Satu bulan ini, Fahmi mengikuti ujian semester pertama di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG) Kampus 9.
Ujian di Gontor terkenal ketat, menyeluruh, dan penuh disiplin. Secara sudah jadi rahasia umum kalau Gontor memiliki kurikulum sendiri. Bahkan sejak saya ingat, ketika ikut ujian di sekolah dengan isilah ebtanas (ketahuan angkatan jaman mana ya) di Gontor mah tidak ada ujian nasional itu, karena di pondok pesantren modern ini ujiannya beda sendiri, sangat ekslusif.
Ujian di Gontor, beda dengan ujian yang diselenggarakan oleh Kemendikbud atau Depag. Yang mana kalau di sekolah pemerintah itu setiap ganti menterinya, ganti pula nama/istilah dan prosedurnya.
Sementara ujian di Gontor, sejak seratus tahun lalu, tetap menerapkan satu metode. Yang mana ujian di Gontor bukan sekadar mengetes hafalan pelajaran, tapi juga melatih mental, manajemen waktu, dan kejujuran santri.
Anak Diuji di Gontor
Sejujurnya saya merasa sedih sekali ketika mendengar cerita Fahmi bagaimana kegiatan sehari-hari khususnya selama sebulan terakhir ini dalam menghadapi ujian.
Pagi siang malam terus ngebut belajar dan belajar. Ibaratnya pihak pondok terus mendorong seluruh santri (termasuk ustadz nya juga) untuk fokus kepada pelajaran yang akan diujikan baik teori maupun praktik.
Kurang-kurangnya kuat fisik dan mental anak bisa tumbang. Tapi justru disitulah kekuatan Gontor dalam memberi didikan, tidak hanya memberikan ujian (latihan) akademik, tapi juga ruh alias jiwa anak.

Tidak bisa diceritakan secara detail karena sejak awal kami sudah berkomitmen dan menyetujui (dengan menandatangani surat pernyataan) bahwa segala kegiatan pendidikan dan ibadah di PMDG tidak ada yang bisa mengintervensi dari luar. Termasuk wali santri.
Pemerintah sekalipun tidak bisa ikut campur karena memang Gontor tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan pihak luar. Gontor berdiri sendiri termasuk dalam hal ujian santri. Semandiri itu!
Mungkin mengenai ujian ini saya bisa bercerita secara umumnya saja, ya. Kalau di Gontor ujiannya itu terbagi dalam beberapa hal.
Jenis Ujian di Gontor
Ada tiga jenis ujian santri di Gontor, yaitu berupa ujian tertulis, ujian lisan, dan ujian praktik.
Ujian Tertulis
→ meliputi pendidikan Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Fiqih, Tafsir, dll yang saya lupa karena nama pelajaran itu saya juga mendengarnya baru-baru ini saja dari anak.
Ujian tulis di Gontor soalnya semua berupa esai. Tidak ada soal pilihan ganda. Jadi bisa ketahuan sampai mana pemahaman dan hafalan anak karena satu soal bisa berlembar-lembar jawaban. Tidak ada istilah tebak-tebakan, ngitung kancing, atau asal jawab.
Ujian Imla’ (dikte bahasa arab) termasuk ujian tertulis utama di Gontor. Biasanya imla’ bagi para calon pelajar dilaksanakan ketika ujian tulis hari keenam. Itu pengalaman di PMDG Kampus 2 (Gorda).
Ujian imla’ bertujuan untuk mengukur kemampuan menulis bahasa Arab semua santri dengan benar, baik dari segi ejaan maupun ketepatan penulisan. Secara tahu sendiri kan Bahasa Arab, adalah bahasa pengantar wajib di Gontor selain Bahasa Inggris.
Saat Imla’ para penguji membacakan teks secara perlahan, sementara para peserta ujian menuliskannya sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
Melalui ujian ini, diharapkan para pelajar dapat meningkatkan keterampilan menulis bahasa Arab dengan baik dan benar.
Selain itu, ujian Imla’ juga melatih ketelitian, konsentrasi, dan pemahaman bahasa yang menjadi bekal penting dalam proses pembelajaran di Gontor.

Kalau tidak bisa, bukan hanya merasa malu, tapi juga seolah merasa berdosa, karena kemungkinan selama ini kurang fokus menyimak pelajaran, merasa kerugian waktu dan biaya.
Apalagi jika mengingat orang tua sudah mengirimkan biaya tidak sedikit, termasuk orang tua yang kesulitan dalam memenuhi pembiayaan anak demi bisa ikut ujian.
Jika tidak bisa maksimal dalam ujian artinya tidak lulus, terpaksa harus mengulang. Artinya orang tua harus kembali mengeluarkan biaya, bukan?
Ujian Lisan
→ berupa ujian dalam hal hafalan Al-Qur’an, hadits, percakapan bahasa Arab, percakapan bahasa Inggris, serta pelajaran dalam hal membaca kitab kuning.
Kitabnya berbeda dan banyak ya, tergantung kelas dan tingkatan masing-masing kemampuan santri.
Ujian Praktik
→ Ini tidak hanya praktek khutbah, ceramah, kepemimpinan, tetapi juga sekaligus ujian praktek ibadah seperti wudhu dan shalat sesuai tata cara yang benar. Bahkan kelas atas, ada ujian praktik bagaimana mengurus jenazah, ibadah haji, bagi waris dan lainnya.

Sistem Ujian di Gontor
Di Gontor ada dua kali ujian besar dalam setahun: yakni Ujian Semester Pertengahan (untuk Fahmi semester satu) berlangsung sekitar bulan Shafar dan Ujian Akhir Tahun atau ujian kenaikan kelas nanti. Biasanya jatuh pada bulan Syaban atau akhir bulan Rajab.
Setiap ujian berlangsung sekitar 2–3 minggu penuh. Bahkan jika pada bulan Masehi nya ada hari tanggal merah nasional seperti bulan Agustus ini ada Hari Kemerdekaan RI, maka waktu bisa bertambah karena terpotong kegiatan peringatan 17 Agustusan.
Kalau di sekolah negeri atau madrasah lainnya ujian sekitar semingguan selesai, beda dengan di Gontor yang memerlukan waktu lebih lama.
Kenapa? Karena memang sekali ujian satu mata pelajaran memerlukan waktu yang sangat lama. Padahal, itu sudah melalui jadwal yang sangat padat dan ketat.
Dimulai dari subuh hingga malam untuk ujian dan belajar.
Siang hari biasanya dilangsungkan ujian lisan. Bagaimana tidak lama, kalau kondisinya saat santri masuk ruangan itu langsung tercipta atmosfer yang sangat menegangkan!
Saat santri masuk ruang ujian lisan, ini satu per satu santri yang masuk, ya. Di depan santri sudah ada 3 orang penguji. Karena ini cerita pengalaman anak saya Fahmi di Kampus Gontor Putra, maka sudah pasti pengujinya para ustadz, dong.
Setiap ustadz memegang tugas masing-masing. Misalkan satu ustadz minta santri menerjemahkan ayat Al-Qur’an beserta tafsirnya.
Satu ustadz lagi menyodorkan kepada santri kitab kuning acak dan suruh baca plus jelasin maknanya.
Ustadz yang ketiga ngajak berdialog, atau tepatnya bertanya seperti “Apa bedanya ‘Isim’ dan ‘Fi’il’ dalam Nahwu?”
Fahmi bilang, semua tatapan para ustadz nya itu sangat tajam. Bikin keringat keluar sebadan-badan. Haduh, semoga kamu kuat dan lolos, Mi… Secara di rumah saja kalau saya pelototin nih anak udah langsung mewek aja.
Fahmi bilang kalau gak bisa jawab atau lupa, jantung langsung dag dig dug. Tapi kalau lancar, rasanya lega luar biasa. Alhamdulillah…
Atmosfer Ujian
Karena pihak pondoknya sendiri mendorong santri untuk fokus belajar, maka selama bulan ujian ini belajar bersama di kelas, asrama, bahkan di taman jadi pemandangan yang tidak bisa dihindarkan.
Tidak heran ada santri yang saling menguji hafalan satu sama lain. Itu untuk menguatkan hafalan demi bisa meminimalisir lupa atau bertanya kepada teman di waktu yang tidak diperbolehkan.
Ya saat ujian berlangsung tentu saja tidak boleh tengok kanan kiri. Ada tim pengawas ujian yang sangat disiplin sehingga kecurangan sekecil apa pun bisa diketahui dan langsung ditindak.
Ujian lisan di Gontor sering dilakukan di depan beberapa penguji, jadi mental para santri benar-benar diasah.

Persiapan Ujian di Gontor
Santri biasanya mulai persiapan serius belajar sebulan sebelum ujian, dengan program Ta’kid (penekanan materi).
Fahmi saja sampai jarang nelepon, pas ditanya kenapa, katanya emang pihak pondok menggiring semua santri untuk fokus belajar. Kegiatan luang anak diganti dengan tambahan beberapa materi yang sekiranya belum dikuasai benar.
Pihak pondok juga mengurangi kegiatan ekstrakurikuler, pokoknya semua waktu kecuali kebutuhan penting difokuskan untuk sepenuhnya belajar dan pemantapan materi ujian.
Jadi jika biasanya teman-teman berolahraga futsal, Fahmi yang kurang suka degan olahraga bola itu memilih mampir ke bagian Pengasuhan untuk menelepon ke rumah. Nah saat jelang ujian ga ada waktu untuk bermain futsal karena semua santri dipandu untuk belajar di tempat yang sudah ditentukan. Fahmi pun tidak ada kesempatan untuk melipir lagi…
Kegiatan padat mulai dari pagi saat bangun. Jam 03.45 dini hari, bel asrama sudah dibunyikan. Para mudabbir langsung sat set menjalankan tugasnya. Selaku santri senior mereka tidak bosan-bosannya selalu berteriak, “Bangun! Shalat tahajjud! Belajar lagi sebelum subuh!”
Walau mata masih berat, tapi langsung melek apalagi kalau melihat teman sekamar sudah duduk melingkar sambil mengulang kosakata bahasa Arab.
Jelang subuh segera ke kamar mandi sambil tetap mengingat dan mengulang hafalan. Shalat subuh berjamaah, setelahnya duduk di masjid sambil buka buku-buku pelajaran.
Saat itu bisa dengan jelas terlihat bagaimana wajah-wajah mengantuk diantara udara dingin di Bukit Mandi Mandian tempat Kampus Gontor 9 berada.
Walau belum terbiasa karena ini ujian semester pertama di sana tapi Fahmi bilang Alhamdulillah ia belajar bisa fokus.

Sore hari setelah salat dan makan para santri terlihat belajar di mana saja senyamannya. Ada yang di taman pondok santri duduk berkelompok. Ada yang baca kitab, ada yang saling tanya jawab hafalan, ada yang latihan percakapan bahasa Inggris.
Banyak tingkah dan gaya mereka dalam memperdalam pelajaran. Bahkan di kantin saja banyak santri yang makan sambil buka catatan.
Malam hari bisa dibilang sebagai suasana perang akademik. Jam 20.00, semua santri masuk program belajar malam (mudarasah). Tidak heran semua kelas penuh. Setiap orang membawa buku berbagai ukuran.
Yang ngantuk, walaupun depan buku, kepalanya mulai mengangguk-angguk kayak burung pelatuk. Tapi satu sama lain saling waspada mengingatkan karena kalau ketahuan tidur, siap-siap ditegur bagian kedisiplinan.
Selesai jam 22.00 seluruh santri pulang ke rayon (asrama) masing-masing. Walaupun demikian ada banyak yang memilih tetap bertahan, masih lanjut belajar di bawah cahaya lampu tidur.
Tujuan Utama Ujian di Gontor
Ujian di Gontor bukan cuma demi mendapatkan nilai tinggi, tapi juga supaya bisa :
• Melatih kejujuran (anti nyontek total).
• Menumbuhkan disiplin belajar.
• Menguatkan mental berbicara di depan orang.
• Membiasakan menguasai banyak bidang sekaligus.
Perasaan di Akhir Ujian
Campur aduk: capek, lega, dan bangga.
Capek karena dua sampai tiga minggu otak bekerja nonstop.
Lega karena akhirnya bisa kembali ke kegiatan normal.
Bangga karena ketika lulus bukan cuma mendapat nilai, tapi juga ketahanan mental yang sudah terlatih, tahan banting dan disiplin luar biasa.
Anak seusia santri Gontor di luar sana, belum tentu mampu melakukan dan melalui perjuangan seperti itu…

Minggu ini, kegiatan Fahmi dan semua Al Akh kembali akan normal karena ujian berakhir pada Selasa 2 Rabiul Awal 1447 H atau bertepatan dengan 26 Agustus 2025.
Hari Rabu dan Kamis insyaallah akan diadakan acara perkumpulan tasyakuran atas selesainya ujian dan kegiatan penertiban asrama guna persiapan liburan.
Jumat 5 Rabiul Awal atau 29 Agustus 2025 Fahmi dan beberapa santri lain yang tidak mukim, pulang kampung untuk liburan semester.
Semoga sehat dan lancar hingga waktunya tiba ya. Aamiin…

Saya tahu perjuangan Fahmi satu semester di Gontor ini bagaikan naik rollercoaster. Jungkir balik bikin jantung dag dig dug der. Teringat aktivitas Blogger Surabaya yang memilih waktu santai sore untuk meregangkan kejenuhan dari semua kegiatan, maka saya harap semoga liburan Fahmi pertama kali ini pun bisa menjadikan penyemangat untuk terus giat belajar dan beribadah lagi saat balik pondok nanti.
Keren ya, semandiri itu sistem pendidikan di Gontor. Mantap!
Sukses terus untuk ananda Fahmi. Semoga di tiap ujian dilancarkan dan dimudahkan. Wah..pengawasnya enggak kira-kira jumlahnya. Bakalan jujur banget ini para santri ngerjainnya, enggak ada curi-curi buat nyontek atau nanya tetangga…
Masyaallah ya, Teh…
Kita bayangin anak diperlakukan begitu sekilas ngerasa kasihan dan ngga tega, yaa..
tapi sebenarnya tujuannya sangat2 baik sekali.
Bangun pagi bangeet2 itu peer banget untuk anak2 remaja terutama
tapi sebenernya bisa disiasati kalau tidur lebih awal dan membiasakan diri.
Gontor the best, deh…
Smoga selalu menelurkan generasi islami yang jujur, cerdas, berintegritas dan tentu saja soleh. Aamiin…
Aku nggak heran kalau lulusan Gontor itu cerdas-cerdas. Wong sistem ujiannya saja begitu. Nggak ada ceritanya asal pilih benar atau salah. Kamu nggak belajar dan memahami pelajaran, maka kamu nggak bisa jadinya. Keren. Sukses selalu ya, Dek Fahmi
Merinding saya bacanya Teh Okti. Membayangkan bagaimana perjuangan para santri dalam menyiapkan diri untuk menyambut masa-masa ujian. Apalagi program dan jenis pembelajaran Gontor itu eksklusif, tidak sama dengan pendidikan negara yang banyak dihadapi oleh para pelajar di luar sana.
Saya juga kagum sama Teh Okti yang bisa menyampaikan penjabaran yang begitu rinci. Sementara Gontor tentunya tidaklah mudah untuk berbagi info apa pun karena ke-eksklusivitas-an mereka. Keren Teh.
Betul banget aku sepakat dengan yang mba Utarakan. Teh Okti sangat cerdas menyampaikan informasi terkait sistem ujian di Gontor sesuai rules. Aku pun salut sama para santri di sana. Makasih tak heran jebolan Gontrol jempolan dan cerdas. Masha Allah keren banget.
keren pengawasnya pakai jas
(semula saya ngebayangin santri dan pengawasanya pakai sarung, hihihi maaf)
dan jawabannya harus essay, gak ada pilihan ganda. Bahasanya pun Arab dan Inggris
Lulusan Gontor andai dapat nila A berarti A penuh, bukan A yang kehilangan kaki-kakinya ya?
Sekarang jadi paham kenapa alumni Gontor itu punya resiliensi yang luar biasa, sudah terbiasa dan tertempa dalam kehidupan sehari-hari terutama masa ujian
Semoga hasil penilaian putra-nya memuaskan ya Teh. Aamin YRA
Emang Gontor makin mantab dan ga kaleng-kaleng. Salah satu institusi pendidikan modern yang patut diacungi jempol.
MasyaAllah. Membaca proses ujiannya memang terlihat berat. Saya sebagai orangtua membayangkannya ada rasa gak tega. Tapi, itulah yang bikin para alumni Gontor kualitasnya juara, ya. Bismillah. Allah selalu mudahkan ikhtiar Fahmi menempuh pendidikan di sana. Aamiin
Hai Teh Okti! Masya Allaaah bacanya bikin goosebump!
Wah, baca cerita tentang ujian di Gontor langsung ngebayangin suasana belajar nonstop yang super disiplin. Mulai dari bangun subuh, belajar subuh, di taman, sampe larut malam di madrasah—rasanya ikut rempong bareng Fahmi!
Jenis ujiannya keren banget: esai mendalam, lisan di depan tiga penguji berwibawa, plus praktik ibadah—total banget nyiapinnya. Bukan cuma otak, tapi jiwa dan mentalnya ikut diuji. Bravo Gontor!
Sebenarnya keren sih sistem ujian kayak di Gontor tuh. Nggak ada lagi anak yang malas belajar karena nggak adanya soal pilihan ganda. Makanya, harus belajar dan memahami pelajaran dengan fokus. Biar bisa menjawab pertanyaan ujian tertulisnya.
Dan sistem pengawasannya juga keren. Memang sebaiknya jangan kasih celah sekecil apa pun untuk melakukan kecurangan.
ujiannya ketat ya
Semoga sukses selalu untuk Fahmi. Nggak kebayang persiapan menjelang ujian di Gontor bisa seketat itu. Benar-benar luar biasa ya perjuangan para santri Gontor. Pantesan setiap lulusan Gontor punya kualitas yang bagus, lah wong ujiannya aja sebegitu menegangkan
Selain menguji kemampuan ternyata ujiannya juga menguji kejujuran ya. Keren juga nih pengawas bisa sampai 5-6 orang.
Pantas sajaa Gontor banyak melahirkan tokoh tokoh nasional dan alumninya berkiprah di berbagai panggung karena sistem pendidikannya bagus sekali, termasuk dalam sistem ujiannya. Beruntungnya Fahmi bisa mondok di Gontor…..masya Allah….
Wiiiih, mantep bener sistem pengawasan ujiannya! Sesimpel memutar balik meja tapi sepertinya jarang (atau tidak ada?) dilakukan di sekolah-sekolah umum.
Kalau ada Islam Kaffah, di Gontor namanya pendidikan Kaffah, karena anak tidak hanya belajar ilmu, tapi juga belajar hidup, bersiap menghadapi ujian hidup sebenarnya saat ia selesai pendidikan.
Ini sie kayak ujian skripsi ya mbaa…aku bayangin nya sendiri aja keder secara pas mahasiswa aja dh deg2an ser la ini apa lagi usia smp duhh bisa mati kutu sepertinya aku..
Kalo gak bener2 siap menguasai materi bisa2 pas ujian jadi lari semua hafalannya..
Tapi beneran salut untuk siswa Gontor ini mampu menggembleng siswa gak cuma materi namun juga kedisiplinan dan juga akhlaq yang mulia pastinya..
Wah sistem ujiannya ketat yaa, jadi bener2 ketahuan nih kemampuan pribadi masing2 siswa, nggak ada ceritanya ujian diakal2in biar dapat nilai bagus. Emang keknya dibutuhkan ketegasan kyk gtu untuk mengeluarkan potensi anak dengan lebih optimal.
Belajar sampai malam2 ngingetin aku sama sekolah2 di drama2 korea yang ada belajar mandiri sampai malamnya di ruang kelas/ ruang belajar/ perpus hehe.
Penasaran kalau sekolah di sana berarti buku2/ kitab2 sejak awal udah termasuk di biaya2 ya teh?
Oh ya seandainya ada murid yang gak bisa ujian pada jadwalnya karena misalnya sakit atau ada urusan keluarga mendadak apa masih bisa ikut ujian susulan?
Berarti saat ini sedang libur semester ya…semoga bisa jadi waktu buat rileks dulu, quality time bersama orang tua dan keluarga tercinta setelah berjibaku dengan segala ujian yang tak hanya menguji pengetahuan dan mengetes hafalan pelajaran, tapi juga melatih mental, manajemen waktu, dan kejujuran santri.
Masya Allah suasana ujian begitu ‘mencekam’ dalam arti sangat baik menjunjung tinggi nilai2 kejujuran ya. Pengawasnya aja ada 5-6 orang di kelas. Esai semua ga ada pilihan ganda ck..ck..ck. Pantas kalau lulusan Gontor itu orang2nya kredibel semua, jujur, amanah keren! Fahmi sehat2 selalu ya. Teh Okti doanya teruuuuusss pastinya ya dalam tiap salat, insya allah sang anak sukses dunia akhirat aamiin.
Suka pisan sama cara Gontor mengadakan ujian. Beneran dibuat tidak ada celah untuk mencontek apalagi berbuat curang. Jadi santri sudah terbiasa sejak muda berlaku jujur.
Luar biasa menantang ya, setiap waktu luang beneran dimanfaatkan untuk belajar dan ujiannya pun ada beberapa jenis nih. Butuh kesiapan hafalan, pemahaman dan fokus saat mengerjakan. Apalagi tidak ada pilihan ganda.
Semoga Fahmi lancar jaya ikuti ujiannya ya.
Saya pernah baca tentang kehidupan di Gontor di novel Ranah Tiga Warna, karya Ahmad Fuadi. Betapa ketatnya pendidikan di Gontor, bukan hanya secara materi pelajaran saja, tapi juga mental santri, dan disiplin juga.
Jetika menjadi kenangan setelah Fahmi tamat nanti mungkin bisa menjadi cerita lucu, betapa jatuh bangunnya ia selama belajar di Gontor.
Ahmad Fuadi sendiri, orang asli Sumatera Barat, dan dapetnya belajar di Gontor tang ada di Pulau Jawa.
Keren ya sistem ujiannya. Meskipun terasa berat tapi hasilnya pasti juga nggak kaleng-kaleng. Pantas saja sejak dulu sudah tersohor namanya. Saya yakin lulusannya juga keren.
Jadi inget pas sekolah di MTsN, mata pelajaran Quran Hadist ada tes dikte, mana gurunya udah senior banget dan hawanya menakutkan. Tapi berkat tes dikte jadi benar-benar paham tulisan dan arti perkata dari sebuah hadist. Salut sama teh okti, padahal yang mondok anaknya, tapi artikel ini cukup detail mengambarkan suasana ujian di pondok pesantren. Berarti teh okti perhatian banget sama anaknya, saat telponan, pertanyaannya nggak sekadar kabar aja, tapi suasana belajar, ujian dll.
Jadi inget waktu masih sekolah, mempersiapkan ujian dan belajar dengan begitu giat. Karena selain tes tulis, ada juga tes lisan yang ditujukan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman kita terhadap materi yang diajarkan. Subhanallah, salut dengan begitu pedulinya Teh Okti dengan perkembangan dan progres anaknya. Semoga aku juga bisa mencontoh dan menjadi orang tua yang begitu supportif untuk anak-anaknya meski terpisah jarak karena harus mondok.
Kalau lagi ujian pengawasnya memang sesuatu. Auranya bikin bergidik. Jadi ya jangan harap bisa sontek sana-sini. Pede aja dah mengerjakan sendiri.
Ciamik ini pengalaman Fahmi jadi masukan buat yang ingin mondok
Wah iya ya beneran enggak ada istilah tebak-tebakan, ngitung kancing, atau asal jawab, nih ,,,,karena ujian tulis di Gontor soalnya semua berupa esai dan tidak ada soal pilihan ganda.
Masya Allah, baca ini aja aku ikutan deg-degan ngebayangin suasana ujian di Gontor. Salut banget sama Fahmi dan semua santri yang harus kuat fisik, mental, plus hafalan segunung. Bener-bener beda ya teh, bukan cuma soal akademik, tapi juga melatih jiwa, disiplin, sampai keberanian.
Aku kebayang gimana rasanya ditatap tiga ustadz waktu ujian lisan, pasti jantung udah kayak genderang perang. Semoga Fahmi makin betah, kuat, dan pulang liburan nanti bawa banyak cerita seru. InsyaAllah jadi pengalaman berharga banget buat dia ke depan.
Aku suka banget bagaimana ujian di Gontor menekankan kejujuran dan penguasaan materi secara menyeluruh, bukan cuma nilai tinggi. konsep belajar sambil hidup disiplin, fokus, serta saling mengingatkan teman itu menurutku keren banget.
Bisa dibilang, ujian di sana bukan sekadar akademik, tapi latihan hidup juga. Benar-benar menguji mental, disiplin, dan ketahanan diri.
Nggak heran ya kalau Gontor nih legendary banget sebagai pondok yang menghasilkan lulusan-lulusan keren, kaffah, dan mumpuni ilmunya. Ujiannya aja ketat kayak giniii, huaahhh gimana rasanya dirempug para pengajar ya. Ini sih bukan cuma ilmu tapi juga mental yang diuji…
Barakallah, semoga putra Teh Okti lancar menjalankan studinya di Gontor, pondok kebanggaan Islam.
Saya membayangkan betapa leganya Fahmi setetelah selesai ujian ya, Mbak.Mbak Okti dan sumai juga iut lega. Soalnya saya membayangkan ujian 2-3 minggu itu sangat panjang. Apalagi beragam ujiannya. dari tes tulisan, hapalan, Imla, juga lisan. Dan dari sinilah santri ditempa berbagai hal. Dari kejujuaran, semangat belajar yang tinggi, sampai menyelesaikan ujuan setiap ujuan dengan baik. Semangat terus Fahmi.
Semakin bisa membayangkan suasana ujian di Gontor, sebelumnya saat baca Negeri 5 Menara saya pikir apa iya ujiannya sampai seperti itu dan ternyata memang sulit banget ya, beneran ujian mental ga hanya ujian pemahaman atas ilmu yang telah dipelajari
Gontor tidak diragukan lagi karena sudah dikenal sebagai pesantren dengan sistem pendidikan yang terpadu dan berdisiplin. Hal itu sebanding dengan lulusannya berkualitas.
Pantes ya Teh untuk masuk ke Gontor tergolong cukup menantang.. Karena hanya yang terpilih yang mampu juga ditempa menjadi kualitas terbaik dengan sistem ujian yang juga sangat menantang..
Semoga semua lulusan Gontor, termasuk Fahmi kelak jadi pribadi amanah kebanggaan agama dan negara ya Teeehh
Masya Allah keren banget ya perjuangan Fahmi dkk menghadapi minggu ujian benar-benar fokus dan serius belajar.. semoga dapat hasil memuaskan yaaa Teh..
Semoga santri di sana bisa istiqomah belajar yaa
selama ini kalau aku mendengar cerita dari temen, misal bercerita tentang Gontor, dalam hati aku cuman mengagumi ” wooww keren”, pasti pelajarannya juga nggak main-main dan terus hafalan
Ternyata untuk ujian aja juga menyita waktu ya, membaca artikel ini jadi tau aku sistem pendidikan dan ujian di Gontor, nggak ada yang namanya santai atau bermalas-malasan. Santi dididik untuk menghargai waktu dan belajar terus
Ujiannya udah aku bayangin kayak ujian skripsi ya. Bener-bener membutuhkan mental yang kuat.
Dari sini, santri jadi lebih mandiri juga.
Ujian di Pondok Pesantren Gontor penuh pengalaman berharga. Ada rasa tegang, tapi juga banyak pelajaran soal kedisiplinan dan kesabaran.
Aku baru tahu ternyata di Gontor tidak ada Ebtanas ya mbak. semangat untuk Fahmi ya, semoga tetap betah di Gontor. Kadang kalau belum terbiasa dengan sistem pendidikan di sebuah pesantren, anak akan merasa berat, tapi semoga Fahmi bisa melewatinya
Masyaallah Fahmi jd santri Gontor ya Teh. Semoga jadi alumni Gontor yg bermanfaat bagi ummat sebagaimana para alumni Gontor selama ini. Btw, Kampus 9 di Solok, Sumatra Barat ya, Teh. Semangat utk Teh Okti ya, bangga jadi ibunya santri (peluk).
Wuah, ternyata keren banget ya santri itu. Kehidupannya tertata, ilmunya juga mantap nih. Sejak dulu saya memang sangat mengagumi para santri nih. Bahkan sampai sekarang masih tetap mengagumi gaya hidupnya para santri dalam menuntut ilmu.
Kalo anak tetangga Setiap ujian dia senang teh. Makanannya istimewa. Bahkan susu untuk santri. Begitu katanya di gontor (saya lupa dia kampus berapa).
Alhamdulillah fahmi sudah melewati ujian dengan baik teh. Ikut senang mendengarnya.
Molly tau pesantren ini dari buku negeri lima menara. Emang seketat itu ya ujiannya. Jadi keder duluan nih.. takut gak lulus.
Aku salut banget dengan para santri Gontor. Ujiannya memang berat. Temen-temen aku yang mondok di sana sering nyeritain tentang gimana ujian di sana. Yang gak hanya sekedar hapalan tapi juga nguji mental banget. Pantesan aja lulusannya sangat berkualitas. Ujian-ujian yang menempa para santrinya juga sangat berat. Hebat Fahmi.
Semoga ujuiannya dilancarkan dan mendapat nilai terbaik, semangat belajarnya semoga menjadi pengalaman dan pembelajaran ke depannya
Betul-betul secara mental dan fisik di Pondok Gontor ditempa banget yaa, teh…
Anak-anak ku pun kalau uda memasuki minggu ujian, suka “begadang” untuk belajar yang dirasa susah. Tapii.. karena ujian itu uda menjadi makanan harian para santri, jadii.. gak kaget.
Mungkin yang membedakan cuma bebannya yaa..
Kalau akhir bulan, ujian per-bab.
Kalau mau naik semester, ujian akhir semester (((Penilaian Akhir Semester / PAS)))
Aku kagum sekali dengan “kebiasaan” santri yang penuh dengan aktivitas positive. Jadi orangtua di rumah juga terpacu bersemangat untuk melakukan yan terbaik sembari mendoakan ananda di pesantren.
Barakallaahu fiik, teh Okti.. uda berbagi aktivitas ananda Fahmi di Pondok Gontor.
Pastinya menjadi pengetahuan buat orangtua yang akan memasuki fase seperti ini di tahun-tahun berikutnya.
Ketat dan disiplin ya belajar di Gontor ini. Mungkin saya tidak akan sanggup jika seumuran Fahmi. Tapi memang lulusan Gontor itu sudah diakui kualitasnya. Mereka digembleng sekali utk belajar menimba ilmu dan disiplin
wah benar-benar nggak bisa main-main ya masuk gontor ini santri yang masuk harus benar-benar disiplin belajar mana ujiannya bahasa arab dan inggris pula. makanya wajar banget ya, Teh kalau lulusan Gontor itu keren-keren
Keponakanku juga masuk Gontor mbak di Jatim tapi. Aku takjub dengan progresnya dia ini lho. Dulunya termasuk yang agak Badung sekarang jadi anak Sholeh yang nurut banget …