JRK Sinetron Inspiratif dan Kekal Dalam Ingatan
Nonton sinetron? Kaya ga ada kerjaan saja. Tukang nonton sinetron itu diidentikan dengan ibu-ibu yang tidak bekerja, emak-emak yang suka nongkrong depan kontrakan, dan sebagian orang yang memang tidak banyak aktifitas kecuali mantengin siaran televisi. Perkiraan itu ada mungkin karena sejalan dengan kualitas sinetron masa kini yang mayoritas dianggap tidak bermutu.
Padahal tentu saja tidak semua sinetron buruk seperti yang disangkakan itu. Tidak semua tayangan sinetron membodohi masyarakat karena ada juga sinetron yang layak tonton dan jadi percontohan atau sumber pelajaran hidup bagi pemirsanya.
Saya sendiri termasuk orang yang tidak suka mantengin serial sinetron Indonesia. Selain jalan cerita suka mudah ditebak, atau justru muter-muter dan diada-adakan, juga menurut saya kalau mau nonton, lebih baik nonton serial lepas yang tamat dalam satu kali duduk. Gak bakal bikin penasaran dan buang-buang waktu.
Begitu juga saat kaum sosialita marak nonton serial drama luar negeri seperti drama Korea, drama Taiwan, drama Hong Kong, atau drama Jepang, sedikitpun saya tidak tertarik. Saya pribadi memilih memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan hal lain yang saya kira lebih berkualitas. Bukan berarti menonton tidak berkualitas, karena saya juga percaya dari setiap tayangan akan ada hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Jika saya tidak tertarik menonton sinetron atau drama, bukan berarti sinetron atau drama itu jelek, tapi ini murni karena sayanya saja yang malas dan tidak suka.
Satu sinetron atau tayangan serial televisi yang sangat membekas di memori saya adalah serial televisi jaman dulu saat saya masih seumuran anak SD. Meski saya masih bocah ingusan dan nonton serialnya hanya sesekali ketika main ke rumah tetangga, tapi hikmah yang dapat diambil dari tayangan itu tetap dikenang dan diterapkan dalam kehidupan saat ini. Sinetron itu ada tahun 1990 disiarkan oleh TVRI. Kalau tidak salah serial yang sangat menginspirasi sampai saat ini itu judulnya Jendela Rumah Kita.
Keluarga saya tidak punya tv meski yang hitam putih sekalipun. Saya masih ingat almarhum bapak pernah bertanya ke pedagang elektronik di Pasar Kiaracondong harga tv hitam putih merk Toshiba saat itu Rp. 270 ribu. Sebuah harga yang fantastis bagi kami, manakala uang jajan sehari-hari punya RP. 5 rupiah saja sudah terasa besar buat saya. Rumah Ibu Umar tetangga kami yang anaknya bekerja di Jakarta yang sering saya datangi jika saya mau ikut menonton televisi.
Pemeran utama dari serial televisi (saat itu belum ada istilah sinetron) yang masih saya ingat adalah Dede Yusuf yang saat itu memerankan tokoh bernama Jojo. Jojo yang jago berkelahi, anak muda yang cakep dan suka menolong seakan jadi idola anak-anak, remaja, dan orang tua. Sampai saat ini saja saya jadi suka mengandai-andai jika punya anak, senang pastinya kalau karakternya seperti tokoh Jojo ini.
Baru tahu sekarang ini setelah saya tanya di situs pencarian di internet, serial Jendela Rumah Kita ini buah karya dari Arswendo Atmowiloto yang sudah tidak diragukan lagi kualitas karyanya. Seharusnya ini jadi rujukan dan percontohan untuk insan perfilm-an atau dunia sinetron sekarang. Tantangan bagi generasi saat ini apakah mampu melahirkan karya-karya berkualitas sekelas karya Pak Arswendo sehingga karyanya tetap dikenang dan tidak hilang ditelan jaman?
wah belum pernah nonton sinetron ini. 🙂
ketahuan saya jadul pisan ya Gi 🙂
yaa, yaa yaaa…ingat JRK 😀
Hehehe… kita kan satu angkatan Pak 😛
Aaaah…iya, ini juga baru keingetan … Ada Jendela Rumah Kita juga. Suka nonton juga yg ini Mbak, aku dulu.
Wah, pengagum Dede Yusuf juga rupanya ya? Hihihi…
Aduh aku masih hanya sekilas cipratan ingatan soal Jojo dan JRK. Kelas 1 SD kayaknya. Tante2 dan Om2 suka nonton waktu kecil dulu. Masih dirumah panggung khas sumsel dibelakangnya sungai .. ah.. memori.. ingetnya Pak Sukri karena tetangga ada namanya sama dan perawakannya sama. Jadi orang sekitar manggilnya pak Sukri. Ada lagi sinetron apa saya lupa, Bu Renggo. Itu ibu warung depan dipanggil bu renggo 😀 😀
Hehehe… iya Mas. Banyak sinetron serial jadul yang jadi memori kita saat ini. Kadang kangen sama masa-masa dulu sedikit terobati dengan hiburan seperti ini 🙂
Salam buat Pak Sukri 🙂