Kemerdekaan Ibu Rumah Tangga

Sebagai ibu rumah tangga, apakah manteman sudah merasa merdeka? Bersyukur bisa menikmati perannya, bersabar dan tetap berjuang kalau memang merasa belum sepenuhnya merdeka ya…

Biar seimbang rumah tangga itu kan terdiri dari pasangan suami istri dan mungkin juga anggota keluarga seperti anak, dan lainnya. Nah, jadi pertanyaannya tidak hanya diajukan kepada kaum ibu tapi juga pada ayah, dan juga anggota keluarga lainnya.

Pada suami, alias para bapak rumah tangga, bagaimana apakah saat ini sudah merasa merdeka? Atau masih merasa dijajah oleh atasan, tertekan beban pekerjaan dan tuntutan sebagai kepala rumah tangga?

Anak-anak, dan anggota keluarga lainnya apakah sudah merasakan kehidupan yang merdeka juga? Meski sekarang jamannya kebebasan, masih adakah anak yang dituntut orang tua untuk masuk jurusan anu biar nanti bisa bekerja sebagai anu sesuai harapan ayah ibu?

Atau orang tua yang menjejali masa keemasan anak-anak yang pada umumnya diisi dengan kegiatan bermain dan bersosialisasi diubah secara otoriter dengan jadwal las ini les itu, kursus ini kursus itu, bimbel disini, bimbel disana demi mencetak anak yang pandai dan membanggakan (orang tuanya)? Tanpa memikirkan bagaimana perasaan sang anak…

Seperti apa sih kriteria merdeka yang ada di pikiran manteman sebagai ibu rumah tangga, sebagai bapak rumah tangga, maupun sebagai anak atau anggota keluarga lainnya?

Cerita terkait kemerdekaan memang begitu luas dan selalu banyak topik yang seru untuk dibahas ya…

Sebelum jadi ibu rumah tangga, saya malah sudah full bekerja sebagai orang yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Iya, saya kan bekerja sebagai TKW selepas sekolah sampai pulang dan kemudian menikah.

Menjadi TKW di luar negeri itu pekerjaan yang diemban berat. Semua pekerjaan rumah tangga harus bisa dipegang.

Beruntung meski pernah menjadi korban trafficking alias perdagangan orang, saya kemudian bisa bekerja sesuai kontrak kerja. Dan saat pihak lain menuntut saya harus begini harus begitu, saya bisa menyanggah bahkan menolak, jika tidak sesuai dengan kontrak kerja yang sudah disepakati dan ditandatangani.

Kecuali memang saya ikhlas melakukannya. Meski di luar kontrak kerja, kalau keinginan sendiri dan tidak terpaksa, meski waktunya libur tapi saya tetap bekerja, rasanya senang saja. Tidak ada paksaan, apakah seperti itu rasanya merdeka?

Setelah menikah kehidupan saya berubah total. Kebiasaan yang saya lakukan saat masih sendiri, perlahan harus diubah dan menyesuaikan dengan kondisi serta adab saya sebagai istri dalam koridor saya selaku muslimah.

Pun termasuk setelah memiliki anak. Waktu dan tenaga saya harus lebih keras diperas lagi untuk bisa mengimbangi peran yang lebih banyak. Padahal sejak masih gadis sampai menjadi seorang ibu, waktu saya tetap 24 jam per harinya, ya …

Pola kehidupan yang berubah total itu menciptakan perbandingan dalam benak saya. Dulu saat menjadi babu, mau memperingati hari kemerdekaan harus ajukan libur karena tanggal merah di Indonesia tidak sama dengan hari kerja di negara tempat saya bekerja.

Merayakan hari kemerdekaan pun tak semeriah di Indonesia. Mau mendekati perayaan secara resmi dan seremonial harus datang paling tidak ke kantor kedutaan atau perwakilan negara. Tentu saja dengan peserta terbatas dan euforia yang tidak sama.

Tapi semangat untuk bisa menjadi peserta upacara setahun sekali di luar negeri itu begitu menggebu. Mengorbankan apapun termasuk tuker waktu kerja di panti dengan pekerja asal Philippines atau Vietnam supaya bisa hadir saat hari H.

Setelah berumah tangga, tinggal di kampung halaman sendiri, jauh sebelum bulan Agustus semarak kemerdekaan malah sudah tercium kuat.

Mulai dari iuran warga yang harus dibayar lebih awal karena untuk mempersiapkan keperluan yang harus didahulukan, lalu pemasangan bendera dan umbul-umbul secara maraton harus sudah dipasang sejak awal Juli dikarenakan bulan Juli diperingati sebagai hari jadi Cianjur, kabupaten tempat saya tinggal.

Biasanya pemerintah daerah mengumumkan pemasangan bendera dan umbul-umbul dilakukan sejak awal Juli hingga akhir Juli. Lanjut untuk memeriahkan HUT RI di bulan Agustus setidaknya pemasangan semua aksesoris sampai akhir bulan jadi bisa dibilang bendera dan umbul-umbul harus standby dalam kondisi kepanasan maupun kehujanan minimal selama waktu dua bulan!

Dulu tahun 80-90 an upacara perayaan kemerdekaan Indonesia dipusatkan di setiap kecamatan. Semakin kesini, setiap desa memiliki acara dan anggaran masing-masing sehingga kemeriahan HUT RI bisa dinikmati setiap masyarakat desa dengan keunikan dan kreativitas masing-masing.

Dulu terkagum-kagum melihat pasukan marching band di televisi atau pendopo kabupaten karena hanya pihak ABRI (TNI) yang menjadi bagian dari pasukannya. Kini semua pihak instansi dan sekolah memiliki marching band sendiri-sendiri. Sampai SD tempat anak saya belajar pun memiliki ekstrakurikuler marching band.

Penonton yang selalu membludak datang dari penjuru daerah menuju pusat desa atau kecamatan tidak hanya tertarik menyaksikan detik-detik proklamasi kemerdekaan melainkan juga tertarik untuk berbelanja dan menyaksikan berbagai atraksi karena semakin kesini, semakin berkembang pesat kemajuan di pedesaan.

Perayaan bulan kemerdekaan sudah biasa dibarengi dengan bazar, pasar murah, atau pentas seni yang bahkan menghadirkan artis ibu kota idola masyarakat. Bagaimana tidak mengundang banyak penonton jika semua itu setiap tahun diadakan dan terus ditingkatkan kualitas serta kuantitasnya.

Tapi anehnya, bagi saya semua itu tak semenarik lagi sebagai mana saya masih bekerja di negara orang. Andai anak tidak harus didampingi saat mengikuti karnaval, sejujurnya saya malas untuk ikut pawai berpanas-panasan dengan jalan kaki sejauh belasan kilometer.

Kenapa semuanya jadi berubah? Mungkin itulah arti kemerdekaan sesungguhnya bagi saya?

Dulu saya mengidentifikasikan kemerdekaan itu sebagai kebebasan di luaran. Bisa liburan , bisa ketemu teman, bisa menghabiskan waktu sendiri.

Kini, kemerdekaan yang saya inginkan adalah mengerjakan yang saya sukai dengan tanpa tekanan dari mana pun.

Setelah berumah tangga, raga saya bisa dibilang hanya terkurung di rumah. Tanpa bebas kemana pun karena ada batasan yang harus saya jaga. Tapi dibalik itu, jiwa saya merasa baik-baik saja karena bisa bebas mengekspresikan segalanya melalui karya yang saya bisa.

Sebagai emak blogger, saya bisa mengekspresikan semua isi dalam kepala saya sebebas-bebasnya. Melalui dunia maya saya bisa menjelajah kemanapun saya suka tanpa harus izin atau tuker waktu dengan yang lain.

Jadi jangan salahkan saya kalau pas perayaan kemerdekaan kali ini, saya memilih di rumah saja daripada main ke tanah lapang untuk menyaksikan atau apalagi jadi peserta perlombaan kemeriahan HUT RI yang bisanya diisi dengan banyak permainan jadul khas agustusan.

Di rumah saja pun saya bukan mau treatment melainkan mau me time menikmati masa kebebasan dan kesendirian saja. Karena ternyata kemerdekaan versi saya saat ini sebagai ibu rumah tangga adalah bisa mensyukuri semuanya…

39 thoughts on “Kemerdekaan Ibu Rumah Tangga”

  1. Haaah serius teh pernah jadi korban traficking?
    Masyaallah, pengalaman berharga banget pastinya, yaa. Selamat lahir batin…

    Saya juga sekarang berusaha menjadi ibu rumah tangga yang merdeka. Merdeka dari stres akibat kegiatan sehari2 yang monoton. Belajar menerima diri, berdamai dengan diri supaya enteng berhadapan dengan anggota kel lainnya karena dengan diri sendiri sudah aman.

    Insyaallah,,,

    Reply
    • Pernah Mba. Saya sampai tiga kali ganti biodata. Saya jadi TKW kan sebelum jaman reformasi. Jadi masih belum ada BNP2TKI apalagi BP2TKI seperti sekarang. Dulu belum ada hp atau internet. Hahaha …

      Reply
  2. Setuju Teh, kemerdekaan ibu rumah tangga itu gak selalu tentang kebebasan, bisa pergi kemana saja atau melakukan apa saja di rumah. Kadang sesederhana menulis, berkreasi kecil-kecilan saja sudah cukup membuat hati plong ya. Jadi teringat dengan perayaan kemerdekaan masa kecil dulu. Saya paling senang ikut menonton pawai kendaraan hias di sekitar monas. Seru sekali rasanya.

    Reply
  3. MashaAllaa~
    Menjadi Ibu rumah tangga yang merdeka bukan berarti bisa melakukan apapun, tapi tetap memiliki cita-cita meskipun telah menikah dan memiliki anak. Semoga support system semua mendukung dan kita semua bisa menjadi ibu yang merdeka.

    Reply
  4. Merdeka lahir batin ya Teh. Merdeka untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan. Tentu saja melakukan sesuatu yang bermanfaat. Merdeka juga untuk menggapai impian. Merdeka dalam beribadah. Merdeka untuk menggapai hal yang lebih baik dari hari ke hari. Semoga semua kemerdekaan yang kita dapatkan hari ini membuahkan hasil yang baik kedepannya.

    Reply
    • MashaAllah~
      Arti merdeka ini luas sekali ya, kak Annie.
      Semoga kita semua bisa merasakan kemerdekaan yang hakiki namun tetap pada tempat dan fitrahnya. Gak mengatasnamakan merdeka tapi ternyata menyakiti ada mendzolomi orang lain.

      Reply
  5. Memilih untuk merayakan kemerdekaan dengan “me time” di rumah bukanlah sesuatu yang salah atau aneh. Ini adalah bentuk kemerdekaan yang memungkinkan kita untuk merenung, beristirahat, dan menghargai diri sendiri, sesuatu yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan dalam peran sebagai ibu dan individu.

    Reply
  6. Daku pernah ikut ekstrakurikuler marching band walau cuma beberapa bulan. Habis tuh fokus belajar aja hehe.
    Pokoknya merdeka diri itu kita yg rasakan sendiri ya Teh

    Reply
  7. Wah aku baru banget kalau kakaknya pernah jadi TKW. Gak bisa bayangin sih, pasti hanya perempuan hebat yang bisa melakoninya. Glad juga that u are happy now kak, karena bisa ekspresikan diri lewat karya. Semangat terus dan mari merdekakan diri kita sendiri!!!

    Reply
  8. Toass! Aku relate sih kak tentang makna kemerdekaan kali ini apalagi sejak jadi Ibu. Memperluas makna kemerdekaan emang sepenting ituh. Semoga kita tetap bisa ambil semua maknanya untuk tetap penuh syukur dan bahagia menjalani peran setelah semua yg dilewati dulu dan sekarang.

    Reply
  9. Suka banget dengan kalimat ini:
    Kemerdekaan adalah bisa mengerjakan yang saya sukai dengan tanpa tekanan dari mana pun.

    Terkadang mengurus keluarga (anak dan suami) serta urusan lain kita lakukan dengan rasa terbebani, dan akhirnya gak ikhlas

    Reply
  10. Kemerdekaan saya sebagai Ibu adalah ketika tidur siang tidak ada yang menggangunya.

    Terus kalau di kantor kemerdekaan saya bukan pada saat bos gak ada, melainkan ketika saya bisa mengekspresikan kinerja dengan baik.

    Bisa memfokuskan ke pekerjaan sehingga selesai tepat waktu dengan baik.

    Reply
  11. merdeka bagi saya pribadi sih artinya, bisa melakukan apapun sebagai apapun sesuai dengan kehendak, tanpa paksaan termasuk keinginan/ego diri. emang murni karena, yes saya mau melakukannya. kalau gak mau yaaa gak usah dikerjain. termasuk sebagai IRT atau freelancer

    Reply
  12. Kaget pas baca Teh Okti pernah jadi korban perdagangan manusia. Saya bisa bayangin gimana kalutnya Teh Okti melewati itu semua. Syukur sekarang sudah merdeka dan bisa berkumpul dengan keluarga. Sehat selalu Teh.

    Reply
  13. Widih… Dalam bayanganku perdagangan orang itu seram. Tapi bersyukur sekali sudah terlewati ya, Teh. Semangat merdeka, Teh.

    Reply
  14. Kemerdekaan dalam hal individu berbeda-beda tentunya ya teh, tergantung dari sudut mana memandangnya.

    Semoga kemerdekaan bangsa kita dari belenggu penjajah jadi refleksi untuk mengisi kemerdekaan dengan cara yang membanggakan ya

    Reply
  15. Ibu Rumah Tangga itu pekerjaan yang berat menurutku kalah pekerja kantoran yang KPInya cuma segelintir aja, kalau ibu rumah tangga mah KPInya tak terbatas
    sepakat dengan teteh, merdeka bagi saya bisa melakukan apapun sesuka saya selama dalam batas norma agama

    Reply
  16. Saya juga suka malas sih datang ke acara 17 aguatusan, yang diincar cuma jajan di bazarnya, hihihi… Kecuali kalau anak-anak ikut berpartisipasi, semangat ikut hadir supaya bisa mendokumentasikan…

    Reply
  17. langsung aku merenung arti merdeka untuk ibu rumah tangga, keluargaku apa udah merdeka. anak-anak masih disiplinkan dengan les ini itu,,,apa itu artinya mereka dijajah. tapi yes bisa rebahan sebentar dan menikmati apa yang kusuka itu me time yang sangat berharga

    Reply
  18. Kalau saya sih inginnya merdeka gak ikut kerja orang atau jadi pegawai, hehehe. Tapi entah kenapa belum siap untuk keluar jadi zona nyaman. EMang merdeka itu bagi tiap individu punya makna sendiri-sendiri ya mbak

    Reply
  19. Bisa bebas mengerjakan apapun yang diinginkan dan disukai, memang jadi keinginan semua ibu rumah tangga ya keknya.

    Tapi berpanas-panasan mendampingi anak pawai karnaval juga jadi kebahagiaan tersendiri buatku sih. Karena anak-anak senang makanya aku ikut senang.

    Semacam: “Nak, kuberikan kenangan indah sebanyak-banyaknya di masa kecilmu, agar kelak saat dewasa kau punya lebih banyak alasan untuk bersyukur, karena kehidupan dewasa tidak selalu indah.”

    Itu sebuah kemerdekaan juga, buatku.

    Reply
  20. Wuah, sebentar lagi ya Mak kita 17 Agustusan nih. Kadang mikir juga, kita hanya merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang, tapi kerjaan mau nggak mau musti tunduk. Yah, namanya juga pilihan hidup, pahit atau manisnya ditelan sendiri. Tetap strong ya Mak. Merdeka!

    Reply
  21. Bisa melakukan semua yang disuka memang bikin perasaan kita tuh jadi merdeka lahir batin ya, Teh. Aku juga nih Teh, sejak merasa lebih nyaman melakukan banyak kegiatan sendiri di dalam rumah, urusan pawai dan berkumpul di lapangan dekat rumah sudah bukan hal yang sepenuhnya bisa jadi menyenangkan (sampai ditungguin harinya segala). Semua akan berubah seiring masanya memang ya Teh.

    Reply
  22. Yaa Allah teh pernah kerja diluar dan jadi korban trafficking. Pengalaman yang menjadikan Teh Oki lebih hati2 ya.

    Tulisannya jadi refleksi banget untuk semua anggota keluarga khususnya ibu rumah tangga seperti aku. Kemerdekaan yang aku rasakan juga, rasanya tidak semeriah dulu dan aku setuju kemerdekaan bagi IRT itu ya me time di rumah udah seneng bgt dan merasa merdeka dari gangguan bocil

    Reply
  23. Selamat hari kemerdekaan dan selamat merayakan dengan versi masing-masing. Semangat teh Okti menjalani kehidupan mulai dari menjadi TKW sampai menjadi sosok ibu rumah tangga dan akhirnya menikmati kemerdekaan dengan salah satunya bisa berekspresi melalui tulisan bisa menjadi inspirasi untuk yang lain agar kita dapat menikmati kemerdekaan dengan versi kita yang membahagiakan

    Reply
  24. Semangat kita para ibu rumah tangga! Setuju Teh Okti, kemerdekaan sebagai ibu rumah tangga adalah bisa mensyukuri semua yang kita miliki, dan bisa tetap aktualisasi diri sesuai potensi tanpa harus ada yang dikorbankan. Inspiratif kisah hidupnya, Teh. Terima kasih sudah selalu berbagi dan ekspresif lewat tulisan-tulisan yang bermanfaat.

    Reply
  25. Mengulik “kemerdekaan” dalam rumah tangga ternyata bisa juga dari beberapa perspektif ya, bisa dari ibu, ayah, dan anak. Pada kenyataannya masih banyak yang menjalani rumah tangganya dengan tertekan. Memang harus dikomunikasikan oleh pasangan suami istri.

    Reply
  26. Wah, Teh Okti mirip-mirip nih sama saya kurang suka nonton-nonton perayaan. Nggak terpengaruh sama huru-hara di luar, mending di rumah ya, teh.

    Reply
  27. Wah iya bentar lagi hari kemerdekaan. Di sini udah meriah banget suasananya. Kalo dulu suka nonton pawai. Tapi sekarang udah enggak lagi. Cukup di rumah aja, bisa me time sendiri. Udah merasa jadi ibu rumah tangga yang merdeka, hihihi

    Reply
  28. Arti kemerdekaan jd berbeda2 ya kak sesuai versi kita. Tp inti makna kemerdekaan emg kebebasan sih. Jd kita bebas melakukan apapun yg kita suka asal msh sesuai koridornya.

    Namun merdeka bagi ibu2 emg susah jg ya. Apalagi kl mau lepas dr kodratnya. Bkn berarti istri mau lepas tanggung jwb ya. Krn tugas keluarga ya emg hrs tanggung jwb bersama suami jg.

    Smg mkn harmonis ya kak kluarganya shg bs merasakan kemerdekaan sebebasnya.

    Reply
  29. setuju Teh, sekarang saat jadi IRT dan tentunya seorang Ibu, arti kemerdekaan sudah bergeser, bisa lakukan me time sesuai dengan rencana dan keinginan kita (waktu yang sudah kita tentukan sendiri) itu rasanya benar-benar seperti orang merdeka yang merayakan kemerdekaannya 😀
    me time nya juga gak usah jauh-jauh, gak usah ribet, bisa tidur nyenyak saat siang tanpa ada gangguan pun juga udah bersyukur banget dah ya 😀

    Reply
  30. MasyaaAllah pengalaman hidupnya gak main-main ya mba… ternyata kemerdekaan ibu rumah tangga ga muluk2 ya mba, itu juga yang saya rasain hehehe

    Reply
  31. Kayaknya di Negeri Konoha kemerdekaan ibu-ibu hanyalah mimpi belaka. Jadi ingat saudara yang bercita-cita jadi TKW demi bisa jauh dari suaminya yang kayak raja besar peselingkuh kambuhan pula.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics