Gerakkan Membaca Satu Buku Satu Bulan

Gerakkan Membaca Satu Buku Satu Bulan

 

Buat apa baca (buku)? Semua informasi saat ini sudah ada dalam genggaman. Media online dan mesin pencarian bisa dengan mudah kita pergunakan cukup menggunakan gadget yang terkoneksi dengan internet. Betul betul betul?

Pendapat seperti itu tidak ada salahnya. Kondisi saat ini memang sudah berbeda dengan tahun 80 atau 90-an. Dimana saat itu buku masih jadi jendela dunia. Dimana buku banyak diakui sebagai gudang ilmu. Dengan kata lain siapa yang mau punya banyak ilmu pengetahuan, tiada lain caranya ya harus mau membaca buku.

Sekarang jamannya era digital. Ditambah jaman sebab akibat, banyaknya penebangan hutan bikin stok bahan baku pembuatan kertas semakin menipis habis. Jadilah digalakan gerakan less paper. Maka seiring dengan kecanggihan teknologi, arus informasi dan dunia berita secara masal diangkut ke dalam platform media daring.

Kertas koran sebagian dipensiunkan berganti menjadi media online. Buku cetak, buku bacaan pun tidak mau kalah berganti bentuk menjadi buku versi elektronik alias ebook. Olala, sampai saya kena imbas “dirumahkan” dari pekerjaan udar ador (ngelayap) karena tabloid yang diterbitkan perusahaan harus ikhlas berganti diboyong ke versi website.

Sempat gigit jari, ketika saya masih belum punya gadget. Keinginan untuk membaca (online) pun hanya sebatas angan-angan. Sebagai pelampiasannya, saya mengalokasikan gaji bulanan yang tidak seberapa karena sudah dipotong ini itu untuk membeli beberapa buku bacaan yang harganya lumayan mahal kalau dirupiahkan. Ya, soalnya saat itu saya sedang masih bekerja di luar negeri.

Supaya keinginan untuk membaca terpenuhi saya mengupayakan dengan membeli buku melalui toko Indonesia, atau beli titip kepada teman yang sedang pulang ke tanah air. Karena itu harganya jadi berlipat-lipat.

Saat finish kontrak, pulang kampung bukannya bawa berkarung-karung uang ini malah bawa buku yang beratnya luar biasa. Ibuku dan keluarga sampai geleng kepala. Atuh da sayang banget kalau ga dibawa pulang. Sudah belinya mahal, perjuangan banget pula untuk mendapatkannya.

Barulah setelah kesampaian membeli gadget yang lumayan, saya bisa membuka bahan bacaan baik melalui aplikasi maupun media online. Informasi terbaru, karya fiksi dan non-fiksi, sampai buku elektronik karya teman dan para pakar.

Buku cetak masih ada banyak dijual. Tetapi keuangan di tanah air banyak bocornya dibandingkan ketika saya masih kerja di luar negeri. Jadinya anggaran membeli buku semakin seret bahkan sampai kering sama sekali ketika saya dihadapkan pada dua pilihan beli pulsa dan kuota atau beli buku? Tetottt…

Sudahlah, toh meski hobi baca tetap ada, tetapi seiring usia yang semakin menua, ditambah adanya kewajiban yang harus didahulukan seperti urusan keluarga, anak, dan pengurusan rumah, bikin waktu yang saya miliki untuk membaca pun semakin terkikis.

Sampailah kegiatan membaca buku menjadi sebuah me time yang sangat mahal, saking susahnya mendapatkan kesempatan dan menikmati momen asyik itu. Barulah setelah anak sudah agak besar, saya punya waktu lebih untuk kembali meluangkan waktu bercengkerama dengan buku.

Sebulan sekali memang belum tentu bisa menamatkan sebuah buku. Selalu saja banyak alasan adalah kendalanya. Padahal sebelumnya, novel sebanyak lima ratus halaman saja bisa saya lahap hanya dalam waktu dua hari.

Seringnya keteteran waktu dalam menghabiskan buku bacaan hingga tamat itu, membuat saya memiliki banyak stok buku yang belum dibaca. Secara sendirinya frekuensi membeli buku cetak pun semakin berkurang. Eh, lama-lama jadi kebiasaan, alias lama belum pernah buku lagi. Apalagi sudah mau empat tahun ini saya tinggal di pelosok yang jauh ke toko buku. Beli buku jika anak ada keperluan dengan perbukuan di sekolahnya saja.

Meski sudah jarang beli buku, bukan berarti saya vakum pula dalam hobi membaca. Jaman sekarang ini apa sih yang tidak bisa? Meski tidak pernah lagi sering beli buku, saya tetap kok bisa membaca buku-buku baru. Bagaimana caranya? Pinjam? Ke perpustakaan? Bukannya tinggal di pelosok?

Ya, saya memang mengandalkan modal pinjaman buku untuk bisa membaca buku saat ini. Pinjam di perpustakaan nasional versi digital tepatnya, alias Ipusnas. Karena sistemnya fleksibel selagi ada sambungan internet saya bisa baca buku beberapa buah per bulan. Dengan ragam yang sangat banyak, jadi tidak bikin bosan pastinya.

Selebihnya ada pemberian dari donatur untuk perpustakaan alias taman baca anak mengaji di rumah. Meski buku anak atau remaja, kalau saya baca itu sudah termasuk kegiatan membaca juga, bukan?

Beberapa blogger dan Kompasianer di kota sudah jadi donatur bagi Pondok Mengaji Al Hidayah yang kami kelola di rumah. Beberapa buku masih layak baca pernah kami terima. Setiap ada buku baru datang anak-anak senang bahkan sampai rebutan.

Pondok Mengaji Al Hidayah dan Taman Bacanya

Kalau sudah jadi hobi ditambah kebiasaan, memang susah banget untuk berhenti apalagi meninggalkan. Membaca mungkin bisa dilakukan nanti tapi isi (hasil) dari proses kita membaca akan bisa kita ingat sampai kapanpun itu nanti…

Jadi bagaimana cara memaksakan supaya bisa membaca buku paling tidak satu bulan satu buku?

1. Niat

Kalau sudah berniat harus tamat satu buku satu bulan, apapun halangan nya pasti akan tetap menyempatkan untuk membaca. Sama pula halnya seperti berniat khatam Al Qur’an dalam waktu satu bulan.

2. Alat

Tidak ada buku cetak bukan masalah. Toh sekarang banyak buku versi elektronik. Tidak punya sendiri bisa pinjam ke perpustakaan.

3. Challenge

Bisa berkompetisi dengan diri sendiri, atau bersama teman/komunitas. Selain keseruanya akan lebih terasa kalau ada temannya, juga jangkauannya bisa lebih luas juga.

4. Gerakan Literasi

Jangan mengharapkan anak bisa rajin baca buku kalau kita sebagai orang tuanya tidak memberikan contoh yang baik. Anak akan tertarik membaca buku kalau lingkungannya mayoritas pembaca (kutu) buku…

Ada lagi cara lain supaya bisa baca buku minimal satu bulan satu kali? Boleh ditambahkan ya siapa tahu bermanfaat bagi yang lainnya.

15 thoughts on “Gerakkan Membaca Satu Buku Satu Bulan”

  1. Sayapun sudah lama gak baca buku secara fisik, seringan secara online, padahal buat memberikan contoh yang baik ke anak buat baca seharusnya saya lebih rajin baca buku di depan anak ya 🙂

    Reply
  2. Aku juga merasa kesulitan kalau harus ditarget membaca 1 buku 1 bulan, kaya ada aja gitu alasannya hahaha. Padahal demi kebaikan kita juga ya untuk nambah wawasan sekaligus hiburan selain gadget

    Reply
  3. Penting loh baca buku itu untuk membuka wawasan dan pengetahuan. Dan aku setuju dengan gerakan membaca satu buku satu bulan ini. Kalau tak punya buku yang mau dibaca, bisa banget memang ke perpustakaan. Ini salah satu cara mendapatkan bacaan dengan cara yang murah meriah juga

    Reply
  4. frekuensi saya membaca buku juga udah jauh banget berkurang. Padahal dulu di keluarga, saya sering dibilang kutu buku. Pengen balik ke kebiasaan itu lagi. Asik tenggelam dalam buku. Selama ini masih juga belum berhasil. Semoga tahun ini bisa.

    Reply
  5. Sampai ke pistingan ininseperti mendapat furian runtuh. Kenapa? Karena selama bunda tuh sudah jarang pake banget baca buku. Suatu keponakan datang dan liat koleksi buku bunda yg berjejer di rak buku. Hanya sau pertanyaannya yg seperti pecut: “Buku sebanyak ini emang udah dibaca semua, Bun?” Tanya yg bisa aku jawab dengan senyum sambil kucubit pipinya. Pecutan 1 lg setelah baca postingan ini! Hayo! Come on, bunda, timbulkan niat membaca 1bulan 1 buku. Why not?

    Reply
  6. Keren mbak perpusnya. Sering anak2 tu bukan nggak suka baca tapi karena dibiarkan saja sama ortunya pegang gadget lama2. Alhamdulillah masih ada yg peduli gini, mau mengajak anak2 membaca sekaligus menyediakan fasilitasnya.

    Reply
  7. Iya ya sekarang serba digital, bahkan orang2 lebih doyan pegang gadget daripada buku jadi bisa khatam satu buku satu bulan saja rasanya berat banget padahal pegang gadget seharian bisa.

    So, untuk bisa membaca buku mininal satu buku satu bulan kita memang harus punya niat dan tekad yang kuat ya Mbak. Ikut semacam challenge juga bisa membantu kita untuk memenuhi target tersebut

    Reply
  8. Rajin baca buku pasti bikin wawasan kita makin bertambah yaa mba. Mungkin harus dimulai dengan cari bacaan yang sesuai kebutuhan kita, misalnya sebagai blogger mungkin kita carinya buku tentang teknik penulisan. Tapi memang semuanya berawal dari niat.

    Reply
  9. Saya baru mulai program lagi baca buku tahun ini. Tahun lalu blas cuma 1 apa 2 buku yang tamat. Sesih banget. Nggak produktif baca itu serasa kosong fikiran, nggak ada tambahan ilmu.

    Reply

Leave a Reply to Hanila PendarBintang Cancel reply

Verified by ExactMetrics