Kenapa saya segitu betahnya kerja di Taiwan hingga belasan tahun? Sampai di kampung saya dapat julukan perawatan tua karena kelamaan kerja di luar negeri terus lupa menikah, sementara teman seangkatan saya udah pada punya anak, udah pada mau punya cucu, bahkan ada yang sudah menjanda lagi… Heuheuy…!
Jawabannya karena saya banyak kecocokan dengan majikan perempuan. Kebetulan usia saya dan dia hanya beda empat tahunan saja. Meski sebagai bos, ia sama sekali tidak membeda-bedakan kedudukan itu. Mau pekerja atau majikan, dalam semua hal, ia tetap memperlakukannya dengan sama. Pantas kalau banyak kecocokan karena dalam beberapa hal kita juga memiliki kesamaan hobi, pandangan, dan gaya hidup. Jadi kaya adik kakak gitu deh kalau kita ngobrol dan diskusi.
My Natural and Vintage Bos
Secara kebetulan saya dan majikan sama-sama suka kegiatan alam. Sejak saya bekerja di rumahnya, loteng yang asalnya berdebu dan dikunjungi kalau mau barbeque saja itu saya sulap jadi taman mini yang hijau royo-royo. Meski ga ada bunga hits macam janda bolong, alokasia, aglonema atau apalah bunga kekinian seperti jaman now, tapi saya mengusahakan merawat dan menyiram bunga apa adanya itu secara rutin.
Majikan dan keluarganya sangat suka. Mereka pun membeli kolam renang mini, memesan kursi taman yang minimalis dan menambahkan dekorasi sehingga atap yang tadinya gersang jadi indah dipandang. Instagramable kali ya kalau jaman sekarang mah. Iya saat itu kan belum ada Instagram. Hehehe. Anak-anak pun suka punya tempat bermain yang baru.
Selain suka akan hal yang bersifat natural gitu, majikan juga suka dengan handcrafting yang berbau etnik dan vintage. Jadi jangan heran meski tahun 2000-2011 itu di Taiwan sudah sangat modern namun majikan masih konsisten mengerjakan hal-hal jadul seperti menjahit pakaian untuk dua anaknya yang saya jaga, merajut topi dan syal untuk musim dingin, bikin hiasan dari daun atau bunga kering yang diambil di kebun dan hutan jelang musim panas, dan senang berkunjung ke rumah adat tradisional di berbagai negara termasuk suku asli di Taiwan hanya demi bisa lebih jauh mengenal kehidupan yang masih mempertahankan kelestarian alam.
Kedua anaknya sejak kecil sudah diajarkan menyulam, bikin kerajinan, hiasan bunga kering dan sebagainya. Saya yang menjaga anak-anaknya ya mau tidak mau akhirnya jadi ikutan belajar juga. Meski sekarang setelah menikah dan punya anak apa yang dipelajari itu udah pada banyak yang lupa juga.
Hobi majikan saya itu ditunjang dengan pekerjaannya sebagai flight attendant yang bisa berkesempatan mengelilingi dunia, mengunjungi berbagai tempat yang unik dan memiliki ciri khas.
Majikan saya yang seorang pramugari memang tidak begitu menyukai dunia tulis menulis seperti saya. Tapi ia suka memotret. Saya banyak belajar darinya dan kita sering diskusi soal itu.
Yang bikin saya gak habis pikir, ia setiap berangkat membawa laptop. Tapi tidak pernah mencatat apapun di sana, melainkan dalam buku journaling yang dibuatnya secara khusus.
Buku catatan yang kertasnya tampak buram karena dibuat dari kertas daur ulang. Jilidnya bukan sampul bergambar artis atau plastik yang lucu menarik seperti buku diary, melainkan kertas kardus yang dibungkus oleh kain tenun atau anyaman dari ilalang kering buatannya sendiri. Dalam lembaran kertas tanpa garisan itu ia selalu mencatat menuangkan hal penting atau sesuatu yang dianggapnya spesial.
Laptop hanya ia pakai untuk komunikasi dengan saya (saat itu video call masih pakai Skype) sehingga Ariel dan Emma, dua putrinya yang sudah saya anggap seperti anak sendiri –meskipun saat itu saya belum berkeluarga– bisa tatap muka langsung dengan ibunya. Maklum kalau dapat long flight, bisa seminggu lebih ia di luar negeri.
Sekian lama tinggal bekerja serumah dengannya banyak kesamaan dan gaya hidup majikan yang ikut mempengaruhi pola pikir dan sikap saya. Seperti disiplin dalam menghemat berbagai sumber energi, menghargai flora-fauna sebagaimana menghargai kehidupan dan nyawa sendiri, hingga kesahajaan dan kesederhanaannya.
Jujur, kalau saja tidak disuruh nikah oleh si mamah, enggan banget buat pulang kampung karena betah rasanya mengabdi kepada keluarga majikan ini.
Tidak terasa kini sudah sepuluh tahun lebih saya berpisah dengan keluarga majikan. Meski saat ini kecanggihan teknologi informasi komunikasi sudah modern namun ada banyak hal kebiasaan majikan yang masih saya lakukan juga. Diantaranya journaling.
Journaling
Journaling alias bikin jurnal pada prinsipnya sama kaya kita menulis di buku diary, yaitu menuliskan apapun dengan sebebas-bebasnya di buku catatan. Buat saya yang dulu suka bikin cerita fiksi kadang ide datang tiba-tiba tidak pilih waktu maupun tempat. Maka ketika ide itu muncul, segera saya catat, karena kalau tidak ide itu bisa segera hilang karena lupa.
Pun sampai sekarang saya memiliki kegiatan di rumah sebagai content writer, maupun ngeblog dan sosial media aktivis, bikin jurnal alias bikin catatan tidak pernah saya tinggalkan. Meskipun kerumitan tulisan tangan saya melebihi bekas ceker ayam di halaman, bahkan orang ga bisa baca karena hurufnya ga mudah dimengerti seperti tulisan resep obat gitu, mungkin karena basicnya menulis dari sana, maka sedikitpun saya tidak bisa untuk tidak melakukannya. Jaman modern masih nulis di buku jurnal? Why not?
Semua orang bisa kok bikin jurnal. Termasuk kamu. Meski ada beberapa teknik bikin jurnal, tapi pada dasarnya tinggal “rajin” menulis, itu saja sudah jadi kegiatan menjurnalmu. Tidak susah bukan?
Saya sarankan mulailah bikin jurnal. Karena selain asyik, bikin jurnal itu banyak manfaatnya.
Kenapa Manual Journaling Dianjurkan?
Majikan saya sering menceramahi anaknya, plus saya pastinya, meski sudah modern, kita jangan sampai meninggalkan kebiasaan yang banyak memberikan kita kebaikan. Termasuk kebiasaan menulis menggunakan tangan. Jangan malas untuk melakukan itu karena menulis tulisan tangan lebih dianjurkan, daripada mengetik di gadget.
Orang yang menulis menggunakan tangan membutuhkan kelebihan lain yang diperlukan sebagai keterampilan. Mulai dari bisa merasakan nyamannya memegang pena dan kertas, menggerakkan alat tulis, fokus supaya gerakan dengan pikiran arahnya sejalan, dan lainnya.
Nulis dengan tangan bikin kita lebih bebas berekspresi. Dicorat-coret, dilipet, digunting, atau dirobek-robek, dan di tempel, pokoknya sultan menulis dengan tangan mah bebas…
Sedangkan mengetik di gadget, lebih banyak melibatkan proses kognitif yang lebih sederhana. Toh kita tinggal pencet-pencet tombol di keyboard saja kan?
Tahu gak kalau kita nulis menggunakan tangan, ada unsur gaya dan irama yang dilibatkan? Jangan heran kalau ada ilmu yang mempelajari tulisan (Graphology) dapat mengetahui kepribadian si penulis hanya dengan mempelajari tulisan tangannya.
Kenapa Graphology dapat mengetahui kepribadian seseorang? Karena pada saat menulis otak memerintahkan apa yang akan di tulis untuk menggerakkan tangan dan itu dipengaruhi oleh keadaan psikologi sehingga tulisan akan memiliki emosi. Oleh karena itu, menulis tangan atau journaling lebih dianjurkan dilakukan di kertas.
Manfaat Journaling
Dulu saya gak ngerti kalau majikan pernah bilang menulis dengan tangan alias journaling itu sangat bermanfaat bagi kesehatan mental.
Tapi saya mulai paham manfaat journaling salah satunya bisa meningkatkan kesehatan mental, setelah denger langsung dari seorang psikolog dan ahli terkemuka di bidang expressive writing, Dr. James Pennebaker, yang menyatakan kalau journaling dapat menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kualitas hubungan sosial manusia.
Jadi dengan menulis tangan alias journaling sel imun T-lymphocytes dalam tubuh jadi semakin kuat. Belum lagi bisa menurunkan tekanan darah yang tinggi dan meningkatkan kualitas tidur.
Psikoterapis dan ahli journaling Maud Purcell, juga mengatakan journaling itu melibatkan kedua belah otak sekaligus. Saat menulis menggunakan tangan, otak kiri yang cenderung rasional akan sibuk berpikir. Sementara di waktu yang sama, otak kanan yang cenderung kreatif tetap aktif menjalankan perintah otak untuk mengerjakan tulisan. Keseimbangan otak dalam hal itulah yang dapat membantu menghilangkan hambatan mental pada diri seseorang.
Manfaat lain dari journaling dapat melatih kreativitas, melatih kepekaan diri, mengidentifikasi seluruh emosi yang kita rasa, membantu pikiran jadi lebih damai, tentram, dan lebih mudah untuk bersyukur. Pokoknya asyik deh.
Buku journal milik saya buatan majikan yang saya bawa dari Taiwan memang sudah habis, tapi saya sekarang dengan mudah bisa mendapatkan buku jurnal yang baru dari handmade journal Hibrkraft.
Handmade Hibrkraft Journal
Hibrkraft adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang bergerak terutama di bidang pembuatan jurnal atau agenda berbahan dari kulit dan paket branding (merchandise) yang telah lahir sejak tahun 2011 namun mereka mematenkan usaha mulai tahun 2013.
Karena kepuasan konsumen adalah tujuannya maka untuk memenuhi kebutuhan branding customer, Hibrkraft terus berimprovisasi dan berkreasi dalam pembuatan berbagai jenis produk lain permintaan customer seperti ganci, pouch, totebag, dan lainnya.
Dari kantor yang beralamat di Bojonggede, Bogor, Jawa Barat Hibrkraft terus membuat pesanan dan mengirimkannya ke seluruh penjuru Indonesia dan bahkan pelbagai negara lainnya seperti Belanda, Jerman, Kanada, Uni Emirat Arab dan Australia.
Saya merasa cocok dengan karya dari Hibrkraft karena mereka tuh tidak asal buat. Seperti ucapan majikan kepada saya, dalam mengerjakan apapun kita tidak boleh setengah hati. Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita petik.
Dalam mengerjakan sesuatu, majikan selalu teliti dalam mengumpulkan bahan, mengukur panjang kali lebar, semuanya melalui quality check yang maksimal. Tidak peduli hasilnya hanya akan dipakai sendiri atau orang lain, mutu produk yang dibuat majikan selalu ditingkatkan. Begitu pula yang dilakukan pihak Hibrkraft, mereka dalam berkarya tidak sekadar bikin lalu jual. Tapi benar-benar diperhatikan apakah produk yang dibuat itu bagus tampilannya saja, atau juga nyaman dipakai.
Hampir semua proses pembuatan aneka kraf di Hibrkraft dilakukan dengan tangan. Untuk saya yang sudah belasan tahun ditempa oleh majikan untuk bisa menghargai hasil karya orang lain, tentu saja lebih memilih karya yang ramah lingkungan dan punya nilai seni tinggi. Hal itu tentu saja sebagai bentuk apresiasi mengagumi kerja keras yang telah dilakukan team Hibrkraft.
Sebagaimana kita tahu kalau Hibrkraft mengklaim jika mereka bekerja bukan sekadar mencari manfaat bagi customer, tapi juga berusahabat dengan alam dan lingkungan. Patut kita apresiasi keinginan Ibrahim Anwar selaku pendiri sekaligus pemilik Hibrkraft yang ingin semaksimal mungkin memberdayakan masyarakat sekitar. Karena semakin banyak pesanan maka semakin besar peluang Hibrkraft meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat Bojonggede.
Hibrkraft bisa dihuhubgi melalui sosial media: Instagram | Facebook | Youtube
Sejarah Hibrkraft yang awalnya bernama hibcraft bisa dilihat di hibrkraft.wordpress.com
Hibrkraft tidak hanya menjalankan bisnis, tapi juga memanjakannya diri dengan passion dan ikut mensukseskan program pemerintah dalam mengembalikan kecintaan masyarakat kepada journaling alias menulis tangan. Sehingga dengan menghadirkan produk jurnal kulit dan agenda kulit terbaik, Hibrkraft ikut mewujudkan visi mengembalikan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap dunia literasi tulis menulis.
Buat teman-teman yang tertarik dengan dunia handcrafting Hibrkraft tidak hanya melayani pembuatan agenda dan jurnal kulit, tapi juga buka layanan branding service, konsultasi, pembuatan merchandise dan suvenir hingga reparasi atau repurpose buku.
Referensi
Foto dokumentasi pribadi dan akun sosial media majikan
Hibrkraft https://hibrkraft.com
Grothaus, M. ‘Why Journaling Is Good For Your Health (And 8 Tips To Get Better)’, Fast Company https://www.fastcompany.com/3041487/8-tips-to-more-effective-journaling-for-health
Watson, L. R., dkk. ‘Journaling for Mental Health’, Rochester https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentID=4552&ContentTypeID=1
Buat journaling ternyata banyak manfaatnya, ya Mbak. Awalnya saya suka nulis di buku, tapi setelah menikmati ngeblog jadi jarang nulis di buku lagi. Memang sih, ada bedanya nulis di buku dengan laptop. Selanjutnya saya mau coba nulis di buku lagi, ah. Supaya bisa dapat lebih banyak kenikmatan saat menulis, mungkin nantinya bisa dapat banyak ide.
Luar biasa sekali ya mbak, majikanmu. Hidup di masa lalu, sekarang dan masa depan sekaligus. Asli, jadi pengen ketemu dan menyerap ilmunya, sebulan juga boleh.. Dihitung kerja juga oye. Hihi.
Saya masih corat-coret di buku tulis bekas anak, tapi setelahnya hilang. Mungkin karena kertasnya ga istimewa atau ga khusus gini
Bagus yaa teh pengalaman pas kerjanya menarik bgt dan punya atasan yg welcome kaya gt, udh gt inspiring pula ya teh keluarganya senang bikin handcraft. Waah iya nih ak jg lg mulai kembali ke nulis jurnal manual nih, Hbrkraft ini kayanya oke nih
Majikannya keren bgt. Suka hal berbau vintage dan hidupnya seperti termanage dg baik gitu. Padahal punya 2 anak dan kerja sbg pramugari lagi. Keren!
Iya bener kak.. majikan keren ini.. padahal jadwalnya padat tapi hidupnya beneran seimbang. Mungkin itulah manfaat journaling kak.. hidupnya termanage dengan baik.
journaling ini seru banget yah teh, aku baru-baru ini jadi sering melihat kegiatan ini di tiktok, bikin rileks banget sih kalau menurut aku.
Wahh beruntung banget kak dapat majikan yang luar biasa,, ternyata manfaatnya journaling banyak bnget yah sayabjuga beru tahu dan baru ngehh dengan manfaatnya.
Handcrafting bisa jadi pelepas penat yang ampuh setelah bekerja seharian. Apalagi jika didukung dengan warna-warna yang cerah dan bentuk yang beraneka ragam.
Jurnalnya cantik dan unik. Motifnya juga tradisional banget dan terasa otentik. Pasti makin asyik journaling. Saya juga suka banget nulis tangan, tapi sekarang kurang motivasi karena media tulis yg kurang referensi. Ada Hibrkraft pasti jadi bangkit lagi motivasi nya.
keren ya jurnalnya, plus bisa dibawa kemana-mana juga nih, pas buat nyatet2 ide tulisan kalo pas lagi jalan-jalan juga nih ya
Masya Allah majikannya keren sekali.
Walau jaman makin modern, tapi kebiasaan menulis dengan tangan masih diajarkan dan dipertahankan. Keren sekali majikannya, Teh.
Siaaappp
Aku juga mau praktikkan nulis pakai tangan secara rutin, ahh
ternyata faedahnya banyak banget!
Samaaa …
walaupun sekarang suka insekyur sama tulisan tangan sendiri, saking lamanya nggak nulis banyak pakai tangan, karena dimudahkan sama teknologi.
Masya Allah majikannya keren sekali.
Walau jaman makin modern, tapi kebiasaan menulis dengan tangan masih diajarkan dan dipertahankan. Keren sekali majikannya, Teh.
Cantik cantik juga hasil buatan tangannya.
iya ya, padahal menulis tanan itu butuh effort sekarang, tapi luar biasa masih punya daya tarik sendiri 🙂
Mbak, pengalaman yang sungguh mengesankan selama bekerja di Taiwan. Senang banyak hal yang bisa diambil manfaatnya seperti megajarkan anak sedari dini untuk membuat kerajinan tangan juga tidak meninggalkan kebiasaan baik termasuk menulis tangan
Dan aku penasaran sama journalnya Hbrkraft ini…ya ampun unyu, cakep banget ini
Asik ya mba, bosnya usia gak jauh beda. Secara visi mungkin mirip, sehingga hubungan bisa jadi lebih akrab, gak kerasa atasan sama bawahan.
Handcraftingnya semua bahan alami yang bisa diambil langsung di alam. Keren sekali itu bunga ilalang jadi hiasan yang terkesan ‘mahal’ padahal buatan sendiri.
hehehe, malah jadi bahas kemana2, padahal topiknya soal journaling.
Saya juga punya beberapa teman wartawan yang sampai sekarang pun kalo ke lapangan liputan itu gak pernah pake notes hp atau ngetik di laptop. Mereka masih tulis tangan, manual. Katanya sih kalo menulis tangan itu bisa lebih memahami pemaparan narasumber. Mereka mendengar, menuliskan, dan membaca kembali.
Beberapa drama modern Taiwan pun masih banyak kok yang pemeran utama wanitanya bikin manual jurnal. Padahal kerjaannya di perusahaan-perusahaan hitech.
Asik kali ya kalo punya buku jurnal sekece Hibrkraft. Motifnya unik.
tapi bener loh mbak, journaling tuh di luar negri sudah banyak di sarankan oleh psikiater karena beneran ampuh untuk mengurangi stres 🙂
tapi bener loh mbak, journaling tuh di luar negri sudah banyak di sarankan oleh psikiater karena beneran ampuh untuk mengurangi stres 🙂
Masyaallah banyaknya manfaat journaling ya Teh, menjaga kesehatan mental, meningkatkan kualitas tidur dan bikin kita jadi lebih kreatif ya. Mau juga ah ntar beli buku journaling dari Hibrkraft.
Uni Mia kan dosen nih. Masih suka journaling gak uni? Atau sekarang udah move on catat-catat pake notes hp doang?
Keren nih handmade journal Hibrkraft
alternatif untuk ngasih hadiah yang keren ya?
karena penting banget mengekspresikan diri melalui jurnal harian
Wah pantas aja Teh disayang majikan, asistennya rajin dan cerdas begini hehe…. Bekerja dengan sepenuh hati memang hasilnya luar biasa ya Teh…belasan tahun bukan waktu yang sebentar. Keren. Banyak belajar juga sama majikannya. Tadinya saya kaget Teh Okti kok dulu sempet moto2 buku punya majikannya ternyata dari sosmed majikannya ya Teh….
Saya masih komunikasi sampai sekarang dengan majikan. Sebelum pandemi kalau terbang ke JKT atau Bali kan nginap semalam tuh, suka nelepon. Kalau deket ngajaknya mah ketemuan.
Mau nulis ini saya cerita ke majikan
Dan ia sendiri yg nunjukin album foto terkait di sosmed nya
Wah masyaAllaah, tulisan tangannya teh okti keren bangett hihi. Saya ngga pede jadinya mau ikutan pamer jurnal yg tulisannya masih kayak ceker ayam haha
aku juga dulu rajin menulis jurnal di buku mba.. sekalian gambar dan doodling (walaupun dulu belum ngetop nama itu hahaha). lain memang rasanya ya.. aku menikmati juga buat craft ..ah, tapi sekarang memang waktu banyak tersit di gadget untuk pekerjaan huhu
Aku turut senang deh mba karena punya majikan yang baik dan beliau suka dengan handcraft gitu. Kok, aku pengin ketemu majikannya, mba. Hehe..
Ternyata ada produk lokal juga untuk produk journaling, jadi pengin beli juga nih Mba.
Awal ngeblog saya masih sering nulis jurnal, buat catatan rencana ngeblog. Sekarang, di ponsel sudah pasang sticky notes untuk mencatat yang penting-penting aja. Setelah resign dari kerja, jujur saya jarang banget nulis tangan yang panjang-panjang. Sekarang ngerasa tulisan saya jadi jelek kalo nulis tangan. Wkwk..
Semoga bisa rajin ngejurnal lagi, nih. Banyak manfaatnya ya ternyata..
Saya baru tahu lho mba Okti ini lama di luar negeri. Duluu banget saya sering juga ngejurnal pas kuliah sih tepatnya. Lama kelamaan saya tinggalkan. Membaca tulisan mbak jadi ingin melakukannya kembali agar bisa tercipta kesehatan mental
Pengalaman hidup tinggal di negara orang mengajarkan macam2 ya mba, salut aja walaupun bekerja tetap mengajarkan anak2nya untuk bisa menyulam dan krafting lainnya termasuk hal journaling kayak gini. Suka deh sama buku journal dr Hibrkraft ini sampul2nya cantik2, bener kearifan lokal banget
Saya baru tahu lho mba Okti ini lama di luar negeri. Duluu banget saya sering juga ngejurnal pas kuliah sih tepatnya. Lama kelamaan saya tinggalkan. Membaca tulisan mbak jadi ingin melakukannya kembali agar bisa tercipta kesehatan mental
Wah, aku jadi tergerak untuk nulis pakai tangan!
Yap menulis menggunakan tangan membutuhkan kelebihan lain yang diperlukan sebagai keterampilan.
Mulai dari bisa merasakan nyamannya memegang pena dan kertas, menggerakkan alat tulis, fokus supaya gerakan dengan pikiran arahnya sejalan, dan lainnya.
Bismillah, mau istiqomah journaling lagi aku Tehhh
sekarang aku lagi merutinkan lagi nih teh. ngisi jurnal juga yg kemarin sempat kosong karena ditinggal mudik.
Pas ada kerjaan banyak kerasa pisan bedanya dicatet dulu di kertas sama nggak.
Pas nggak dicatet, semua kerjaan rasanya udah ngadepan berbaris rapi pengen dikerjain segera. Eh, pas udah dicatet, ternyata kerjaan tersebut sabar menunggu dengan berbaris ke belakang kok. Lebih tertata dan tenang jadinya.
Memang banyak banget manfaatnya ya journaling ini. Aku juga termasuk yang masih merutinkan nulis jurnal harian. Oya, kisah Teh Okti menarik ya, jadi banyak belajar nih…
Aku belum telaten atau konsisten melakukan journaling ini. Entah mengapa. Pas mau nulis eh nggak jadi. Senangnya ya teteh bisa mendapat banyak ilmu dan wawasan serra kecocokan selama bekerja di Taiwan.
Padahal waktu saya masih kecil saya teh rajin journaling pake tulisan tangan, Teh. Setelah dewasa, journaling-nya dipindahkan ke blog.
Saya memang pernah denger kalo journaling itu memelihara daya ingat, tapi baru kali ini saya denger bukti ilmiahnya. Masuk akal sih itu.
Saya akhir-akhir ini balik nulis tangan lagi, tapi cuman buat keperluan nyatet webinar.
Kayaknya saya kudu perbanyak journaling tulis tangan lagi deh.
Padahal waktu saya masih kecil saya teh rajin journaling pake tulisan tangan, Teh. Setelah dewasa, journaling-nya dipindahkan ke blog.
Saya memang pernah denger kalo journaling itu memelihara daya ingat, tapi baru kali ini saya denger bukti ilmiahnya. Masuk akal sih itu.
Saya akhir-akhir ini balik nulis tangan lagi, tapi cuman buat keperluan nyatet webinar.
Kayaknya saya kudu perbanyak journaling tulis tangan lagi deh.
Duh jadi keingetan masa2 kuliah dulu. Aku rajin biki jurnal dan bullet journal. Buat materi kuliah juga. Jadinya belajar itu selalu semangat, karena tampilan buku yang cantik. Sejak nikah, banyak malesnya. Jadi deh keasyikan sampe sekarang. Btw. Buku jurnal ini cantik ya, aku juga punya. ☺
salah satu cara buat meredakan emosi nih hehe.. apalagi kalau didukung dengan buku sekece ini ya, pasti lebih semangat dong journalingnya 🙂
Gemesh bgt hasil handcraftnya bu bos mba…
Emang journaling tuh lebih memorable apalagi pake cover tenun yg indonesia bgt gitu..
Cantik banget journalnya, teh Okti.
Aku sampai sekarang masih banget nulis. Tapi biasanya nulis dari apa yang aku baca. Jadi setiap bukuku suka ada sticky notesnya.
Eh, ini mah bukan journaling yaa..hehhee..
Tapi tetep, menulis buatku adalah aktivitas yang membahagiakan.
Memegang pensil dan menghiasnya, begitu menyenangkan.
kemudian dibaac lagi 10 sampai 20 tahun mendatang, seperti membuka time capsule.
Aku suka segala sesuatu yang vintage.
Unik, classy dan mengingatkan kita akan waktu yang telah berlalu. Jadi lebih menghargai diri ini sebenarnya berproses untuk melewati itu semua.
Keren banget Mbak majikannya. Jarang lho ada orang yang model begini, menghargai alam seperti ia menghargai hidupnya sendiri. Andai semua orang begini, pasti bumi kita tetap lestari.
Btw kalau soal journalling, aku orangnya gak bisa nyeni mbak. Tulisan juga kayak cakar ayam. Haha… Tapi seru juga sih buat dicoba.
setuju, Teh Okti beruntung dapat majikan yang baik dan peduli lingkungan
Soal journaling bukannya kita gak usah punya bakat seni ya?
Hibrkraft menyediakan, kita cukup mengisinya dengan daily life
Masya Allah alhamdulillah beruntung banget teh Okti dapat majukan seperti beliau. Dan salut banget Sama beliau yang masih menyempatkan duru menjahit meski bekerja sebagai FA. Dan ahh emang journaling itu salah satu stress release banget buat sebagian orang
Kalau model journaling begitu, ditulisnya dengan indah ya … mirip dengan kebiasaan nulis diary tapi ada bedanya yah.
Sekarang masih berkomunikasi dengan majikan yang dulu itu, Teh? Saya membayangkannya dia senang melihat aktivitas blogging Teh Okti saat ini 🙂
Masih. Dia baca tulisan ini juga kok.
Saya mau nulis ini juga “konsultasi” dulu ke dia
Seru banget punya majikan baik begitu ya teh..
Apalagi kebiasaan baik yang dia punya nular ke kita. Kebiasaannya juga banyak manfaat yakni menulis journal.
Saya juga saat sekolah hingga sebelum nikah masih rajin nulis journal.
Sayangnya habis punya anak jadi gak sempat nih teh. Tapi kalo liat hbrkrft rasanya pengen nulis lagi nih, soalnya bentukannya menarik banget teh..
Aku juga masih suka nulis tangan sampai sekarang, Mba.
Senang aja gitu rasanya bisa nulis sampe tangan pegel, cuma jurnaling, aku dan Tuhan aja gitu yang tau isinya. Kalau di medsos atau di blog, semua orang bisa akses. Ceritanya lebih terbuka untuk diakses orang. Jadi kalau ada yang udah dirasa berat banget, aku masih lebih memilih untuk nulis konvensional sih. Anyway, keren keterbukaan cerita Mba dan majikan. Aku suka. Sehat terus yaaa
asyik ya Teh, punya majikan yang sefrekuensi gitu.
orangnya baik pula ya, gak membeda-bedakan posisi.
gak pelit ilmu pun ya, duuh pantas aja emang betah.
pasti sedih banget ya waktu mau berpisah.
tapi sekarang komunikasi tetap berjalan kan ya?
Anak-anaknya pasti udah pada gede yaa sekarang.
buku jurnal dari Hibrkraft ini cakep ya, etnik gitu jadi gak ada samanya ya ini 🙂
Waktu saya mau pulang, anak anak nangis terus. Sampai saya udah dalam pesawat, majikan masih nelepon saya karena si bungsu masih mau denger suara saya. Kebetulan yg jadi pramugari pesawat yg saya tumpangi teman majikan jadi saya masih boleh on kan hp…
Sekarang anak sudah masuk College. Tinggi badan mereka melebihi ibunya. Padahal ibunya tinggi semampai juga
meski sekarang lebih banyak nulis di note hp, tPi aku selalu berusaha nulis tangan setiap hari
minimal untuk nulis jurnal syukur
klo punya jurnal lucu dari Hiberkraft ini, pasti jurnaling jadi lebih semangat ya teh
Udah lama sekali tak menulis menggunakan tangan, nyatanya memiliki catatan atau jurnal yang ditulis sendiri jadi melatih expressive writing dan baik untuk kesehatan mental karena melatih pikiran. Hibkraft jadi bisa menjadi media melalui produknya untuk journaling ya, kece ih bentuknya sampul tentun gitu
Kalo makajikannya begini mah pasti akan betah ya Teh, nyaman banget banyak belajar juga dari belio soal journaling vintagenya.
Wah, sekarang mulai rame lagi nih journaling, apalagi banyak model yang unik dan vintage apalagi dari tenun ituuuu, mencuriperhatian banget.
Dan udah ga diragukan lagi manfaatnya, sampe saat ini aku pun masih suka menulis PR statement sekian ratus hahaa, alasannya biar present aja sambil menulis tangan.
Wawww kereeen.
Itu bunganya kalau layu diganti dong? Nggak tahan lama yaa jadinya.
Atau bunganya harus diawetkan dulu biar kering dan tahan lama gitu yaa…
Wawww kereeen.
Itu bunganya kalau layu diganti dong? Nggak tahan lama yaa jadinya.
Atau bunganya harus diawetkan dulu biar kering dan tahan lama gitu yaa…
Tapi punya hobi model gini lebih asyik dan jadi telaten kalau sesering mungkin berlatih yaa kak
Handcrafting cakep Teh, untuk buat berbegai kreasi butuh ketelatenan dan kesabaran. Kalau hasilnya memuaskan bakal bikin hati makin senang dan semangat untuk terus menggali kemampuan lagi dan lagi.
Jujur ya mba, aku udah jarang bangeetttt nulis pake tangan kecuali nulis hasil diskusi rapat untuk urusan kantor. Udah cuma sebatas itu aja. Yang lain, semua pake notes di hp.
Mungkin karena itu ya, tulisan itu bagus gak nya tergantung mood.
Di saya, kalo lagi gak sedih, gak marah, tulisannya bisa bagus (menurut saya), tapi kalo lagi bete abis, wah tulisan saya juga kriwil, malah saya sendiri susah mbacanya.
Tulisan dipengaruhi emosi ya…
btw saya pernah de punya diary vintage kayak gitu. Bukan bikin sendiri sih, dihadiahi apa saya beli ya… lupse saya
Bener banget nulis jurnal pribadi itu sangat penting kadang biasanya melalui note di handphone namun sekarang malah suka nulis di buku catatan
Setuju banget teh! Ada yang enggak bisa digantikan dengan mengetik. Saya pun merasa kalau menulis tangan itu lebih tenang dan enggak muda capek justru. Mungkin kalau lihat layar kan bikin mata lelah. Kalau tulis tangan, meskipun tangannya pegal juga sih kalau sdh kelamaan, tetapi tetap hasil akhir dan kepuasaannya tuh beda.
Dulu, tahun 2009 aku pernah menceritakan hobby handcraft ke HRD yang interview aku untuk masuk ke perusahaannya. Puji Tuhan ini sudah tahun ke 11 aku bekerja disini..hehe
Banyak manfaat dari handcraft ya Mba.
Samaaa …
walaupun sekarang suka insekyur sama tulisan tangan sendiri, saking lamanya nggak nulis banyak pakai tangan, karena dimudahkan sama teknologi.
Sejak ada sosmed/blog journalingnya pindah nih bukan ke buku lagi. Jadi kangen dulu nulis buku diary juga.
sungguh pengalaman yang akan dikenang seumur hidup ya mom. apa teh okti sampai sekarang masih menjaga hubungan baik dengan keluarga di taiwan ?
Masih. Sekarang tetap kontak di sosmed
Mantapp dah
Nih keren keknya buat ngurangin Stress dan Depresi
Btw mbak Okti, aku baca artikel ini dr awal sampai akhir berasa ikut merasakan suasana di rumah majikan mbak. Adem dan nyaman banget ya. Aku jg suka bebikin handcraft, meski akhir2 ini udah jarang karena sok sibuk. Huhu
Tas botol dan buku jurnal majikan mbak bagus banget ih. Keliatan banget dibuat dengan cinta. Eheheh
Wah buku jurnal Hibcraft bagus juga yaa. Kertasnya vintage gitu, covernya juga elegan
Aku senang baca sharing Teh Okti selama bekerja di Taiwan begini. Banyak sekali yang bisa diambil hikmahnya dari sana ya…
Saya jadi ingin balik lagi journaling…dulu banget sebelum berteman gadget aktif journaling.
Mau dong apalagi jika journalnya by Hibrkraft yang cakep ini
Beruntuntnya punya majikan yang welcome plus inspiratif. Jadi bekerja sambil menyerap ilmu ya. Btw, sampai saat ini aku pum masih menikmati nulis dengan tangan. Biasanya aku manfaatin jurnal-jurnal hadiah event blogger atau aku buat sendiri dari buku-buku yang sudah nggak dipakai. Tapi cuma disteples dan covernya dari karton.
Beruntungnya punya majikan yang welcome plus inspiratif. Jadi bekerja sambil menyerap ilmu ya. Btw, sampai saat ini aku pum masih menikmati nulis dengan tangan. Biasanya aku manfaatin jurnal-jurnal hadiah event blogger atau aku buat sendiri dari buku-buku yang sudah nggak dipakai. Tapi cuma disteples dan covernya dari karton.
Cerita yang sangat inspitatif. Dasar nasib mujur. Dapat majikan orang hebat baik. Memberikan kesan indah sepanjang masa. Saya senidiri makin ke sini kian jauh dari kebiasaan menulis tangan. Bahkan bikin tanda tangan saja tangan ini kaku. Selamat sore, Mbak Okti.
Keren sekali Ibrahim Anwar pendiri dan pemilik Hibrkraft ya kak, bisa menangkap kebutuhan kita untuk membuat jurnal yang bermanfaat bagi diri kita, sekaligus memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat Bojonggede.
Sampai sekarang saya masih menulis di buku catatan lho, bahkan setiap kali dapat job atau kerjaan, briefnya selalu saya saling dan tulis tangan hahaha, ngak tahu suka aja kadang bikin journaling juga meskipun ngak rutin, kadang suka nulis yang aneh2 di journaling hehehe kayak ide cerita, ide pingin bikin cerpen tapi ngak pernah dieksekusi dll. Lihat desain Hibrkraff jadi pingin beli nih, kayaknya asyik nulis pake buku journal yang unik ini.
aku juga beberapa bulan terakhir mulai nulis lagi, mbak di buku agenda. tapi lebih ke jadwal buat hari-hari penting sih kayak deadline tulisan, rencana buat hari apa. kadang diisi ide buat blog juga. pokoknya masih random banget jurnalnya
Keren banget, Teh Okti!
Kerja dan ketemu orang yang klop itu memang asyik ya, pantesan betah… sama-sama menulis, apalagi jurnalnya bagus-bagus, tambah semangat.
Menulis dan mengetik memang sensasinya berbeda. Makanya untuk hal-hal tertentu seperti journaling begini saya memilih menulis dengan tangan.
Wahh jadi inget jaman aku dulu sekolah suka banget bikin kerajinan dari daur ulang, daun, bunga yang bisa dibikin Buku nomor telfon, agenda dan sempet dijualin dulu…menyenangkan memang melakukan handycraft itu, kalo dah ngerjain itu sampe lupa waktu.
Journaling itu emang perlu menurutku, aku pribadi masih suka bawa buku dan pulpen kemanapun utk mencatat2, walau jaman udh canggih kok rasanya lebih nyaman aja kalo nyatet2 di buku daripada di HP.
Aku juga suka handy craft dari alam daur ulang dulu pas sekolah, suka dijualin juga hasil karyanya ke teman2 sekolah. Tapi sekarang gak ada waktunya lagi utk mengerjakan ini. Tapi emang jurnaling lewat agenda itu lebih enak sih dibanding lewat Hp atau laptop, kayanya lebih sreg aja nulis di buku, dan aku jg mqsih sering bawa2 buku dan pulpen di tas ku
Jurnal hiberkraft ini lucu lucu ya teh
Jadi semangat buat nulis jurnal tiap hari
biar merasakan kewajiban menulis tangan ini
Masyaallah banyak pelajaran yang Teteh dapatkan dari majikannya dulu ya, anak-anak pun mestinya diajarkan juga cara menjahit sederhana, menyulam, dan merajut. Bikin journaling juga inspiratif bangett, apalagi kalau pakai buku catatan cantik seperti Hibrkraft ini ya
ini dia yang saya suka dari bu okti, dulu saya ga kenal dunia blooging sekarang malah ketagihan makasih ya bu sudah menjaadi inspirasi buat saya
Wah pengalaman jadi tkw di Taiwan seru juga ya Bu, alhamdulillah dapat majikan easy goi gitu, disamping cari duit juga nambah cari ilmu.
Ngomong ngomong soal jurnalis, kalau sekarang era menulis di note hp memang, tapi keajaiban nulis di kertas tiasa tara banyak pol manfaatnya. Sekalipun sudah tergantikan di laptop, tetap nulis di kertas di perlukan
Wah pengalaman jadi tkw di Taiwan seru juga ya Bu, alhamdulillah dapat majikan easy going gitu, disamping cari duit juga nambah cari ilmu.
Ngomong ngomong soal jurnalis, kalau sekarang era menulis di note hp memang, tapi keajaiban nulis di kertas tiada tara banyak pol manfaatnya. Sekalipun sudah tergantikan di laptop, tetap nulis di kertas di perlukan
Saya masih rajin journaling sampai sekarang. Anaknya masih semi tradisional sih
Eh samaan mbak jurnal kita, punyaku warnanya biru. Cantik banget ya tenunnya, bikin aku yang udah lama nggak ngejurnal jadi semangat lagi buat ngejurnal. Biar bisa dapatin manfaat dari menulis tangan 🙂
Jadi ingat kelas menulis bersama mas Bre Redana beberapa waktu lalu. Ia meminta kami menulis pakai tangan di atas kertas, lalu difoto dan dikumpulkan fotonya.
Teh okti tulisannya bagus bangett aslii hihi. Jadii minder akutuuuu.. Goodluck kak okti dengan journalingnya
Cerita yang hangat sekali, senang dan bahagia ya pasti ketemu orang yang baik dan menghargai. Melihat hobi-hobinya rasanya turut senang.
Melihat journaling yg dilakukan saat ini, jd mengingatkan pada kebaikan hatinya juga ya 😀 mungkin nggak suka nulis di laptop namun terlihat cintanya di journaling itu hihi
dari cerita mbak aja aku kagum sama majikan dulu, aku juga suka banget nulis pake tangan dulu , sekarang mungkin sudah terbiasa menulis dengan laptop atau hp jadi agak kaku nulis tangan banyak banyak
dulu difikir menulis jurnal itu cuma bisa untuk self healing dan menumpahkan isi fikiran ternyata manfaatnya banyak bgt ya
dari cerita mbak aja aku kagum sama majikan dulu, aku juga suka banget nulis pake tangan dulu , sekarang mungkin sudah terbiasa menulis dengan laptop atau hp jadi agak kaku nulis tangan banyak banyak
dulu difikir menulis jurnal itu cuma bisa untuk self healing dan menumpahkan isi fikiran ternyata manfaatnya banyak bgt ya
makasih mba sharingnya
Unyu juga itu tempat botol buatan majikan Teh Okti. Memang perlu banget Teh buat nulis tangan di diary, aku pun ajak anak-anak untuk menuangkan gagasan di buku diary dengan tulisan tangan. Kalau teknologi bisa dikejar oleh mereka yg digital native, tapi kemampuan menulis dan mengandalkan motorik halus tetap tak tergantikan. Aku biasanya memanfaatkan buku atau bloknot gratis dari event blogging, lumayan buat ngedraft tulisan atau corat-coret. Namun asyik juga kalau punya yang khusus kayak punya majikan Teteh.
Woah cakep banget buku journalnya Teh. Aku juga lagi pengen mulai journaling lagi. Udah kerasa banget ini banyak yang harus dicatat dengan tangan ketika mengingat udah mulai susah, alias banyak lupa wkwk.
bagus2 yaa mbaa.. aku udah lama banget nih nggak journaling. udah kebiasaan sama digital soalnyaa.. tapi memang ini perlu dilatih yaa karena banyak manfaatnya. thankss mba
Sepertinya memang bikin betah deh kalo punya majikan yang punya kebiasaan baik dan unik gitu. Kitanya juga jadi banyak belajar. Kreatif banget ya bikin rangkaian bunga ilalang, buku journaling, dll handmade.
Aku juga biasa tulis tangan utk bikin planning, kadang ide ngeblog. Tapinya di buku biasa aja, corat-coret biasa gak pake estetika tambahan hehe. Kadang kalo bagus bukunya malah sayang nulisinnya hehe