Jungkir Balik Kehidupan (Perempuan Pedesaan)

“Ibu dari tadi jungkir balik aja. Lagi belajar teknik dasar parkour ya?”

Apa katanya jungkir balik belajar parkur?

“Udah, lagi makan jangan banyak omong nanti keselek pula. Cepat abisin sarapannya.” Ayahnya yang duduk berhadapan segera memutus percakapan.

Hih! Bikin kesel aja. Ga tahu ibunya lagi kram perut, eh ni anak malah ngeledek.

Kadang saat datang bulan saya tuh memang suka sakit begini. Sakit perut, kram bisa sangat mengganggu kenyamanan terutama hari pertama dan kedua periode tiba.

Biasanya sih untuk meredakan nyeri haid ini saya melakukan berbagai hal. Seperti mengompres perut dengan air hangat dan minum minuman hangat yang bikin perut nyaman. Kalau malas karena sakit gak nyaman ujungnya ya dibawa tiduran seharian.

Menempelkan botol air kaca berisi air hangat atau kain yang dibasahi air hangat ditempel di perut bagian bawah itu terasa nyaman, bisa membantu mengurangi kram. Katanya sih panas dari kompres itu dapat merelaksasi otot-otot rahim yang berkontraksi.

Minum air hangat juga bisa membantu mengurangi perasaan kembung dan meredakan nyeri perut. Air hangat mau itu air putih , air teh, atau air rebusan jahe juga bisa membantu memperlancar aliran darah.

Meski sering jungkir balik, pinjam istilah dari Fahmi putra saya yang dianggapnya lagi belajar dasar teknik parkur, aktivitas fisik seperti melakukan pekerjaan rumah tangga tetap saya lakukan. Anggap saja melakukan olahraga ringan, yakan?

Berjalan kaki, gerakan senam sambil melakukan jemur pakaian atau peregangan ringan sambil naik turun tangga juga dapat membantu melepaskan endorfin, yang bertindak sebagai pereda nyeri alami. Katanya kegiatan olahraga ringan juga bisa meningkatkan mood dan mengurangi stres.

Suka konsumsi obat pereda nyeri, gak? Dulu waktu sekolah mah iya. Setelah berumah tangga rasanya gak pernah deh. Tapi kalau nyeri sangat parah, biasanya melipir ke Ibu Bidan dan dikasih obat seperti ibuprofen atau paracetamol. Tapi itu juga kadang saya minum, kadang tidak.

Senangnya main ke bidan itu kebetulan disini bidan desa-nya ganti ganti gitu kan, terus masih pada muda gitu (bidan seniornya malah teman saya satu kelas waktu sekolah) sering diajarkan relaksasi dan teknik pernapasan.

Teknik relaksasi seperti meditasi atau latihan pernapasan diberikan Bidan gak hanya saat mau melahirkan saja. Karena terbukti saat haid datang dan kesakitan, bisa membantu meredakan stres dan nyeri juga. Itu setidaknya bisa membuat kita jadi lebih tenang dan mengurangi intensitas kram.

Selama masih wajar sakitnya bidan juga gak mempermasalahkan. Baru katanya kalau nyeri haid udah masuk kategori sangat parah atau disertai dengan gejala lain seperti pendarahan berlebihan, demam, atau nyeri yang tidak biasa, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Abis sehari dua hari belajar parkour, eh jungkir balik menahan nyeri akibat haid maksudnya, kehidupan sehari-hari saya pun terus berlanjut.

Ibu bekerja di desa

Tinggal di pedesaan seperti ini kalau gak melakukan aktivitas seperti biasa bisa celaka. Gak dapat jatah makan. Menyadari betul kalau hidup di kampung itu penuh realita, mau punya penghasilan ya harus bekerja, tidak seperti kehidupan dalam Variety Show Korea yang begitu banyak elemen menariknya tanpa disertai intrik maupun konflik.

Istilah yang mungkin cocok untuk menggambarkan kehidupan seperti di kampung itu mungkin “kehidupan realistis” atau “kehidupan penuh perjuangan.”

Dalam bahasa Indonesia, bisa juga diterapkan istilah “hidup tanpa drama” atau “hidup keras.”

Kehidupan di perkampungan yang masih belum terjamah ojek online (walaupun internet sudah sampai), dalam konteks tertentu, saya sering mendengar orang menyebutnya sebagai “hidup no sugar-coating” alias “hidup yang membumi.” Hehehe…

Cocok enggaknya sih mungkin tergantung masing-masing dalam menyikapinya aja ya. Frasa itu hanya menggambarkan kehidupan di desa yang memang lebih fokus pada kenyataan, tanggung jawab, dan usaha daripada fantasi atau hiburan.

Waktunya walau sakit, kalau gak mau rezekinya diserobot ayam, ya segera bangkit bekerja. Ke kebun, ke sawah, ke ladang, ke tempat kuli, apapun itu dilakukan demi bisa mendapatkan upah untuk membeli kebutuhan hidup.

Hidup di desa tak seindah variety show

Meskipun di pedesaan ini jungkir balik kehidupan tak hanya saya rasakan ketika datang bulan saja. Karena ada juga mengalami kehidupan berkaitan dengan cinta yang emosional, ibarat kisah sinetron mengenai hubungan yang penuh rintangan, cinta segitiga, cinta dengan status sosial berbeda, atau pertemuan tak terduga yang mengubah hidup, di desa juga ada.

Walau minim bertemu tokoh yang sempurna, secara orang kampung mana ada yang memiliki karakter dengan kepribadian kuat, baik itu pria sempurna (yang biasanya identik dengan profesi chaebol, dokter, atau CEO tampan) atau perempuan yang pekerja keras dan penuh tekad dengan stiletto di atas 10 cm.

Menemukan keajaiban kehidupan di pedesaan masuknya ke ranah situasi tak masuk akal, seperti kebetulan yang luar biasa.

Hanya kalau kisah perjuangan dan inspirasi, cukup banyak anak kampung yang merantau ke kota dan mereka mampu mengubah kehidupannya.

Banyak yang berhasil menaklukkan karakter yang jadi tantangan besar dalam hidupnya, seperti masalah keluarga, karier, atau mimpi yang sulit diraih, tetapi mereka tetap bertahan dan tumbuh hingga sukses.

Tentu saja, hidup di kampung tidak selalu seindah atau serumit itu. Tapi jika ingin hidup seperti ulasan ending drama Korea, cobalah menikmati momen kecil dalam hidup, terbuka terhadap pengalaman baru, dan berani menjalani cerita hidup sendiri.

Hidup di desa jungkir balik seperti drama Korea

Karena sejatinya kehidupan di kampung itu cocok dengan ungkapan populer “hustle culture”. Situasi yang menggambarkan gaya hidup yang berfokus pada kerja keras dan produktivitas.

Sebagaimana saya meskipun sedang jungkir balik menahan kram perut, pikiran mah tetap moncer: kapan deel artikel kudu disetor, kapan sebar pupuk di kebun supaya benih tidak kekurangan nutrisi, dan bagaimana persiapan tahsin anak supaya besok saat ustadz nya video call bisa setor dengan lancar. Dll…

Begitulah hidup, selalu jungkir balik walaupun tidak sedang masa datang bulan.

7 thoughts on “Jungkir Balik Kehidupan (Perempuan Pedesaan)”

  1. Bener juga loh kata ibu bidan, diajarin relaksasi supaya mengurangi nyeri akibat kram perut, supaya engga harus minum obat.
    Dimana-mana engga di desa maupun di kota, namanya perempuan berkeluarga jungkir-balik sih supaya kehidupan lancar, walaupun beda situasi. Sama-sama juga kram perut kalo haid.

    Reply
  2. Sedari Subuh saya sudah masak buat sarapan dan bekal lalu anter anak sekolah, balik mampir belanja sayur di tukang sayur, sampai rumah kerjain itu ini,…jungkir balik kehidupan perempuan perkotaan yang sama esensinya dengan perempuan pedesaan. Semangat selalu kita perempuan dimanapun berada dengan tantangan kehidupannya masing-masing.

    Reply
  3. Saya sudah merasakan hidup di kampung, di kota kecil, di kota besar dan di pelosok desa yang bahkan belum ada listriknya. Semua ada plus minus tersendiri yang mana kita harus benar-benar bisa menempatkan diri sih. Semangat untuk Teh Okti.

    Reply
  4. Saya paham sekali apa yang diceritakan Mbak Okti. Kebetulan saya beberapa tahun tinggal di desa. Dan karena memang mayoritas bukan pekerja tetap, jadi memang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi sebenarnya hidup di kampung itu justru tekanannya lebih besar. Punya ya dicerita, ga punya lebih dicerita hehehe.

    Reply
  5. Nggak di kota, nggak di kampung, kehidupan itu selalu keras. Istri saya juga selalu sibuk di pagi hari menyiapkan keperluan kedua anak saya sekolah. Setelah itu lanjut beberes rumah. Eh iya pantesan istri saya pakai botol isi air hangat untuk di perutnya saat haid tiba. Katanya agak enakan setelah dikompres air hangat…

    Reply
  6. hihihi lucu pisan Fahmi udah bisa comment tentang ibunya

    Eniwei terbiasa beraktivitas, bahkan kerja keras sewaktu muda, sangat bermanfaat ketika udah tua.
    Kita jadi punya otot yang kuat sehingga gak mudah terkena macam2 penyakit
    Karena sesudah menopause, berbagai macam penyakit berdatangan
    Tulang juga jadi mudah patah

    Reply
  7. nggak cuma jungkir balik soal urusan perut, tapi juga mesti kuat mental denger omongan tetangga.
    Makanya klo lihat konten slow living tinggal di desa, saya senyum aja. Karena dari kecil, yang saya rasakan, hidup di desa itu butuh fisik dan mental kuat

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics