gunung dong mbak Okti. Ahaha. Aku jadi inget waktu naik gunung ke gunung gede, dulu kuat. Skarang mah udh nyerah. Naik anak tangga LRT yg tinggi aja kadang suka mikir malah naik lift ahaha
Menarik nih. Manten baru yang menikah bukan karena pacaran memilih untuk mendaki sebagai kegiatan bulan madunya. Keren sih.
Aku sebenarnya juga ingin mendaki gitu. Cuma, aku belum siap secara fisik. Ndak pernah mempersiapkan diri sih yang tepatnya.
Kece banget eventnya sampai mendorong kita bikin buku, ya. Drafnya udah menarik, nih. Semoga beneran bisa terwujud
Konsep bukunya sudah matang sekali itu Teh. Sudah sangat berisi. Saya yakin dengan penanganan dan pengerjaan lebih jauh, hasilnya akan sangat baik. Apalagi ini premis dan tema bukunya unik dan spesifik. Kapan nanti mau dijadikan buku sila kontak saya Teh. Sekarang, alhamdulillah, saya punya institusi penerbitan buku lengkap dengan segala fasilitas editing, covering, dan layouting.
Bismillah, semoga dilancarkan penulisannya ya Teh. Outlinenya sih udah OK banget. Dilengkapi ilustrasi, kalau ada foto jadul seru banget tuh.
BTW…kebayang yg nyinyirin waktu dalam kondisi hamil 3 bulan naik gunung. Tapi Teh Okti tetap woles aja, tetap semangat bahkan hamil 7 bulan juga dijabanin.
Hayuk Teh Okti, bukunya enggal dibikin
Insyaallah saya beli karena bagus banget dan banyak banget manfaatnya untuk banyak orang
Baru tau kalo Teh Okti mendaki ketika sedang hamil Fahmi, malah berulang kali. Dan Fahmi diajak mendaki sejak balita. Hebat pisan Teh.
Menurut daku, kalo buku ini jadi naik cetak dan terbit, punya peluang yang bagus Teh. Karena seru kisahnya, tentag satu keluarga yang naik gunung. Apalagi kisahnya dari semenjak Teteh menikah sampai Fahmi gede hehe
Cemerlang sekali idenya. Kalau ada kesempatan coba saja di relisasikan. Sejauh ini perjalanan mendaki secara keluarga masih terbilang jarang. Siapa tau karyanya bisa menjadi inspirasi dan kewaspadaan ketika hendak mendaki gunung
Teh Okti selalu berhasil menyelesaikan tantangan demi tantangan dari grup teh Ani Berta.
Saluutt banget sama kesungguhan teteh dan idenya pasti gak mudah.
Bagi teteh yang biasa naik gunung, itu uda seperti keseharian yang dialami.
Tapi bagiku, pengalaman teteh bisa menjadi penguat keluarga yang mungkin ragu atau baru pertama kali akan memulai sebuah pendakian bersama pasangan dan anak.
Keren teeh..
MashaAllaa.. Tabarakallahu.. semoga lancar proses penulisan hingga penerbitannya.
Wah kebayang deh pasti bagus banget isi bukunya mba. Semoga dilancarkan dan dimudahkan proses menulis bukunya nanti
Kudoaiiin semoga Buku Keluarga Pendaki terbit!
Artikelnya ngeri ngeri sedap juga bacanya yaaa.. ada pengalaman yang semi horor pastinya, saya semakin tertarik untuk membaca bukunya!
Yang jelas seperti teh Okti, buku ini tidak hanya bercerita tentang pendakian fisik, tetapi juga menggali perjalanan emosional dan hubungan antar karakter dalam keluarga.
Konsep tentang keluarga yang berjuang bersama dalam menghadapi tantangan di alam bebas memberikan pesan yang sangat kuat, tentang kekuatan ikatan keluarga dan bagaimana setiap individu dapat berkembang melalui pengalaman bersama. Sepertinya ini adalah bacaan yang sangat cocok untuk saya yang suka dengan cerita petualangan yang penuh makna.
Saya juga suka dengan cara teh Okti menggambarkan tantangan hidup yang tidak hanya berupa fisik, tapi juga psikologis, yang menguji ketahanan mental dan hubungan antar anggota keluarga. Pasti akan banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini!
Wow keren Teh.
Pendaki banyak, tapi yang bisa naik gunung bersama keluarga tuh luar biasa.